170 pengamat hama, juru penerang, penyuluh swakarsa, dan kontak tani, serta
petugas dan pendamping lainnya. 4. Menyampaikan permasalahan untuk dipecahkan oleh instansi yang terkait.
5. Membuat laporan berkala untuk disampaikan kepada pihak yang berwenang. 6. Memberikan pendampingan yang terkait dengan aspek-aspek :
- Pendampingan dalam pengembangan usahatani kecil usaha rumah tangga
- Pendampingan dalam pengembangan agroindustri kecil dan menengah
- Pendampingan dalam pengembangan lembaga ekonomi petani
- Pendampingan dalam pengembangan pelayanan jasa
Dengan meningkatkan tugas dan fungsi BPP pada kawasan agropolitan, akan berdampak pada peningkatan indeks keberlanjutan kawasan agropolitan
sehingga statusnya meningkat.
f. Status Keberlanjutan Multidimensi
Hasil analisis Rap-BENGKAWAN multidimensi keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan
berdasarkan kondisi existing, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 52,43 dan termasuk dalam status cukup berkelanjutan. Nilai ini diperoleh
berdasarkan penilaian 47 atribut dari lima dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, dan infrastruktur dan teknologi, serta hukum
dan kelembagaan. Hasil analisis multidimensi dengan Rap-BENGKAWAN mengenai keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk
pengembangan kawasan agropolitan seperti pada Gambar 48. Atribut-atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks
keberlanjutan multidimensi berdasarkan hasil analisis Laverage masing-masing dimensi sebanyak 22 atribut. Atribut-atribut ini perlu dilakukan perbaikan ke
depan untuk meningkatkan status keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan. Perbaikan yang
dimaksud adalah meningkatkan kapasitas atribut yang mempunyai dampak positif terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan dan sebalikanya menekan
sekecil mungkin atribut yang berpeluang menimbulkan dampan negatif atau menurunkan nilai indeks keberlanjutan kawasan.
171
Status Keberlanjutan
Down Up
Bad Good
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
52,43
Indeks Keberlan
Gambar 48. Indeks Keberlanjutan Multidimensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang .
Hasil analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan
Kabupaten Bengkayang pada taraf kepercayaan 95 , memperlihatkan hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan dengan hasil analisis Rap-
BENGKAWAN Multidimensional Scaling=MDS. Ini berarti bahwa kesalahan dalam analisis dapat diperkecil baik dalam hal pemberian skoring setiap atribut,
variasi pemberian skoring karena perbedaan opini relatif kecil, dan proses analisis data yang dilakukan secara berulang-ulang stabil, serta kesalahan dalam
menginput data dan data hilang dapat dihindari. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis MDS dan Monte Carlo seperti pada Tabel 28.
Tabel 28. Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis Monte Carlo dengan Analisis Rap-BENGKAWAN.
Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Keberlanjutan
MDS Monte Carlo
Perbedaan Ekologi 40,37
40,88 0,51
Ekonomi 66,54 65,09
1,45 Sosial-Budaya 67,06
65,41 1,64
Infrastruktur dan Teknologi 24,49
26,32 1,83
Hukum dan Kelembagan 60,10
59,17 0,93
Multi-Dimensi 52,43 52,03
0,40 Hasil analisis Rap-BENGKAWAN menujukkan bahwa semua atribut
yang dikaji terhadap status keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten
jutan Titk Referensi Utama
Titk Referensi Tambahan Keterangan :
172 Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan, cukup akurat sehingga
memberikan hasil analisis yang semakin baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini terlihat dari nilai stress yang hanya berkisar antara 13 sampai 14 dan nilai
koefisien determinasi R
2
yang diperoleh berkisar antara 0,93 dan 0,95. Hal ini sesuai dengan pendapat Fisheries 1999, yang menyatakan bahwa hasil analisis
cukup memadai apabila nilai stress lebih kecil dari nilai 0,25 25 dan nilai koefisien determinasi R
2
mendekati nilai 1,0. Adapun nilai stress dan koefisien determinasi seperti Tabel 29 berikut.
