Munculnya Lembaga Film Buatan Jepang

2. Munculnya Lembaga Film Buatan Jepang

Dalam surat kabar berbahasa Jepang Unabara 216 yang diterbitkan Sendenhan di Jawa diberitakan bahwa “Nanpo Eiga Kosaku Yoryo (Prinsip

Operasi Propaganda lewat Film di Daerah Selatan)” ditetapkan oleh Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen AD, dan Johokyoku pada 10 September 1942 yang dimaksudkan untuk merumuskan suatu kebijakan perfilman yang terpadu bagi seluruh wilayah pendudukan di Asia Tenggara. Prinsip itu memutuskan pengaturan urusan perfilman diserahkan kepada Nihon Eiga Sha (Perusahaan Film Jepang) yang disingkat Nichiei (didirikan pada April 1940) dan Eiga Haikyu Sha (Perusahaan Distribusi Film Jepang) yang disingkat Eihai 217 (didirikan pada Januari 1942).

Pada bulan Oktober 1942 Johokyoku mengirimkan sebanyak 189 orang yang sebagian besarnya merupakan staf Nichiei dan Eihai untuk berpropaganda lewat film ke daerah Selatan. Mereka disebut sebagai “prajurit yang bertugas untuk mengekspansikan film Jepang ke Selatan.” Di sana mereka melaksanakan tugas: pembuatan film, pengedaran film, dan pengelolaan bioskop. 218

Sakuramoto Tomio, Bunkajin Tachi no Daitoasenso: PK Butai ga Iku (Perang Asia Timur Raya Bagi Budayawan: Pasukan PK Maju , Tokyo: Aokisoten, hlm. 114-115.

216 Unabara no.159. 12 September 1942.

217 “Chushin wa Nichiei, Eigahaikyu Ryosha (Intinya Nichiei dan Eihai)” dalam Unabara (no.159. 12 September 1942), hlm. 1.

218 Sakuramoto, op.cit, hlm. 125., Kurasawa menyebutkan pada pertengahan 1943 Eihai mengirim 48 orang operator ke Selatan dan enam di antaranya ke Jawa. Aiko Kurasawa, Nihon

Dalam artikel “Jawa no Ikkagetsu: Nanpo Eiga Kosaku Miyagebanashi (Satu Bulan di Jawa: Kisah Operasi Kultural di Daerah Selatan)” yang dimuat dalam majalah Eiga Shunpo 219 , Keiji Machida menulis sebagai berikut.

Tugas Sendenhan militer meliputi penerangan, pemberitaan, penyensoran, persuratkabaran, penyiaran, perfilman, penerbitan, penyuluhan rakyat, pendidikan, bimbingan kesenian, penggerakan massa serta pemuda, dan lain-lain. Setiap seksi diurus budayawan fungsional yang diwamilkan. Untuk memulai operasi film, saya membuat kerangka pusat film dengan lima orang tenaga honorer di militer. (…) Sebelum pemutaran film, diputar slide yang memunculkan semboyan-semboyan

seperti “Asia milik orang Asia”, “Jawa milik orang Asia”, “kita kognat 220 ”, “senasib-sepenanggungan”, atau “Nippon Cahaya Asia”, “Nippon

pelindung Asia”, “Nippon pemimpin Asia” dari Gerakan Tiga A. Semboyan-semboyan itu diperoyeksikan langsung ke dalam hati orang

Indonesia pada malam hari di negara yang bermusim panas abadi. 221

Machida mengaku, “Merasakan benar kehebatan propaganda yang meresap lewat hiburan. 222 Dapat dikatakan bahwa anggota Bagian Film

Sendenhan cukup berisi. Pada awal bulan Juli 1942, Mantan Duta Besar untuk Indonesia Shizuo Saito dari Gunseikanbu (Markas besar Pemerintahan Militer di Jawa) membawa beberapa orang tambahan untuk Sendenhan. Di antaranya terdapat Tessei Mitsuhashi dari Takarazuka Kagekidan (Rombongan Teater Takarazuka). Dengan kedatangan itu, Guenseikanbu bersama Sendenhan mulai membicarakan pendirian Jawa Eiga Kosha (Korporasi Umum Film di Jawa). Korporasi umum inilah yang dimaksud sebagai kerangka pusat film oleh Machida

Senryo-ka no Jawa Noson no Hen’yo (Perubahan di Pedesaan Jawa dibawah Pendudukan Jepang), hlm. 283-582.

219 Eiga Shunpo no.77. 1 April 1943.

220 ‘sama; berhubungan karena hubungan darah (keturunan)’ Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pusat, hlm. 511.

221 Sakuramoto, op.cit, hlm. 117.

Keiji Machida, 1967, Tatakau Bunka Butai (Pasukan Budaya yang Berperang), Tokyo: Hara-shobo, hlm. 224-225.

Jawa Eiga Kosha )”, maka diketahui bahwa korporasi umum ini juga mengurus seni sandiwara dan seni tarian. Cabangnya didirikan di Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Pemimpin pengurusnya Soichi Oya; pengurus produksinya Tokichi Ishimoto serta Fumito Kurata; pengurus pengedarannya Kanji Kawana; pengurus pertunjukannya T. Mitsuhashi. Jawa Eiga Kosha ini dibubarkan bersama dengan pendirian cabang Nichiei, perusahaan yang memonopoli produksi film, dan cabang Eihai yang bertugas untuk mendistribusikan film Jepang ke Indonesia pada 1 April 1943. Yang pertama

dikepalai T. Ishimoto sedangkan yang kedua dikepalai T. Mitsuhashi. 224 Setelah Belanda dilucuti, Sendenhan mengambil alih rumah produksi film

nasional milik Belanda, Multifilm, yang ada di Jatinegara, Jakarta. 225 Fasilitas Multifilm jauh lebih canggih daripada yang biasa digunakan di Jepang pada waktu itu. Menurut Takashi Takaba yang bekerja sebagai kameramen di cabang Jawa Nichiei, 226 yang betul-betul memproduksi film di daerah Selatan hanya Jakarta dan Manila. Apalagi fasilitas pencucian film lengkap hanya terdapat di Jakarta

Sejak 9 Desember 1942, nama Batavia diganti dengan Jakarta. (“Osamu Seirei No.16”), lihat Jawa Nenkan, hlm.420 (Osamu atau Osamushudan adalah nama kode dari Pasukan ke-16) ). Sementara itu, data dari pihak pemerintah Indonesia mengatakan Batavia menjadi Jakarta pada 8 desember 1942, Dinas Museum dan Sejarah, Pemerintah DKI Jakarta, 1994, Sekitar 200 Tahun Sejarah Jakarta (1750-1945), hlm. 110-111.

224 Machida, op.cit, hlm. 22., Sakuramoto,op.cit, hlm. 116-118., Jawa Nenkan, hlm. 169- 170., “Jawa Eiga Kosha Kiyaku (Peraturan Jawa Eiga Kosha)” dan struktur korporasi ini dapat di

lihat dalam Osamu Shudan Guseikan: Seizaburo Okazaki, “Jawa Eiga Kosha no Ken Tsucho (Pengumuman mengenai Jawa Eiga Kosha)”, 11 September 1942, (The Nishijima Collection), (JV 1-6) ).

225 Jawa Nenkan, hlm. 169.

226 Kurasawa,op.cit, hlm. 278,. Jawa Nenkan, hlm 170.

sehingga film-film yang direkam di seluruh daerah Selatan dikumpulkan ke Jakarta untuk dicuci dan diedit di sana.