136 Agopolitan, pada tanggal 07 Juli 2006. Untuk mendukung program pemerintah
tersebut, maka berbagai upaya perlu dilakukan termasuk peningkatan sumberdaya manusia terutama sumberdaya pertanian agar memiliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan kawasan agropolitan. Tahap berikutnya atau tahap ketiga yang perlu dilakukan adalah
penyediaan sarana produksi pertanian, penyediaan industri pengolahan hasil pertanian, penyediaan bibitbenih berkualitas, kemudahan dalam birokrasi,
permodalan dan fasilitas pinjaman kredit, manajemen usahatani konservasi, keberadaan lembaga penyuluh pertanian, pemasaran yang baik, keamanan
dalam berinvestasi, dan perlunya kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan, dimana semua sub elemen kebutuhan program ini,
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan sehingga dapat dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan kemampuan dan
tingkat perkembangan kawasan, kemudian pada tahap terakhir adalah menjalin kerjasama dengan negara tetangga dimana keberadaan negara tetangga ini
memiliki posisi strategis terhadap keberhasilan program agropolitan baik melalui investasi dalam pengembangan kawasan maupun sebagai media pemasaran
yang baik bagi hasil pertanian dan produk olahannya.
c. Lembaga yang Terlibat dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan pendapat pakar, ditemukan 12 sub elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan
Kabupaten Bengkayang yaitu 1 Pemerintah Pusat, 2 Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat, 3 Pemerintah Kabupaten Bengkayang, 4 DinasInstansi
yang terkait, 5 Perbankan, 6 Koperasi, 7 Lembaga Keuangan Mikro, 8 Investor asing, 9 Industri Pengolahan Hasil Pertanian, 10 Lembaga Swadaya
Masyarakat, 11 Perguruan Tinggi, dan 12 Perusahaan Perkebunan. Posisi setiap sub elemen hasil analisis dengan menggunakan metode ISM seperti
terlihat pada gambar 37 di bawah ini. Pada gambar 37, terlihat bahwa sub elemen lembaga pemerintah
pusat 1 pemerintah propinsi Kalimantan Barat 2, dan pemerintah Kabupaten Bengkayang 3, terletak pada sektor IV yang merupakan sub elemen lembaga
yang sangat berpengaruh dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Sub elemen ini mempunyai kekuatan
penggerak driver power yang besar dalam pengembangan kawasan agropolitan,
137 dan memiliki ketergantungan dependence yang rendah terhadap lembaga
lainnya. Ketiga sub elemen ini merupakan sub elemen kunci lembaga yang terlibat dalam program pengembangan kawasan agropolitan. Sedangkan sub
elemen dinasinstansi yang terkait 4, lembaga perbankan 5, koperasi 6, lembaga keuangan mikro 7, industri pengolahan hasil pertanian 9, dan
perguruan tinggi 11 terletak pada sektor III yang merupakan sub elemen pengait linkages dari sub elemen lainnya. Sub elemen pada sektor ini memiliki
kekuatan pendorong driver power yang besar terhadap suksesnya program tetapi memiliki ketergantungan dependence yang besar pula terhadap lembaga
lainnya terutama lembaga pemerintah. Namun demikian, setiap tindakan terhadap tujuan pada sub elemen ini akan mempengaruhi suksesnya program
pengembangan kawasan agropolitan dan sebaliknya apabila sub elemen ini mendapatkan perhatian yang kurang, maka dapat berpengaruh terhadap
kegagalan program pengembangan kawasan agropolitan.
