38 perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan
faktor-faktor penentu tersebut secara efektif.
6. Peran Kesempatan
Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan daya saing global industri
nasional. Beberapa keuntungan yang dapat mempengaruhi naiknya daya saing global industri nasional adalah adanya penemuan baru yang murni, biaya
perusahaan yang tidak berlanjut misalnya terjadi perubahan harga minyak atau deperesi nilai mata uang, meningkatnya permintaan produk industri yang
bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain, serta berbagai faktor kesempatan lainnya.
3.1.3 Teori Perdagangan Internasional
Menurut Salvatore 1997, teori perdagangan internasional menganalisa dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang
diperolehnya. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut
proteksionisme baru new protection. Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek
mikroekonomi ilmu ekonomi internasional sebab berhubungan dengan masing- masing negara sebagai individu yang diberlakukan sebagai unit tunggal, serta
berhubungan dengan harga relatif suatu komoditi. Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan dan
penawaran, juga karena adanya keinginan memperluas pemasaran komoditi
39 ekspor untuk menambah devisa dalam upaya penyediaan dana pembangunan yang
bersangkutan. Permintaan berbeda misalnya karena perbedaan selera dan tingkat pendapatan. Penawaran berbeda karena jumlah dan kualitas faktor produksi dan
tingkat teknologi. Dalam suatu negara faktor kepemilikan faktor produksi boleh dikatakan
senantiasa berubah-ubah dari waktu ke waktu. Demikian pula halnya dengan teknologi dan selera konsumen, baik secara individual maupun secara agregat
nasional. Sebagai akibatnya, keunggulan komparatif suatu negara juga senantiasa mengalami perubahan. Dampak yang ditimbulkan dari perubahan
dalam kepemilikian faktor produksi dikaitkan dengan teorema Rybezynski. Pada intinya teorema Rybezynski menyatakan bahwasanya pada harga-harga komoditi
yang konstan, setiap kenaikan dalam kepemilikan atau jumlah salah satu produksi akan meningkatkan output dari komoditi yang lebih banyak menggunakan faktor
produksi itu ketimbang faktor produksi lainnya, dan dalam waktu bersamaan akan menurunkan output komoditi lain. Perubahan selera, peningkatan penggunaan
faktor produksi, serta pertumbuhan faktor produksi akan mengubah volume perdagangan dan atau mengubah nilai tukar perdagangannya.
Hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional secara bebas. Karena
hambatan-hambatan tersebut berkaitan erat dengan praktek dan kepentingan perdagangan atau komersial dari masing-masing negara, maka hambatan-
hambatan tersebut lazim disebut sebagai kebijakan perdagangan trade policy atau kebijakan komersial commercial policy. Meskipun secara umum penerapan
kebijakan perdagangan selalu dikemukakan sebagai suatu alat yang perlu
40 diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, dalam kenyaataannya hal
tersebut lebih bertolak dari kepentingan sepihak dari kelompok-kelompok tertentu yang memang paling diuntungkan oleh pemberlakuan hambatan-
hambatan perdagangan. Bentuk hambatan perdagangan adalah hambatan tarif dan non tarif.
Hambatan perdagangan tarif merupakan kebijakan perdagangan yang paling penting atau menonjol secara historis. Tarif tariffsebenarnya merupakan
pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan secara teritorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua
dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada dua macam tarif, yakni tarif
impor impor tariff, yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain. Sedangkan tarif ekspor export tariff yang merupakan
pajak untuk suatu komoditi yang diekspor. Kemudian, apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada beberapa jenis tarif yakni tarif spesifik, gabungan
dan ad valorem. Tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Sedangkan tarif
spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Dan tarif campuran merupakan gabungan dari keduanya, yaitu disamping mengenakan
pungutan dalam jumlah tertentu, tarif campuran ini juga memungut sekian persen lagi Salvatore, 1997.
Meskipun secara historis tarif merupakan bentuk hambatan perdagangan yang utama, namun sesungguhnya masih banyak bentuk-bentuk restriksi atau
hambatan perdagangan yang lain seperti kuota impor, pembatasan ekspor secara
41 “sukarela” dan tindakan-tindakan anti-dumping. Instrumen kebijakan perdagangan
lainnya yang paling menonjol adalah pemberian subsidi ekspor, pembatasan impor, konsep pengekangan ekspor “secara sukarela” voluntary export restrains,
dan persyaratan kandungan lokal local content requirements Salvatore, 1997. Kebijakan tersebut berpengaruh negatif terhadap kelancaran perdagangan antar
negara. Sebagai contoh, standar mutu yang ditetapkan Uni Eropa terhadap impor komoditi teh dapat menurunkan volume ekspor negara-negara produsen teh
terutama yang produknya tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Uni Eropa. Akan tetapi setiap negara-negara produsen komoditi teh akan berlomba-
lomba untuk meningkatkan kualitas dan mutu tehnya agar lebih baik. Mengingat bahwa negara Uni Eropa merupakan pangsa pasar yang besar untuk komoditi teh
dengan tingkat konsumsi perkapita mencapai 2,12 kg perkepala ITC, 2006. Secara teoritis, dampak-dampak yang ditimbulkan dengan adanya
pemberlakuan kebijakan perdagangan dapat dilihat pada Gambar 3. Pada gambar tersebut misal negara 1 akan mengekspor suatu komoditi ke negara lain yaitu
negara 2, apabila harga domestik di negara 1 sebelum terjadinya perdagangan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara 2. struktur harga
yang relatif lebih rendah di negara 1 tersebut disebabkan oleh kelebihan penawaran excess supply yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik,
sebesar segitiga ABE. Dalam hal ini faktor produksi di negara 1 relatif berlimpah. Dengan
demikian negara 1 mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, negara 2 mengalami kekurangan suplai suatu komoditi
karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik excess demand,
42 sebesar segitiga A’B’E’ sehingga harga menjadi lebih tinggi. Dalam kesempatan
ini negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi negara lain yang harganya relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara 1 dan 2,
maka akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara 1 akan mengekspor komoditi X ke negara 2. Suplai di pasar internasional akan
terjadi jika harga internasional lebih besar daripada P1, sedangkan permintaan di pasar internasional sama dengan P2 maka di negara 2 terjadi kelebihan permintaan
sebesar A’B’E’, sedangkan jika harga internasional sebesar P2 maka di negara 1 akan terjadi kelebihan suplai sebesar ABE.
Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara 1 dan kelebihan permintaan di negara 2 akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional,
yaitu sebesar P2 atau dengan kata lain, P2 merupakan harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnnya kebijakan perdagangan di kedua negara dan merupakan
harga yang berlaku di kedua negara. a. Pasar di Negara 1 b. Pasar Internasional c. Pasar di Negara 2
Px Px Px Sx
P3 ----------------------------------------------------------------------A’ P2 E’’
P1 --------------------------- A” A
Dx Dx
Gambar 3. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore, 1997
x x
x Sx
Ekspor
E B
B” E’
D S
B’ E”
Impor
O O
O X
11
X
Int
X
21
43
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional