49 telah mencanangkan program pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis
Terpadu KUAT dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET. Program KUAT
diarahkan dalam rangka pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura dengan sasaran pendapatan masyarakat
mencapai 1000perkapitatahun. Program KUAT dipusatkan di Kecamatan Sanggau Ledo yang dikenal dengan Sanggau Ledo Komplek yang meliputi
Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding, sedangkan program KAPET diarahkan untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi
masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan lahan yang berwawasan lingkungan. Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat juga menetapkan kawasan
perbatasan Kabupaten Bengkayang sebagai sub kawasan barat bersama dengan Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang dengan outletinlet Aruk-
Biawak-Jagoi Babang-Serikin melalui perjalanan darat dan Sintete-Pantai Temajuk-Singkawang melalui perjalanan laut. Selanjutnya Pemerintah
Kabupaten Bengkayang menetapkan Kecamatan Sanggau Ledo sebagai kawasan pengembangan agropolitan pada tahun 2006.
4.4. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya di Wilayah Perbatasan
Kabupaten Bengkayang Pembangunan wilayah perbatasan di Kabupaten Bengkayang hingga
saat ini masih dirasakan sangat tertinggal bila dibandingkan dengan pembangunan di wilayah lain, apalagi bila dibandingkan dengan negara tetangga
Malaysia yang berbatasan darat langsung dengan Kabupaten Bengkayang. Kenyataan memperlihatkan bahwa kesenjangan yang terjadi cukup besar dari
berbagai aspek baik aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta infrastruktur. Ditinjau dari aspek sosial, memperlihatkan bahwa kehidupan masyarakat di
wilayah perbatasan relatif miskin. Kurangnya infrastruktur, tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra-sejahtera, dan rendahnya mutu sumberdaya
manusia serta belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam menyebabkan masyarakat tidak memiliki aksesibilitas yang memadai sehingga mereka merasa
terasing dan terisolasi di negaranya sendiri, mendorong masyarakat terlibat dalam kegiatan ekonomi illegal guna pemenuhan kebutuhan hidupnya dan
rentan menimbulkan kesenjangan sosial yang tinggi diantara mereka. Kesenjangan sosial yang disertai dengan keheterogenitas etnis yang tidak
terpelihara dengan baik sering menimbulkan kecemburuan sosial yang jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan konflik.
50 Ditinjau dari aspek ekonomi, wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya dari sektor pertanian
sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Namun demikian kegiatan perekonomian di wilayah perbatasan ini
belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata, hal ini selain disebabkan produksi pertaniannya yang masih rendah dan tidak memiliki
daya saing yang tinggi, juga dukungan sarana dan prasarana yang sangat terbatas yang mengakibatkan sulitnya pemasaran produk-produk yang dihasilkan
di wilayah ini. Selain itu karena kuatnya pengaruh ekonomi negara tetangga Malaysia mengakibatkan aspek ekonomi dan perdagangan masyarakat lebih
condong ke negara tetangga daripada ke dalam negaranya sendiri. Kecenderungan masyarakat perbatasan yang lebih berorientasi ke Malaysia
terlihat dari perdagangan dan mata uang yang digunakan mengingat jarak tempuh dari kecamatan terdekat ke Serawak, Malaysia Timur hanya berjarak 4
km. Selain itu, informasi yang mereka terima sebagian besar melalui televisi Malaysia, karena saluran TVRI apalagi saluran TV Swasta belum cukup mampu
menjangkau daerah perbatasan di Kabupaten Bengkayang. Ditinjau dari aspek budaya, Kabupaten Bengkayang memiliki
heterogentas etnis yang diikuti oleh keanegaraman budaya masing-masing yang saling berinteraksi dengan baik sejak dahulu kala sampai saat ini. Etnis dayak
yang merupakan etnis yang dominan di Kabupaten Bengkayang pada dasarnya memiliki sifat sosial dan kegotong royongan yang tinggi dengan masyarakat
sekitarnya baik terhadap sesama etnis maupun dengan etnis lainnya. Secara umum, suku dayak yang tinggal di kawasan ini memiliki kaitan
historiskekerabatan dengan suku dayak di Serawak. Bahkan pada beberapa sub suku, batas negara ternyata tidak memisahkan sistem kekerabatanadat.