1 2
3 4, 5, 6, 7, 9, 11
8 10
12 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13
Sektor IV Indepencence
Dependence Dri
v e
r Powe r
Sektor III Linkage
Sektor II depencence
Sektor I Autonomous
Gambar 37. Matriks Driver Power – Dependence untuk Elemen Lembaga yang Terlibat Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
Sub elemen investor asing 8, lembaga swadaya masyarakat 10, dan perusahaan perkebunan 12 merupakan sub elemen akibat dari tindakan
pemenuhan kebutuhan program lainnya. Dengan kata lain, apabila beberapa sub elemen lembaga lainnya seperti tersebut di atas terpenuhi, maka sub elemen ini
menjadi sangat penting. Menjalin hubungan yang baik dengan Pemerintah Malaysia merupakan hal yang penting untuk dirintis untuk lebih mengembangkan
138 kawasan agropolitan. Hubungan ini dapat dalam bentuk kerjasama investasi
yang berkaitan dengan pengembangan agropolitan. Disisi lain, keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat penting dalam memberikan pengawasan
perjalanan kebijakan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bengkayang. Struktur hierarkhi hubungan sub elemen lembaga yang terlibat
dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang secara rinci dapat dilihat pada Gambar 38.
8
10
12
4 5
6 7
9 11
2 3
1
Level 1 Level 2
Level 3 Level 4
Level 5 Level 6
Gambar 38. Struktur Hierarkhi Sub Elemen Lembaga yang Terlibat dalam
Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang
Pada gambar 38, terlihat bahwa ada enam tahap atau level keterlibatan setiap lembaga dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah
perbatasan Kabupaten Bengkayang. Lembaga yang diharapkan sangat berperanan dalam pengembangan kawasan agropolitan pada tahap pertama
adalah Pemerintah Pusat, kemudian disusul pada tahap kedua yaitu Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah Kabupaten Bengkayang. Namun
demikian, jika dilihat pada gambar matrik Driver Power - Dependence Gambar 37 sebenarnya ketiga lembaga tersebut dapat bekerja bersama-sama
dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang karena ketiganya terletak dalam satu sektor yaitu sektor IV dan
merupakan sub elemen kunci yang sangat diharapkan peranannya untuk
139 mendukung keberhasilan pengembangan kawasan. Peran yang diharapkan
adalah komitmen yang kuat dari pemerintah melalui penerapan kebijakan pengembangan wilayah. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Garis-
Garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1999-2004 yaitu meningkatkan pembangunan di seluruh daerah, terutama daerah perbatasan dan wilayah
tertinggal lainnya yang berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat diterapkan di wilayah
perbatasan di Kabupaten Bengkayang sesuai dengan potensi wilayah yang dimiliki adalan pengembangan kawasan agropolitan yang disertai dengan
penyusunan program-program unggulan untuk mempercepat pembangunan kawasan.
Program pengembangan kawasan agropolitan dilaksanakan secara bertahap, berorientasi jangka panjang, dan dimulai dengan program yang bersifat
rintisan dan stimulan yang dikembangkan oleh pemerintah. Waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan agropolitan bisa mencapai lima tahun,
tergantung kondisi kawasan yang dikembangkan. Dalam tahap perkembangan awal pengembangan kawasan agropolitan, pemerintah harus memfasilitasi untuk
terbentuknya satu unit kawasan pengembangan agropolitan baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupatenkota. Perkembangan
berikutnya, peran pemerintah mulai dikurangi dan hanya pada sektor-sektor publik saja. Dalam perkembangan terakhir, peran pemerintah diharapkan keluar
dari sektor privat yang telah dilaksanakan oleh masyarakat agar tercipta kemandirian kawasan agropolitan, kecuali pada sektor-sektor yang benar-benar
publik seperti penanganan pertahanan dan keamanan, penegakan hukum, dan fasilitator. Adapun peran pemerintah dalam pengembangan kawasan agropolitan
menurut Deptan, 2003 adalah sebagai berikut : 1. Peran pemerintah pusat adalah membantu pemerintah propinsi dan
pemerintah kabupatenkota dalam pengembangan kawasan agropolitan serta kewenangan dalam bidang pemerintahan yang menyangkut lintas propinsi.
Peran pemerintah pusat adalah : a. Menyusun rencana program dan kebijakan pengembangan kawasan
agropolitan dalam bentuk pedoman umum dan pedoman yang terkait pengembangan kawasan.
140 b. Pelayanan informasi dan dukungan pengembangan jaringan informasi
serta memfasilitasi kerjasama lintas propinsi dan internasional dalam pengembangan kawasan agropolitan
c. Pengembangan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia. d. Penyelenggaraan pengkajian-pengkajian untuk pengembangan kawasan
agropolitan e. Pembangunan sarana dan prasarana publik, yang bersifat strategis.
