Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

104

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Selama periode 1996 – 2005 perkembangan laju pertumbuhan produktivitas yaitu sebesar 11,3 persen menunjukkan peningkatan yang cukup besar, tetapi laju pertumbuhan produksi komoditi teh Indonesia hanya meningkat sedikit yaitu sebesar 0,71 persen. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan luas areal teh yang mengalami penurunan sebesar 1,12 persen. 2. Secara umum perkembangan ekspor komoditi teh hijau HS 090210 selama periode 2001 – 2005 menunjukkan peningkatan pangsa pasar yang ditandai dengan laju perkembangan positif. Sedangkan komoditi teh hitam HS 090230 selama periode tersebut mengalami peningkatan nilai ekspor yang pesat dan memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi. Pesaing utama Indonesia untuk kedua komoditi ini adalah negara Cina, Sri Lanka dan India. Sementara perkembangan pangsa pasar ekspor Indonesia untuk komoditi teh hijau HS 090220 dan teh hitam HS 090240 selama periode 2001-2005 cenderung mengalami penurunan terhadap penguasaannya di pasar dunia. Pesaing utama Indonesia dalam mengekspor komoditi teh hijau HS 090220 dan teh hitam HS 090240 adalah negara Sri Lanka, Kenya, Cina dan India. 3. Struktur pasar yang dihadapi Indonesia dalam pasar teh internasional terdiri dari pasar persaingan oligopoli dan monopoli. Posisi Indonesia di masing- masing pasar tersebut adalah market follower atau pengikut pasar. Akibatnya posisi Indonesia di pasar teh dunia sangat rentan terhadap para penantang pasar yang kuat. Pesaing utama Indonesia dalam perdagangan teh dunia adalah Sri 105 Lanka, Kenya, Cina dan India yang mampu memproduksi teh jauh lebih besar dengan kualitas teh yang lebih baik dibandingkan Indonesia bahkan luas arealnya pun juga lebih luas dibandingkan Indonesia. 4. Berdasarkan analisis keunggulan komparatif menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia memiliki daya saing kuat, tetapi dilihat dari analisis keunggulan kompetitif menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing lemah. Secara garis besar hal ini menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing lemah di pasar internasional. 5. Analisis keunggulan komparatif dengan nilai RCA menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia yang berdaya saing kuat adalah teh hijau HS 090210 dan teh hitam HS 090240 karena kedua komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif selama periode 2001 – 2005 serta memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi dan pangsa pasar ekspor yang luas. Komoditi teh hijau HS 090220 hanya memiliki keunggulan komparatif pada tahun 2001 – 2003 sementara untuk komoditi teh hitam HS 090230 berpotensi berdaya saing kuat karena memiliki keunggulan komparatif pada tahun 2004 dan 2005. 6. Analisis keunggulan kompetitif dengan Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing lemah karena terdapat berbagai kendala yaitu kualitas teh Indonesia yang belum memenuhi standar internasional, kualitas sumberdaya manusia yang masih lemah, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan komoditi teh Indonesia, permintaan domestik yang semakin menurun serta kebijakan pemerintah yang tidak kondusif terhadap pembangunan komoditi teh nasional. 106

8.2 Saran