Evaluasi Kesesuaian Lahan IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN BENGKYANG

76 Tabel 13. Penilaian Komoditas Peternakan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2007. Kriteria Penilaian Komoditas 1 2 3 4 5 6 7 Total Bobot Keputusan 8.500.000 4,05 0,53 40,55 Sapi Potong 1 V 3 2 1 2 2 11 Unggulan 1.250,000 10,48 0,68 52,47 Kambing 2 V 2 1 4 1 4 14 Unggulan 300.000 3,58 0,21 15,94 Babi 3 V 4 5 3 5 3 23 Andalan 22.500 15,05 0,50 32,97 Ayam 4 V 1 3 2 3 1 14 Unggulan 20.000 1,96 0,28 21,45 Itik 5 V 5 4 5 4 5 28 Andalan Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang 2002-2005. Keterangan : 1 Tingkat Harga Rp, 2 Kesesuaian Lahan, 3 Laju Perkembangan , 4 Nilai Relatif ratio, 5Keunggulan Kompetitif, 6 LQ Diperdagangkan, dan 7 Tingkat Permintaan DagingSusu Pada Tabel 13 di atas terihat bahwa komoditas sapi potong unggul dibandingkan dengan komoditas lainnya karena memiliki tingkat harga, keunggulan kompetitif, dan tingkat permintaan dagingsusu yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya. Untuk komoditas kambing, unggul dalam hal tingkat harga, laju perkembangan, nilai relatif perkembangan antar wilayah dan komoditas diperdagangkan antar wilayah, tetapi tidak unggul terhadap kriteria keunggulan kompetitif dan tingkat permintaan susudaging. Komoditas ayam, unggul pada kriteria laju perkembangan, keunggulan kompetitif, dan tingkat permintaan dagingsusu. Sedangkan komoditas babi dan itik merupakan komoditas andalan karena semua kriteria penilaian berada pada kondisi yang lemah.

c. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian secara umum dapat dibedakan atas penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Dalam penggunaan lahan ini diharapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya agar dapat memberikan manfaat dari segi agroekologi yaitu memberikan keuntungan ekonomi yang relatif besar dengan masukan yang lebih rendah, dan dalam jangka panjang diharapkan dapat mencegah terjadinya degradasi lahan akibat pola penggunaan yang tidak tepat. Menurut FAO 1976, kesesuaian lahan dapat dibedakan atas dua macam yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang present land use, tanpa 77 masukan perbaikan, sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan, seperti penambahan pupuk, pengairan, atau terasering tergantung dari jenis faktor pembatasnya Puslitbangtanak, 2003. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kualitas lahannya land quality. Kualitas lahan tersebut mencakup temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, retensi hara, toksisitas, bahaya erosi, bahaya banjir dan penyiapan lahan. Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak digunakan tetapi langsung menggunakan karakteristik lahan, karena keduanya dianggap sama nilainya dalam proses evaluasi. Dengan demikian, dalam evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman untuk komoditas tertentu. Kegiatan evaluasi keseuaian lahan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang dilakukan terhadap beberapa komoditas pertanian yang secara ekonomis potensial dikembangkan oleh petani. Untuk komoditas tanaman pangan meliputi padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, dan kedelai. Sedangkan untuk komoditas perkebunan meliputi kelapa sawit, karet, lada, kakao, dan kopi. Semua komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan dan andalan dikembangkan di Kabupaten Bengkayang. Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan ini mengacu pada pada karakteristik lahan yang ditetapkan oleh Puslitbangtanak 2003 dan hasil evaluasinya seperti dalam Lampiran 3 dan 4. Penilaian kesesuaian lahan dalam kaitan ini dilakukan sampai pada tingkat sub-klas. Pada tingkat kelas kesesuaian lahan mencakup kelas sangat sesuai S1, cukup sesuai S2, sesuai marjinal S3 dan tidak sesuai N. Kemudian untuk sampai pada tingkat sub-klas setiap kelas dibedakan lagi berdasarkan faktor pembatasnya. Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan faktor pembatasnya disajikan seperti Tabel 14 dan 15. Berdasarkan hasil evaluasi lahan seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15, menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang umumnya berada pada kelas lahan cukup sesuai S2 dan sesuai marginal S3. 