Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

165 yang ada. Untuk mempercepat penyampaian informasi perkembangan pertanian kepada masyarakat, perlu disediakan teknologi informasi yang berbasis komputerisasi yang mudah diakses oleh masyarakat di wilayah ini. Kondisi sarana dan prasarana jalan dan sarana dan prasarana umum, termasuk sarana dan prasarana pendukung agribisnis di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang secara umum dapat dikategorikan kurang memadai. Untuk mendukun pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, maka dukungan sarana dan prasarana jalan dan umum ini perlu ditingkatkan dengan membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Kondisi sarana dan prasarana jalan dan umum yang tidak memadai ini terlihat pada beberapa desa yang jauh dari ibukota kecamatan terutama di Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding, seperti ketiadaan sarana dan prasarana penghubung berupa jalan darat, sarana dan prasarana telekomunikasi, sarana dan prasarana kesehatan, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sarana dan prasarana umum lainnya seperti sarana dan prasarana agribisnis.

e. Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan terdiri dari sembilan atribut, antara lain 1 keberadaan Balai Penyuluh Pertanian BPP, 2 keberadaan lembaga sosial, 3 keberadaan Lembaga Keuangan Mikro LKM, 4 Keberadaan Lembaga Kelompok Tani LKT, 5 mekanisme kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan agropolitan, 6 ketersediaan peraturan perundang-undangan pengembangan kawasan agropolitan, 7 sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah, 8 ketersediaan perangkat hukum adatagama, dan 9 perjanjian kerjasama dengan Malaysia. Berdasarkan hasil analisis Laverage diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya yaitu 1 sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah, 2 mekanisme kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan agropolitan, 3 keberadaan Lembaga Keuangan Mikro LKM, 4, keberadaan lembaga sosial dan 5 keberadaan Lembaga Penyuluh Pertanian BPP. Atribut-atribut tersebut perlu dikelola dengan baik agar nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan ini meningkat untuk masa yang akan datang. Hasil analisis Laverage dapat dilihat seperti Gambar 47. 166 Nilai RMS Hasil Analisis Laverage 4.78 3.75 7.43 2.87 5.65 2.37 5.40 5.13 5.01 1 2 3 4 5 6 7 8 Perjanjian Kerjasama dgn Malaysia Perangkat HukumAgama Sinkronisasi Kebijkan Pusat dan Daerah Peraturan Kws Agropolitan Mekanisme Lintas Sektoral Ketersediaan Lembaga Kelompok Tani Keberadaan LKM Ketersediaan Lembaga Sosial Keberadaan BPP At ri b u t Gambar 47. Peran Masing-masing Atribut Dimensi Hukum dan Kelembagaan yang Dinyatakan dalam Bentuk Nilai RMS Root Mean Square Kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah, khususnya di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang masih dirasakan belum sinkron. Ini terlihat dari perubahan paradigma pembangunan wilayah selama ini yang lebih mengedepankan pembangunan wilayah perbatasan, namun hasilnya sampai saat ini belum terlihat secara signifikan. Ini dibuktikan oleh masih terjadinya disparitas pembangunan wilayah antara wilayah perbatasan yang dicirikan oleh desa-desa tertinggal sementara wilayah non perbatasan dipercepat pembangunannya menjadi kota-kota besar. Di sisi lain, penyusunan kebijakan- kebijakan pembangunan secara top down dari pusat sering tidak sinkron dengan pembangunan di daerah. Hal ini disebabkan kebijakan pembangunan dari pusat yang diberlakukan secara menyeluruh wilayah di Indonesia, sementara kondisi wilayah setiap daerah berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, sehingga seringkali kebijakan tersebut tidak sesuasi dengan kondisi wilayah setempat. Wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian baik untuk sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan. Salah satu program pembangunan yang dapat dikembangkan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sesuai dengan potensi yang dimilikinya adalah pengembangan kawasan agropolitan. Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Bengkayang telah menetapkan Kecamatan Sanggau Ledo sebagai lokasi pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Dalam rangka 167 pengembangan kawasan agropolitan ini, sangat diharapkan peran pemerintah pusat dan pemerintah Propinsi Kalimantan Barat sama-sama dengan pemerintah Kabupaten Bengkayang yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator dalam mempercepat pembangunan kawasan dengan memberikan program-program rintisan dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Mekanisme kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang secara tersurat dalam bentuk produk hukum seperti perda ataupun keputusan belum ada, namun secara tersirat dapat dikatakan sudah ada yaitu dengan keluarnya Surat Keputuan Bupati Kabupaten Bengkayang Nomor 349 tahun 2006 tentang Pembentukan Kelompok Kerja POKJA pengembangan kawasan agropolitan. Dalam keputusan tersebut, ditekankan keterlibatan seluruh stakeholder terutama dinasinstansi yang terkait dalam menangani pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Namun demikian, keberadaan kelompok kerja pengembangan agropolitan ini dapat dikatakan belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan wilayah ini merupakan daerah pencanangan baru sebagai kawasan pengembangan agropolitan sehingga aturan main mengenai tugas dan fungsi masing-masing dinasinstansi yang terkait dalam pengembangan kawasan belum disusun. Keberadaan mekanisme kerjasama lintas sektoral ini sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengembangan kawasan, terutama pada penyusunan dan pelaksanaan program-program pengembangan kawasan. Namun perlu diingat bahwa penyusunan dan pelaksanaan program tidak diarahkan pada pelaksanaan proyek semata, melainkan diarahkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan proyek di kawasan agropolitan, dapat diukur dari manfaat yang diperoleh masyarakat secara keberlanjutan. Lembaga keuangan mikro LKM sangat memegang peranan penting dalam rangka penyediaan pembiayaan kegiatan ekonomi mikro masyarakat disuatu wilayah. Berdasarkan hasil kajian dari beberapa informan, mengatakan bahwa keberadaan LKM di wilayah perbatasan Kabupaten bengkayang terdapat di seluruh kecamatan dan berjalan efektif, sehingga keberadaan LKM ini perlu tetap dipertahankan atau ditingkatkan guna lebih mempermudah dalam pelayanan pembiayaan kegiatan ekonomi mikro masyarakat setempat. 168 Pengembangan LKM di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang meliputi dua pola yaitu pola pengembangan secara top down dan button up. Pola pengembangan secara top down telah banyak dipraktekkan seperti program pendirian KUD, pola penyaluran Kredit Usahatani ataupun kredit-kredit program lainnya dimana kebijakan pendekatannya dari pihak yang memiliki kewenangan dalam hal ini adalah pemerintah. Namun demikian kontuinitas dari program- program ini sulit dipertahankan, hal ini terlihat di masyarakat bahwa KUD, KUT atau program lainnya yang tidak dapat berjalan dengan baik. Pola button up mengupayakan kesadaran dan partisipasi dari masyarakat untuk menjalankan program pengembangan untuk kepentingannya sendiri. Pada pola ini masyarakatlah yang memiliki inisiatif dan berperan penuh pada kegiatan-kegiatan mereka, sehingga keberhasilannya sangat ditentukan dari rasa tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri. Langkah awah dari pola button up ini adalah pendampingan, pengorganisasian, dan pemberdayaan masyarakat dimana upaya pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kunci sukses keberhasilan LKM. Salah satu contoh LKM pola button up yang telah terlihat keberhasilannya dalam penyediaan pembiayaan kegiatan ekonomi mikro masyarakat adalah pembentukan Credit Union CU di bawah koordinasi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah BK3D Kalimantan Barat. CU didirikan oleh sekelompok orang-orang yang sama-sama sudah saling percaya dan mempunyai rencana untuk mengukir kehidupan yang lebih baik dalam ikatan kebersamaan. Bentuk