Analisis Keunggulan Komparatif Metode Pengolahan dan Analisis Data

51 mengetahui nilai indeks Herfindahl dan rasio konsentrasi empat produsen terbesar ini maka industri teh nasional secara tidak langsung dapat mengetahui konsentrasi industri dan struktur pasar persaingan dimana Indonesia dan negara-negara produsen teh lainnya bersaing, serta menyesuaikan strategi kompetitif yang akan digunakan. Tipe struktur pasar selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11. Tipe Pasar mulai dari Monopoli Murni sampai dengan Persaingan Murni Tipe Pasar Kondisi Utama Monopoli Murni Suatu negara memiliki 100 persen dari pangsa pasar Perusahaan yang dominan Suatu negara memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat Oligopoli Ketat Penggabungan empat negara terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah Oligopoli Longgar Penggabungan empat negara terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40 persen atau kurang dari pangsa pasar. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin Persaingan Monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar Persaingan Murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Sumber: Wihana K. Jaya, Ekonomi Industri, 2001

4.2.2 Analisis Keunggulan Komparatif

Menurut Tambunan 2001, keunggulan komparatif dapat diukur salah satunya dengan menggunakan Balassa’s Revealed Comparative Advantage Index yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu tersebut di pasar dunia. Tujuan penggunaan indeks RCA dalam penelitian adalah untuk mengetahui posisi komparatif Indonesia diantara negara-negara produsen teh lainnya di pasar teh internasional. Selain itu, indeks ini bermanfaat untuk mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup tangguh bersaing di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini. Indeks RCA dirumuskan sebagai berikut : 52 RCA = ] [ ] [ Xw Xiw Xj Xij Dimana, Xij = Nilai ekspor sektor i negara j Xj = Total ekspor dari negara j Xiw = Total ekspor dunia dari sektor i Xw = Total ekspor dunia Bila suatu negara memiliki nilai RCA lebih besar dari 1, maka dapat dikatakan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produk yang terkait dan berdaya saing kuat. Apabila nilai RCA kurang dari 1 mengindikasikan kerugian komparatif dalam produk terkait dengan kata lain menunjukkan daya saing yang lemah. Semakin tinggi nilai RCAnya maka semakin tangguh daya saingnya. Keuntungan dari menggunakan RCA Indeks adalah bahwa indeks ini memepertimbangkan keuntungan intrinsik komoditi ekspor tertentu secara konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah relatif. Namun indeks ini memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja ekspor didasarkan pada asumsi adanya persaingan bebas antar negara dan produk yang homogen untuk diperbandingkan. Indeks ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya. Maka selain analisa RCA juga digunakan model berlian Porter untuk melihat kondisi sektor teh di dalam negeri khususnya Indonesia yang berkaitan dengan keunggulan kompetitifnya. 53

4.2.3 Analisis Keunggulan Kompetitif