Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Hijau HS 090220

76 memiliki nilai RCA tertinggi. Perkembangannya selama periode analisis berfluktuasi tiap tahunnya. Kedua negara tersebut merupakan negara peraih nilai RCA terbesar hal ini disebabkan karena komoditi teh hijau HS 090210 di negara tersebut merupakan salah satu sektor unggulan yang diandalkan dan penguasaannya terhadap pasar domestik masing-masing cukup tangguh. Cina adalah negara yang memiliki pangsa pasar yang tertinggi pada komoditi teh hijau HS 090210 diantara negara lainnya, namun ternyata nilai RCA Cina lebih kecil dibandingkan Sri Lanka, Kenya, dan Uganda. Hal ini dikarenakan proporsi ekspor komoditi teh hijau HS 090210 Sri Lanka, Kenya dan Uganda terhadap total ekspornya di pasar dunia lebih besar dari pada proporsi ekspor Cina terhadap keseluruhan ekspornya di pasar dunia. Kuatnya daya saing dan cukup tingginya pangsa pasar komoditi teh hijau HS 090210 di pasar internasional menunjukkan semakin ketatnya persaingan komoditi teh dalam kancah dunia. Terutama Indonesia yang nilai RCA dan pangsa pasarnya menunjukkan perkembangan peningkatan yang baik. Hal seperti ini harus dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dampak yang positif terhadap keunggulan komparatif Indonesia di pasar internasional.

7.1.2 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Hijau HS 090220

Berdasarkan nilai RCA perkembangan daya saing Indonesia selama periode 2001 hingga 2005 menunjukkan perkembangan nilai RCA yang semakin menurun tiap tahunnya. Selama periode 2001 – 2003 Indonesia masih berdaya saing karena memiliki nilai RCA 1. Namun, semenjak tahun 2004 – 2005 nilai RCA Indonesia 1 dimana Indonesia tidak berdaya saing dalam pasar komoditi teh hijau HS 090220 untuk periode tersebut. Penurunan nilai RCA Indonesia terhadap 77 dunia disebabkan oleh penguasaan pangsa pasar komoditi teh hijau HS 090220 Indonesia di dunia yang semakin menurun seperti terlihat pada tabel 16. Cina merupakan negara pengekspor terbesar untuk komoditi teh hijau. Perkembangan nilai RCA selama periode 2001-2005 menunjukkan penurunan tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan penguasaan pangsa psarnya yang tiap tahunnya berfluktuasi seperti terlihat pada tabel 16. Menurut ITC 2006, perkembangan konsumsi teh untuk negara Cina tahun 2003-2005 tidak termasuk kategori tinggi yaitu sebesar 440 gram perkapita per tahun. Perkembangan RCA Cina yang terus menurun serta konsumsi teh dalam negeri yang tidak cukup tinggi merupakan suatu peluang bagi Indonesia agar dapat meningkatkan pangsa pasar di pasar teh hijau internasional. Tabel 28. Nilai RCA Komoditi Teh Hijau HS 090220 di Pasar Internasional Tahun 2001-2005 Negara Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Sri Lanka 0,82 1,79 2,86 5,25 6,01 India 0,43 0,98 1,20 1,12 1,83 Kenya 0,17 0,06 5,03 3,25 3,98 Cina 18,21 14,80 12,50 11,50 9,62 Indonesia 2,97 2,46 1,52 0,66 0,50 Argentina 0,38 0,38 0,49 1,05 0,87 Tanzania 2,04 4,38 86,88 98,78 112,92 Uganda 6,05 34,50 1,72 13,33 21,84 Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database COMTRADE diolah, 2007 Uganda merupakan salah satu negara produsen teh hijau yang memiliki nilai RCA tertinggi dibanding lainnya. Namun, perkembangannya selama periode 2001-2005 berfluktuasi dengan nilai yang ekstrim. Pada tahun 2001 nilai RCA Uganda sebesar 6,05 dibandingkan dengan tahun berikutnya nilai RCA Uganda naik menjadi 34,50 akan tetapi di tahun 2003 turun drastis menjadi hanya 1,72. sampai tahun 2005 perkembangan nilai RCA Uganda mengalami peningkatan 78 hingga sebesar 21,84. Perkembangan nilai RCA Uganda yang tidak stabil ini merupakan salah satu peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di pasar internasional. Tanzania merupakan produsen teh hijau yang memiliki nilai RCA tinggi dengan kecenderungan peningkatan nilai RCA tiap tahunnya untuk periode 2001- 2005, sedangkan dilihat dari penguasaan pangsa pasar teh hijau di dunia juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Selain itu negara India dalam perkembangannya selama periode 2001-2005 juga mengalami peningkatan pangsa pasar dan nilai RCA tiap tahunnya. Hal ini merupakan ancaman yang serius bagi produsen teh termasuk Indonesia dalam meningkatkan daya saingnya di pasar internasional. Cina adalah negara yang memiliki pangsa pasar yang tertinggi pada komoditi teh hijau HS 090220 dibanding negara lainnya di pasar internasional namun ternyata nilai RCA Cina lebih kecil daripada nilai RCA Tanzania nilai RCA Uganda. Hal ini dikarenakan proporsi ekspor komoditi teh hijau Tanzania dan Uganda terhadap total ekspornya di pasar dunia lebih besar dari pada proporsi ekspor Cina terhadap keseluruhan ekspornya di pasar dunia. Kuatnya daya saing dan cukup tingginya pangsa pasar komoditi teh hijau HS 090220 di pasar internasional menunjukkan semakin ketatnya persaingan komoditi teh dalam kancah dunia. Namun, pada periode tahun 2001 hingga tahun 2005 pangsa pasar Indonesia memiliki kecenderungan menurun. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mempertahankan pangsa pasar dan meningkatkan daya saing teh hijau Indonesia di pasar dunia baik secara internal maupun 79 eksternal agar dapat memberikan dampak yang positif terhadap keunggulan komparatif teh hijau Indonesia di pasar internasional.

7.1.3 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Hitam HS 090230