78 Tabel 14. Hasil Evaluasi Lahan Tanaman Pangan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang No. Kecamatan Komoditas Kelas Kesesuaian Aktual Faktor Pembatas Padi Sawah S2nr, eh - retensi hara Padi Ladang S2nr, eh - retensi hara, bahaya erosi Jagung S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara Ubi Kayu S2wa, eh - ketersediaan air, bahaya erosi 1. Sanggau Ledo Kacang Tanah S3wa - ketersediaan air Padi Sawah S2nr, eh - retensi hara Padi Ladang S2nr, eh - retensi hara, bahaya erosi Jagung S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara Ubi Kayu S2wa, eh - ketersediaan air, bahaya erosi 2. Seluas Kacang Tanah S3wa - ketersediaan air Padi Sawah S3nr - retensi hara Padi Ladang S3nr - retensi hara Jagung S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara Ubi Kayu S3nr - retensi hara 3. Jagoi Babang Kacang Tanah S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara Padi Sawah S3nr, eh - retensi hara Padi Ladang S3nr - retensi hara Jagung S3wa, nr,eh - ketersediaan air, retensi hara Ubi Kayu S3nr, eh - retensi hara 4. Siding Kacang Tanah S3wa, nr, eh - ketersediaan air, etensi hara Tabel 15. Hasil Evaluasi Lahan Tanaman perkebunan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang No. Kecamatan Komoditas Kelas Kesesuaian Aktual Faktor Pembatas Kelapa Sawit S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi Karet S2tc, eh - temperatur, bahaya erosi Lada S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi Kakao S2wa, eh - ketersediaan air,bahaya erosi 1. Sanggau Ledo Kopi S3nr - retensi hara Kelapa Sawit S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi Karet S2tc - temparetur Lada S2wa, nr, eh - tempetur Kakao S3nr - retensi hara 2. Seluas Kopi S2tc, nr, eh - temperatur, retensi hara, dan bahaya erosi Kelapa Sawit S3eh - bahaya erosi Karet S3nr - retensi hara Lada S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi Kakao S3nr - retensi hara 3. Jagoi Babang Kopi S3nr - retensi hara 79 No. Kecamatan Komoditas Kelas Kesesuaian Aktual Faktor Pembatas Kelapa Sawit S3eh - bahaya erosi Karet S3nr - retensi hara Lada S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi Kakao S3nr - retensi hara 4. Siding Kopi S3nr - retensi hara Kelas kesesuaian lahan pada kondisi aktual menyatakan kesesuaian lahan berdasarkan data dari hasil survey belum mempertimbangkan masukan- masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang berupa sifat fisik lingkungan termasuk sifat-sifat tanah dalam hubungannnya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Lahan dengan kelas kesesuaian S2 pada dasarnya memiliki faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian, sehingga memerlukan masukan input untuk memperbaiki faktor pembatas tersebut, demikian pula pada lahan kelas S3, namun masukan yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor pembatas pada kelas lahan S3 lebih besar dibandingkan dengan lahan dengan kelas S2. Dengan memberikan masukan untuk memperbaiki faktor pembatas diharapkan lahan tersebut potensinya masih dapat ditingkatkan yaitu dari kondisi kesesuaian lahan aktual menjadi kesesuaian lahan potensial. Usaha-usaha perbaikan ini harus memperhatikan aspek ekonominya atau dengan kata lain perbaikan yang dilakukan secara ekonomis memberikan keuntungan yaitu jika modal atau investasi dan teknologi yang diberikan dibandingkan dengan nilai produksi yang akan dihasilkan masih mampu memberikan keuntungan. Faktor-faktor pembatas yang dominan berpengaruh adalah ketersediaan air curah hujan, retensi hara KTK dan pH, dan bahaya erosi lereng dan bahaya erosi, dimana faktor-faktor pembatas ini perlu segera ditangai untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Faktor ketersediaan air khususnya curah hujan yang terlalu tinggi yaitu 2940 mmtahun merupakan faktor pembatas yang sangat sulit untuk dikelola. Usaha yang dapat dilakukan untuk pengusahaan beberapa komoditas pertanian di wilayah ini bukan pada bagaimana memodifikasi faktor curah hujan melainkan mengupayakan bagaimana komoditas tersebut dapat tumbuh dengan baik pada kondisi curah hujan yang