Konsep Daya Saing Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Struktur Pasar

29 bersangkutan. Hambatan masuk atau keluar yang besar seringkali merintangi para pendatang potensial dan menawarkan kesempatan untuk memperoleh laba ekonomi, bahkan dalam jangka panjang, baik kepada produsen monopoli yang efisien maupun yang tidak efisien. Dalam dunia perdagangan, struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat dan proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya dan tingkat pengaturan pemerintah. Para pakar ekonomi mengklasifikasikan pasar dengan memperhatikan seberapa banyak jumlah perusahaan yang ada dalam industri. Struktur pasar penting karena berimplikasi pada persaingan ekonomi di negara yang berkepentingan jika suatu negara menguasai pangsa pasar 20 persen daripada negara lainnya maka dapat ditentukan sejauh mana suatu negara dapat menjadi price taker atau market follower. Selain itu negara tersebut berpotensi untuk melakukan persaingan yang tidak sehat seperti kolusi dan memiliki pengaruh untuk mengubah harga suatu komoditi

3.1.2 Konsep Daya Saing

Dalam perdagangan, daya saing akan menentukan posisi suatu komoditi di pasar. Di pasar internasional seperti di negara-negara Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, Federasi Rusia teh Indonesia bersaing dengan produk sejenis atau subtitusinya yang diproduksi oleh negara pesaing. Salah satu indikator daya saing suatu komoditi ialah pangsa pasar Martin et al, 1991. Disebutkan bahwa jika pangsa pasar suatu komoditi meningkat, berarti daya saing komoditi itu meningkat. Oleh karena itu analisis daya saing secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar dan pertumbuhan pasar. 30 Pendekatan demikian telah banyak diterapkan oleh para peneliti, antara lain Sirhan dan Johnson 1991, Fontes, Grennes, dan Johnson 1990, Silvapulla dan Phillips 1985, Sigit dan Asra 1985, Drajat dan Johnson 1991, dan Drajat dan Darmawan 1991 7 . Dalam analisis daya saing komoditi teh Indonesia di pasar internasional, pendekatan serupa dapat dilakukan. Menurut Simanjuntak 1992 dalam Tarsono 2006, daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dari pengusahaan komoditi tersebut. Tingkat keuntungan dapat dilihat dari keuntungan privat dan keuntungan sosial. Sedangkan efisiensi pengusahaan komoditi dapat dari tingkat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. a. Konsep Keunggulan Komparatif Perkembangan yang terjadi di dunia baik di bidang ekonomi, politik maupun teknologi menciptakan saling ketergantungan yang tinggi antar negara. Konsekuensinya adalah peran perdagangan internasional menjadi sangat penting. Suatu negara akan mengekspor sejumlah barang, jasa dan faktor produksi untuk ditukarkan dengan impor barang, jasa, dan faktor produksi lain yang hanya dapat diproduksi dengan cara yang kurang efisien atau tidak dapat diproduksi sama sekali. Dengan semakin berkembangnya hubungan saling ketergantungan 7 Bambang Drajat dan Prajogo U. Hadi, Daya Saing Minyak Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Eropa Barat, Amerika Serikat,dan Jepang, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 15, Nomor 1, Mei 1996, hlm 73 31 tersebut, peranan dari perdagangan internasional dari setiap negara akan semakin penting. Konsep keunggulan komparatif The Law of Comparative Advantage pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada awal abad ke 19. Konsep keunggulan komparatif Ricardo menyatakan bahwa suatu negara akan cenderung memproduksi dan mengekspor komoditi dengan biaya produksinya secara relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi negara lain dan di dasarkan kepada satu produksi saja yaitu tenaga kerja Salvatore, 1997. Hukum keunggulan komparatif Ricardo mendasarkan pada sejumlah asumsi yang disederhanakan, yaitu: 1 hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, 2 perdagangan bersifat bebas, 3 terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, 4 biaya produksi konstan, 5 tidak terdapat biaya transportasi 6 tidak ada perubahan teknologi, dan 7 menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, namun asumsi tujuh yaitu teori nilai tenaga kerja tidak berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif. Pada tahun 1933 Heckscler dan Olin melakukan pengembangan terhadap Hukum Keunggulan Komparatif Ricardo. Heckscler dan Olin H-O menekankan pada perbedaan tarif faktor pemberian alam endowment dan harga-harga faktor produksi antar negara sebagai determinan perdagangan yang paling penting. Teori H-O beranggapan bahwa tiap negara akan mengekspor komoditi yang secara relatif mempunyai faktor produksi yang berlimpah dan murah, serta mengimpor komoditi yang faktor produksinya relatif langka dan mahal Salvatore, 1997. 32 Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif, pertama adalah iklim yang berbeda. Hal ini membuat negara memiliki fungsi produksi yang berbeda akibat dari masukan yang sama akan menghasilkan keluaran yang berbeda pada iklim yang berbeda. Keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara diperoleh dari hasil produksi komoditi yang paling sesuai dengan iklimnya. Kedua adalah faktor teknologi yang berbeda. Kenyataan bahwa teknologi terus berubah berimbas pada teknik produksi yang diterapkan di tiap negara. Negara- negara yang mampu menyerap teknologi lebih cepat serta mampu mengimplementasikannya dengan baik akan memperoleh keunggulan komparatif lebih besar dibanding negara lainnya yang tidak mampu mengadaptasi perubahan teknologi Lipsey, 1997 Menurut Salvatore 1997, keunggulan komparatif menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi dua jenis komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi pada produksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut paling kecil. Dari komoditi inilah negara tersebut memiliki keunggulan komparatif.

b. Keunggulan Kompetitif Suatu Negara