Panglima yang tinggal di wilayah Serawak memiliki daerah kekuasaan sampai negara Indonesia, demikian juga sebaliknya. Penyebaran suku-suku di
Kabupaten Bengkayang seperti pada Gambar 10.
51
Sumber : Peta PSSE Kabupaten Bengkayang, 2007.
Gambar 10. Peta Penyebaran Suku Dayak di Kabupaten Bengkayang
52
4.4.1. Kependudukan
Berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bengkayang, jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang sampai pada tahun 2005 berjumlah 205.877
jiwa. Dari empat kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian masing- masing Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding
menempati 24,35 atau sekitar 50.124 jiwa dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang dengan kepadatan penduduk sebesar 36 jiwakm
2
, 28 jiwakm
2
, 13 jiwakm
2
, dan 10 jiwakm
2
. Jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Sanggau Ledo sebesar 22.091 jiwa, dan Kecamatan dengan jumlah
penduduk terendah adalah Kecamatan Siding sebesar 5.490 jiwa. Jumlah rumah tangga di empat kecamatan tersebut di atas adalah sebanyak 10.629 rumah
tangga. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah sebanyak 4 sampai 5 jiwa perumah tangga.
Keadaan jumlah penduduk ini mengalami perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun masing-masing 42.952 jiwa 2002, 47.125 jiwa
2003, 48.596 jiwa 2004, dan 50.124 jiwa 2005. Perkembangan jumlah penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten bengkayang sejak tahun 2002
sampai 2005 seperti pada Gambar 11.
5000 10000
15000 20000
25000
J um
la h P
e nduduk
J iw
a
2002 2003
2004 2005
Tahun
Sanggau Ledo Seluas
Jagoi Babang Siding
Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005
Gambar 11. Perkembangan Jumlah Penduduk di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang tahun 2002 - 2005
4.4.2. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian merupakan hal yang paling utama dari setiap penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Berdasarkan hasil
53 analisis data Badan Pusat Statistik BPS Kebupaten Bengkayang untuk tahun
2005, menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang dominan dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Hal ini sesuai dengan
potensi wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang cukup potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Mata pencaharian di sektor pertanian
menempati sekitar 72,93 yang disusul oleh sektor perdagangan sebesar 7,86 , sektor pertambangan, penggalian sebesar 5,38 , dan lainnya sebesar
0,8 , serta sisanya belum bekerja.
4.4.3. Tingkat Pendidikan Penduduk
Pendidikan masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas sumberdaya manusia yang ada di suatu wilayah atau
daerah. Artinya bahwa jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, berarti kualitas sumberdaya manusia juga akan menjadi baik. Dalam kaitannya dengan wilayah
perbatasan yang potensial untuk pengembangan sektor pertanian, maka tingkat pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, pemahaman dan
kemampuan untuk berusaha dan mengelolan lahan pertanian. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang masih tergolong rendah, didominasi yang tidak lulus SD, dan tidak bersekolah, tetapi sebagian ada dapat melanjutkan pendidikan sampai pada
tingkat SLTA dan perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan oleh minimnya sarana pendidikan yang ada, kondisi ekonomi yang tidak mampu
membiayai pendidikan anak-anaknya, dan adanya keengangan dari pada orang tua untuk menyekolahkan anaknya yang lebih cenderung mengeksploitasi tenaga
anaknya untuk membantu pekerjaan mereka untuk bertani dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan. Selain itu, dipicu oleh peluang pekerjaan di Malaysia
sebagai buruh tani, buruh bangunan, atau sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji yang lebih besar yang menjadi daya tarik bagi anak usia sekolah
untuk memilih bekerja daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4.5. Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan Kabupaten Bengkayang 4.5.1. Aksesibilitas