79 eksternal agar dapat memberikan dampak yang positif terhadap keunggulan
komparatif teh hijau Indonesia di pasar internasional.
7.1.3 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Hitam HS 090230
Berdasarkan nilai RCA perkembangan daya saing Indonesia selama periode 2001 hingga 2005 cenderung mengalami peningkatan. Selama tahun 2001
hingga 2003 komoditi teh hitam Indonesia HS 090230 tidak memiliki daya saing karena nilai RCA yang kurang dari satu. Hal ini disebabkan penguasaan pangsa
pasar ekspor komoditi teh hitam HS 090230 yang cenderung kecil seperti terlihat pada tabel 17. Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena nilai RCA Indonesia
menunjukkan perkembangan yang positif dengan puncaknya pada tahun 2004 dimana nilai RCA Indonesia mencapai 7,48. Tetapi Indonesia tidak bisa
mempertahankan daya saingnya sehingga kembali terjadi penurunan walaupun sedikit di tahun 2005 dengan nilai RCA sebesar 7,11.
Diantara delapan negara, Sri Lanka adalah negara yang memiliki nilai RCA terbesar dan pangsa pasar tertinggi. Selama periode 2001-2005
perkembangannya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dilihat dari penguasaan pangsa pasarnya Sri Lanka menguasai lebih dari 28 persen. Menurut
ITC 2006, tingkat konsumsi teh negara Sri Lanka cukup tinggi yaitu 1400 gram perkapita. Perkembangan positif nilai RCA, pangsa pasar dan tingkat konsumsi
teh Sri Lanka ini merupakan ancaman bagi negara produsen teh hitam seperti Indonesia. Indonesia harus mempersiapkan diri agar dapat bersaing dengan Sri
Lanka di pasar teh hitam ini. Uganda merupakan salah satu produsen teh hitam dengan nilai RCA
terbesar. Perkembangannya selama periode 2001-2005 cenderung fluktuatif.
80 Ketidakstabilan nilai RCA ini merupakan suatu kesempatan bagi Indonesia untuk
dapat merebut pangsa pasar teh hitam di pasar internasional.
Tabel 29. Nilai RCA Komoditi Teh Hitam HS 090230 di Pasar Internasional Tahun 2001-2005
Negara
Tahun
2001 2002
2003 2004
2005
Sri Lanka 410,06
426,84 500,16
526,81 598,83
India 25,97
14,96 13,34
12,19 8,01
Kenya 4,48
4,97 2,70
0,59 0,90
Cina 0,27
0,26 0,22
0,20 0,28
Indonesia 0,17
0,20 0,19
7,48 7,11
Argentina 0,14
0,11 0,11
0,13 0,19
Tanzania 0,61
4,53 0,47
7,92 Uganda
300,30 363,30
302,19 422,40
212,60 Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database COMTRADE diolah, 2007
Penguasaan pangsa pasar Indonesia untuk komoditi teh hitam HS 090230 untuk tahun 2004 dan 2005 lebih besar daripada pangsa pasar Uganda. Namun,
nilai RCA Uganda jauh lebih besar daripada Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan RCA, nilai ekspor komoditi suatu negara tertentu dibandingkan
dengan total ekspor negara tersebut, maka negara yang jumlah ekspornya relatif sama dengan negara lain namun total ekspornya lebih besar justru mempunyai
nilai RCA yang lebih kecil. Nilai RCA Uganda yang besar menunjukkan bahwa komoditi teh hitam di pasar domestik Uganda merupakan komoditi ekspor yang
sangat diandalkan dan cukup tangguh. Kuatnya daya saing dan cukup tingginya pangsa pasar komoditi teh hitam
HS 090230 di pasar internasional menunjukkan semakin ketatnya persaingan komoditi teh hitam dalam kancah dunia. Terutama Indonesia yang nilai RCA dan
pangsa pasarnya menunjukkan perkembangan peningkatan yang baik. Hal seperti ini harus dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dampak yang positif
terhadap keunggulan komparatif Indonesia di pasar internasional.
81
7.1.4 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Hitam HS 090240