tinggi, diantaranya adalah mengatur pola tanam yaitu dengan mengatur jadwal tanam pada bulan-bulan dimana peluang 80 terjadinya curah hujan lebih sedikit, menerapkan teknologi yang cukup tinggi untuk mengelola kelebihan air, misalnya dengan pembuatan saluran-saluran drainase pembuangan air atau menggunakan komoditas unggulan yang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Dengan memanfaatkan komoditas unggulan yang tahan terhadap faktor iklim, khususnya curah hujan yang tinggi, tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa komoditas tersebut dapat ditanam lebih dari satu kali dalam setahun. Hal ini terlihat pada beberapa petani seperti di Kecamatan sanggau Ledo, telah menanam tanaman jagung lebih dari satu kali dalam setahun. Perbaikan terhadap faktor pembatas retensi hara seperti kemasaman tanah pH yang rendah dapat dilakukan dengan pengapuran dan pemupukan. Tujuan pengapuran pada tanah ber-pH rendah tanah masam adalah untuk meningkatkan pH tanah hingga mencapai kebutuhan optimal bagi pertumbuhan tanaman. Berkaitan dengan pemupukan, tidak semua pupuk yang diberikan dapat meningkatkan pH dan KTK. Pada pupuk tertentu dengan kandungan asam yang tinggi berpeluang untuk menurunkan pH dan juga akan menurunkan KTK tanah. Salah satu pupuk yang memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan KTK adalah pupuk organik. Seperti diketahui bahwa pupuk organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar dibandingkan dengan koloid liat. Ini berarti bahwa semakin banyak pupuk organik yang diberikan suatu tanah, semakin tinggi pula KTK-nya sepanjang faktor-faktor lainnya relatif sama. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah juga ramah lingkungan karena tidak mengandung zat-zat yang dapat menjadi racun di dalam tanah atau membuat tanah menjadi jenuh. Perbaikan terhadap faktor pembatas bahaya erosi seperti kelerengan yang terlalu tinggi yang dapat berpeluang besar terhadap terjadinya erosi dapat diperbaiki dengan menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan pada lahan berlereng untuk mencegah terjadinya erosi adalah pembuatan terasering, pembuatan sengkedan, pembangunan tanggul pelimpas air, penerapan pola tanam, pengolahan tanah, penanaman searah garis kontur, dan pemberian pupuk organik. Adapun peta kesesuaian lahan beberapa komoditas tanaman pangan dan perkebunan seperti pada Gambar 12 sampai 15. 81 Gambar 12. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Sawah Gambar 13. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Ladang 82 Gambar 14. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Jagung, Kacang Tanah, dan Ubi Kayu Peta Kesesuaian Lahan Jagung, Kacang Tanah, dan Ubi Kayu di Kabupaten Bengkayang Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Karet, kelapa Sawit, Lada, dan Kopi di Kab. Bengkayang Gambar 15. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Karet, Kelapa Sawit, Karet, dan Kopi Hasil analisisi peta kesesuaian lahan Gambar 12 sampai 15 terlihat adanya perbedaan dengan hasil analisis kesesuaian lahan pada Tabel 12 dan 13 dimana pada tabel tersebut tidak ditemukan kelas kesesuaian lahan tidak sesuai N sedangkan pada peta kesesuaian lahan terdapat kelas kesesuaian lahan 83 yang yang termasuk dalam kelas tidak sesuai. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan persepsi dalam penggunaan kriteria lereng. Penggunaan kriteria lereng pada analisis peta kesesuaian lahan didasarkan pada penyebaran kelerengan yang ada di wilayah studi yaitu antara 0 sampai 40 , sedangkan penggunaan kriteria lereng hasil analisis seperti pada Tabel 12 dan 13 hanya didasarkan pada lereng yang sesuai untuk pengembangan beberapa komoditas unggulan yaitu 30 yang penyebaraanya lebih mendominasi jika dibandingkan dengan kelerengan 30 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kelas kesesuaian lahan yang termasuk dalam kelas tidak sesuai N untuk pengembangan komoditas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, namun penyebarannya lebih sedikit dibandingkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sesuai S, kecuali pada komoditas tertentu seperti komoditas padi sawah dan padi ladang.

d. Kegiatan Usahatani