LKM pola button up lainnya yang diharapkan dapat berkembang di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah Baitul Maal wat Tamwil BMT. BMT ini melaksanakan dua jenis kegiatan yaitu Baitul Tamwil untuk mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil ke bawah dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi, dan Baitul Maal yang menerima titipan zakat, infaq, dan shadaqah serta menjalankan sesuai pertauran dan amanahnya. Keberadaan lembaga sosial di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang telah tersedia dan berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga keberadaan lembaga sosial ini perlu dipertahankan. Namun agar nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan dapat lebih meningkat, maka keberadaan lembaga sosial ini juga perlu lebih ditingkatkan. Lembaga sosial yang ada dan efektif berjalan di wilayah perbatasan antara lain lembaga 169 kepemudaan seperti karang taruna; lembaga pendidikan seperti TPA dan TKA; lembaga kesehatan seperti Pos Pelayanan Terpadu Posyandu dan Poliklinik Desa Polindes; lembaga keagamaan seperti kegiatan pengajianyasinan dan kebaktian. Lembaga lain seperti lembaga ekonomi masyarakat yang sekaligus berfungsi sebagai lembaga sosial adalah keberadaan Credit Union CU. Lembaga ini, fungsi utamanya menyediakan fasilitas pembiayaan untuk penggerakkan kegiatan ekonomi mikro masyarakat, tetapi memiliki fungsi lain seperti menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, perabot rumah tangga dan sarana transportasi seperti kendaraan roda dua dalam bentuk pinjaman kredit tanpa bunga. Hampir seluruh kecamatan di empat kecamatan wilayah studi yaitu Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding memiliki Lembaga Penyuluh Pertanian BPP, kecuali Kecamatan Siding sehingga BPP-nya masih bergabung dengan BPP Kecamatan Seluas. Keberadaan BPP ini memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian yang tugas utamanya memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada petani dan pelaku agribisnis lainnya. Sistem kerja penyuluhan dan pendampingan, diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi daerahnya masing-masing. Sistem kerja penyuluhan ini pada dasarnya dapat dibedakan atas empat jenis yaitu sistem kerja latihan dan kunjungan LAKU, sistem kerja sekolah lapang, sistem kerja penyuluhan swakarsaswasta, dan sistem penyuluhan layanan konsultasi. Mengingat sistem kerja penyuluh cukup luas, maka pemberian fasilitas-fasilitas kepada penyuluh perlu meendapatkan perhatian dari pemerintah seperti pelatihan-pelatihan, pertemuan kelompok di pos pelayanan penyuluhan di desa, action research petani, dan penyusunan program penyuluhan tingkat desa. Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan, maka BPP yang ada sekarang sebaiknya ditingkatkan statusnya menjadi Balai Penyuluh Pembangunan Kawasan yang selanjutnya merupakan cikal bakal terbentuknya BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan yang bertugas : 1. Mempersiapkan master plan dan rencana program tahunan 2. Mensinkronkan, mensinergikan semua programproyek dan investasi yang masuk ke dalam kawasan agropolitan 3. Mengkoordinasikan kepada para penyuluh pertanian, industri, koperasi, keluarga berencana tenaga fungsional lainnya, petugas kesehatan hewan, 170 pengamat hama, juru penerang, penyuluh swakarsa, dan kontak tani, serta petugas dan pendamping lainnya. 4. Menyampaikan permasalahan untuk dipecahkan oleh instansi yang terkait. 5. Membuat laporan berkala untuk disampaikan kepada pihak yang berwenang. 6. Memberikan pendampingan yang terkait dengan aspek-aspek : - Pendampingan dalam pengembangan usahatani kecil usaha rumah tangga - Pendampingan dalam pengembangan agroindustri kecil dan menengah - Pendampingan dalam pengembangan lembaga ekonomi petani - Pendampingan dalam pengembangan pelayanan jasa Dengan meningkatkan tugas dan fungsi BPP pada kawasan agropolitan, akan berdampak pada peningkatan indeks keberlanjutan kawasan agropolitan sehingga statusnya meningkat.

f. Status Keberlanjutan Multidimensi