Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

6

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyusun suatu model pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dalam rangka untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebagai tujuan khusus, antara lain : 1 Menganalisis potensi, tingkat pekembangan, dan keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan. 2 Membangun model pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Malaysia 3 Merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Malaysia.

1.3. Kerangka Pemikiran

Wilayah perbatasan Kalimantan Barat pada dasarnya memiliki nilai strategis baik secara hukum, politis, sosial-budaya dan ekonomi, baik dalam hubungan ke dalam secara nasional maupun ke luar secara bilateral, regional maupun internasional. Secara politis hubungan bilateral maupun regional memerlukan upaya diplomasi sehingga tercapai hubungan yang harmonis. Secara hukum, hubungan antar negara tidak terlepas dari hukum-hukum internasional ataupun kesepakatan-kesepakatan bilateral sehingga di dalam negeri perlu dukungan peraturan perundangan. Dari sisi sosial-budaya antar negara bertetangga tidak terlepas pula adanya pengaruh saling mempengaruhi budaya kedua negara, yang pada akhirnya akan terjadi akulturasi dan membentuk budaya spesifik wilayah perbatasan, sedangkan dari sisi ekonomi, antara negera bertetangga tidak terlepas dari hubungan ekomoni secara regional sehingga keadaan ekonomi suatu negara secara dinamis akan dipengaruhi dan mempengaruhi ekonomi regional secara keseluruhan. Kebijakan pembangunan nasional mengamanatkan bahwa pendayagunaan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat. Hal ini perlu dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Namun proses pembangunan yang dilaksanakan selama ini, selain memberikan dampak 7 positif sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan pembangunan nasional tersebut, disisi lain telah menimbulkan masalah yang cukup besar dan kompleks, baik dilihat dalam tatanan inter maupun antar kawasan secara nasioan, regional dan internasional. Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayahkawasan tentunya akan berdampak semakin buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi, serta potensi konflik yang cukup besar di mana wilayah yang dulunya kurang tersentuh pembangunan mulai menuntut hak-haknya. Disisi lain akumulasi pembangunan di wilayah perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan mendorong terjadinya migrasi penduduk ke perkotaan. Akibatnya kota dan pusat-pusat pertumbuhan mengalami penyakit urbanisasi karena terjadinya over urbanization. Sementara di wilayah perdesaan mengalami krisis tenaga kerja akibat arus urban yang cukup besar. Lebih parah lagi ketika wilayah perdesaan ini sekaligus berada di wilayah perbatasan dengan negara lain dengan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup signifikan, tentunya akan mendorong arus urban yang besar pula kenegara tetangga. Menyadari terjadinya ketidakseimbangan pembangunan, maka pemerintah telah menyelenggarakan berbagai program-program pengembangan wilayahkawasan yang dikhususkan bagi wilayahkawasan yang selama ini kurang mendapat perhatian. Program-program tersebut meliputi Kawasan Sentra Produksi KSP, Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET, Kawasan Pusat Pertumbuhan KPP, dan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu KUAT. Semua program ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dan disparitas antar wilayah. Namun sayangnya, program-program ini tetap berdasarkan pada teori pusat-pusat pertumbuhan yang lebih menekankan pada pentingnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam membangun wilayah agar dapat tumbuh dengan pesat, sementara wilayah hinterland-nya mengalami pengurasan sumberdaya secara berlebihan. Salah satu program pemerintah dalam pembangunan wilayah yang lebih menekankan pada keterkaitan antara pusat pertumbuhan dengan wilayah hinterland melalui pengembangan komoditas unggulan lokal yang sesuai dengan potensi dan daya dukung daerah, adalah pengembangan kawasan agropolitan. Program ini sebagai upaya mensinergikan target sasaran program antara sisi produksi hingga pengolahan hasil dengan dukungan pembangunan infrastruktur 8 wilayah. Dalam program pengembangan kawasan agropolitan, keterkaitan antar wilayah melalui dukungan infrastruktur, pengembangan komoditas unggulan lokal, kelestarian lingkungan, penguatan kelembagaan dan kemitraan, serta pemberdayaan masyarakat lokal merupakan skala prioritas dalam pengembangan wilayah di kawasan agropolitan. Potensi daerah yang dapat digali di wilayah perbatasan Kalimantan Barat–Malaysia dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan antara lain adalah tanaman pangan, perikanan, hortikultura, perkebunan, dan kehutanan. Produksi maupun hasil olahan dari sektor-sektor tersebut dapat merupakan komoditas ekspor non migas potensial yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan Gambar 1 Nilai Strategis Nasional Regional dan Internasional Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Tidak Seimbang Program Pembangunan WilayahKawasan Pembangunan Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat Hukum Politik Ekonomi Sosial-Budaya Pembangunan Perkotaan Pembangunan Perdesaan Problem : Backwash effect urbanisasi KSP KAPE KPP KUAT AGROPOLITAN Pusat-pusat pertumbuhan baru Pengembangan Wilayah Kelestarian Lingkungan Ekonomi Perdesaan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Kota di Desa secara Berkelanjutan Kebijakan Pembangunan Nasional Unggulan Lokal Kelembagaan Kemitraan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Secara Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan 9

1.4. Perumusan Masalah