2. Peran pemerintah propinsi adalah membantu memfasilitasi pemerintah kabupatenkota dalam pengembangan kawasan agropolitan, dan
bertanggung jawab dalam pengembangan kawasan agropolitan ditingkat propinsi, serta kegiatan pemerintah yang bersifat lintas kabupatenkota.
Peran pemerintah propinsi adalah : a. Mengkoordinasikan rencana program dan kebijakan pengembangan
kawasan agropolitan di wilayah propinsi b.
Memberikan pelayanan informasi pasar, teknologi, agroinput, permodalan dan jasa dan dukungan pengembangan jaringan informasi
serta memfasilitasi kerjasama lintas kabupaten dalam pengembangan kawasan agropolitan.
c. Menyelenggarakan pengkajian teknologi sesuai kebutuhan petani dan pengembangan wilayah.
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia. e. Membantu memecahkan masalah yang diminta oleh pemerintah
kabupatenkota. f. Membangun prasarana dan sarana publik yang bersifat strategis.
3. Peran pemerintah kabupatenkota sesuai titik berat otonomi daerah adalah sebagai penanggung jawab program pengembangan kawasan agropolitan di
kabupatenkota. Peran pemerintah kabupatenkota tersebut adalah : a.
Merumuskan program, kebijakan operasional, dan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan.
b. Mendorong partisipasi dan swadaya masyarakat dalam mempersiapkan master plan, program, dan melaksanakan program kawasan agropolitan.
c. Menumbuhkembangkan kelembagaan, sarana dan prasarana pendukung program pengembangan kawasan agropolitan.
Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan urusan pilihan pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah propinsi dan pemerintah
141 Titik berat pengembangan kawasan agropolitan terdapat di
kabupatenkota, oleh karena itu pemerintah kabupatenkota perlu membentuk Kelompok Kerja POKJA untuk membantu peran pemerintah dalam
pengembangan kawasan agropolitan secara sinergi mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan program. Keanggotaan kelompok kerja terdiri dari
unsur-unsur yang terkait seperti dinasinstansi lingkup pertanian, Bappeda, Dinas Kimpraswil, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Perguruan
Tinggi, Perbankan, Pengusaha, Kamar Dagang dan Industri KADIN, Camat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Petani, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM,
serta unsur lainnya yang dianggap penting Deptan, 2003. Keanggotaan kelompok kerja ini terlihat bahwa aktor-aktor lainnya seperti yang telah
disebutkan di atas, terwakili di dalam POKJA yang dibentuk oleh pemerintah. Berkaitan Kelompok Kerja POKJA, Pemerintah Kabupaten
Bengkayang telah membentuk Kelompok Kerja dalam pengembangan kawasan agropolitan yaitu dengan keluarnya Surat Keputusan Bupati Kabupaten
Bengkayang Nomor : 349 tahun 2006 SK Terlampir dalam lampiran 13 dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :
1. Penanggung jawab : Bupati dan Sekretariat Daerah Sekda setempat. 2. Ketua
: Kepala BAPPEDA Kabupaten Bengkayang 3. Wakil ketua
: Asisten I Sekretariat Kabupaten Bengkayang 4. Ketua harian
: Kepala dinas Pertanian kabupaten Bengkayang 5. Sekretaris : Kasubdin Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Kepala
Bidang Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Bengkayang 6. Anggota : DinasInstansi terkait, Kepala Bank Kalbar kabupaten
Bengakayang, Kontak tani nelayan andalan, Kadin, Camat setempat dan tokoh masyarakat.
Pada tahap ketiga, lembaga yang terlibat adalah dinasinstansi yang terkait, perbankan, koperasi, lembaga keuangan mikro, industri pengolahan hasil
pertanian, dan perguruan tinggi dengan tugas dan fungsinya dari masing-masing. Sedangkan pada tahap keempat, kelima dan keenam masing-masing
perusahaan perkebunan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Pemerintah Malaysia.
142
6.4. Kesimpulan