81
7.1.4 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Hitam HS 090240
Berdasarkan nilai RCA perkembangan daya saing Indonesia selama periode 2001 hingga 2005 menunjukkan penurunan. Nilai RCA tertinggi diraih
Indonesia pada tahun 2002 dengan nilai RCA sebesar 8,27. Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena pada tahun-tahun berikutnya nilai RCA Indonesia terus
merosot sampai pada tahun 2005 dimana merupakan nilai RCA terendah selama periode tersebut dengan nilai RCA sebesar 4,19. Penurunan nilai RCA Indonesia
untuk komoditi teh hitam HS 090240 disebabkan oleh penguasaan pangsa pasar Indonesia untuk komoditi ini yang cenderung mengalami penurunan seperti
terlihat pada tabel 18. Kenya merupakan salah satu produsen teh hitam dengan nilai RCA
terbesar. Selama periode 2001-2005 perkembangan nilai RCA Kenya cenderung fluktuatif. Nilai RCA terbesar diraih oleh Kenya pada tahun 2001 sebesar
1157,59. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2001 komoditi teh hitam di pasar domestik Kenya merupakan komoditi ekspor yang diandalkan dan cukup
tangguh. Namun, pada tahun 2002 perkembangan nilai RCA Kenya merosot tajam sampai 492,9. Di tahun-tahun berikutnya perkembangan nilai RCA Kenya
berfluktuatif sampai pada tahun 2005 sebesar 856,68. Hal ini disebabkan penguasaan pangsa pasar Kenya untuk komoditi teh hitam HS 090240 di dunia
cenderung fluktuatif tabel 18. Ketidakstabilan nilai RCA ini merupakan suatu peluang bagi Indonesia agar dapat bersaing dengan Kenya dalam pasar teh hitam
internasional. Sri Lanka merupakan eksportir teh hitam HS 090240 yang memiliki nilai
RCA tinggi. Perkembangannya selama periode 2001-2005 menunjukkan
82 peningkatan. Nilai RCA terbesar terjadi pada tahun 2005 dengan nilai RCA
sebesar 607,24, hal ini disebabkan penguasaan pangsa pasar Sri Lanka untuk komoditi teh hitam HS 090240 cenderung mengalami peningkatan di pasar
komoditi teh hitam internasional tabel 18. Perkembangan RCA dan pangsa pasar teh hitam Sri Lanka yang positif ini merupakan ancaman serius bagi Indonesia
dimana Indonesia juga merupakan salah satu eksportir teh hitam HS 090240. Indonesia harus mempersiapkan diri terutama dari sisi kualitas teh yang akan
diekspor agar dapat bersaing dengan produsen teh hitam lainnya.
Tabel 30. Nilai RCA Komoditi Teh Hitam HS 090240 di Pasar Internasional Tahun 2001-2005
Negara Tahun
2001 2002
2003 2004
2005
Sri Lanka 339,25
414,50 372,27
435,12 607,24
India 16,39
21,41 17,41
18,72 22,96
Kenya 1157,59
492,90 883,93
966,13 856,68
Cina 1,37
1,31 0,85
0,77 0,92
Indonesia 6,41
8,27 6,98
5,23 4,19
Argentina 6,07
7,59 5,24
5,99 8,91
Tanzania 144,44
158,50 84,20
90,54 128,09
Uganda 88,86
94,26 65,08
86,02 169,54
Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database COMTRADE diolah, 2007 Perkembangan nilai RCA Indonesia selama periode 2001-2005
memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Namun, penguasaan pangsa pasar Indonesia masih lebih besar dibandingkan negara Tanzania dan Uganda,
walaupun kedua negara tersebut nilai RCA-nya lebih besar dibandingkan Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan RCA, nilai ekspor komoditi
suatu negara tertentu dibandingkan dengan total ekspor negara tersebut, maka negara yang jumlah ekspornya relatif sama dengan negara lain namun total
ekspornya lebih besar justru mempunyai nilai RCA yang lebih kecil. Nilai RCA Tanzania dan Uganda yang besar menunjukkan bahwa komoditi teh hitam HS
83 090240 di pasar domestik Tanzania dan Uganda merupakan komoditi ekspor yang
sangat diandalkan dan cukup tangguh. Kuatnya daya saing dan cukup tingginya pangsa pasar komoditi teh hitam
HS 090240 di pasar internasional menunjukkan semakin ketatnya persaingan komoditi teh dalam kancah dunia. Namun, pada periode tahun 2001 hingga tahun
2005 pangsa pasar Indonesia memiliki kecenderungan menurun. Kecenderungan menurun ini lebih disebabkan penurunan volume, nilai dan rendahnya harga teh
Indonesia yang berakibat pada lemahnya daya saing dan citra teh Indonesia dibanding negara-negara lain. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk
mempertahankan pangsa pasar dan meningkatkan daya saing teh Indonesia di pasar dunia baik secara internal maupun eksternal.
7.1 Keunggulan Kompetitif Komoditi Teh Indonesia: Analisis Teori Berlian