Tanel 29. Hasil Analisis Rap-BENGKAWAN untuk Nilai Stress dan Koefisien Determinasi R
2
Dimensi Keberlanjutan Parameter
A B C D E F
Stress 0,13 0,13 0,13 0,13
0,14 0,13 R
2
0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,93
Iterasi 2 2
2 2 2 2
Keterangan : A = Dimensi Ekologi, B = Dimensi Ekonomi, C = Dimensi Sosial-Budaya, D = Dimensi Infrastruktur-Teknologi, E = Dimensi Hukum-Kelembagaan, dan F = Multidimensi
7.3.2. Skenario Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan yang
Berkelanjutan Strategi pengembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang
untuk pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan dilakukan menggunakan analisis prospektif yang bertujuan untuk memprediksi
kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Analisis prospektif dilakukan melalui tiga tahap yaitu 1
mengidentifikasi faktor kunci dimasa depan, 2 menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama, dan 3 mendefenisikan dan mendeskripsikan evolusi
kemungkinan di masa depan sekaligus menentukan strategi pengembangan wilayah secara berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis ini dilakukan dengan menggabungkan faktor-faktor kunci yang sensitif berpengaruh pada kinerja
sistem hasil analisis keberlanjutan dan faktor kunci yang diperoleh dari analisis kebutuhan need analysis hasil analisis Interpretatif Structural Modelling ISM.
Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan diperoleh 22 faktor atribut yang sensitif dan 3 faktor kunci hasil analisis ISM seperti pada Tabel 30.
173 Tabel
30. Faktor-Faktor Kunci yang Berpengaruh dalam Pengembangan
Kawasan Agropolitan Berdasarkan Analisis Keberlanjutan dan Analisis Kelembagaan
No Faktor Analisis Keberlanjutan
No Faktor Analisis Kebutuhan
Analisis ISM 1. Produktivitas
usaha tani
2. Intensitas konversi lahan pertanian
3. Pencetakan sawah baru
4. Jenis komoditas unggulan
5. Kelayakan usahatani
6. Jumlah tenaga kerja pertanian
7. Harga komoditas unggulan
8. Pola hub masyarakat dlm pertanian
9. Peran masyarakat adat dalam pertanian
10. Jumlah desa
pertanian 11.
Jarak permukiman ke lahan usahatani 12.
Dukungan Sapras umum 1
Ketersediaan Infrastruktur 13. Dukungan
sapran jalan
14. Standarisasi mutu produk pertanian
15. Tingkat penggunaan alsintan
16. Ketersediaan teknologi informasi
17. Keberadaan BPP
18. Keberadaan lembaga sosial
19. Keberadaan LKM
20. Mekanisme kerjasama lintas sektoral
21. Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah
22. Peningkatan SDM
2. Pendidikan masyarakat 23
3. Peraturan agropolitan
Hasil penggabungan faktor kunci di atas, selanjutnya disusun keadaan
state yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Keadaan masing-masing faktor seperti disajikan pada Tabel 31 berikut.
Tabel 31.
Keadaan Masing-Masing Faktor Kunci dalam Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Keadaan State No Faktor
1A 1B 1C
1 Produktivitas usaha tani
Tetap seperti saat ini Rendah
Meningkat secara bertahap sesuai kemampuan petani
Meningkat dengan adanya perbaikan teknologi
2A 2B
2C
2 Intensitas konversi
lahan pertanian
Meningkat tidak terkendali Tetap seperti sekarang Rendah
Menurun karena adanya kebijakan lahan abadi
3A 3B
3C
3 Pencetakan sawah baru
Tetap seperti saat ini rendah Meningkat secara bertahap seiring
dengan dukungan pemerintah
4A 4B
4C
4 Jenis komoditas
unggulan Tetap seperti sekarang
Meningkat tetapi hanya komoditas tanaman pangan
Meningkat untuk komoditas tanaman pangan dan komditas
lainnya
5A 5B
5C
5 Kelayakan usahatani
Tidak layak karena tidak memberikan keuntungan secara
ekonomi Layak karena memberikan
keuntungan ekonomi
6A 6B
6C
6 Jumlah tenaga kerja
pertanian Tetap seperti sekarang
Mengalami peningkatan karena adanya kebijakan
7A 7B
7C
7 Harga komoditas
unggulan Turun karena over produksi
Berfluktuasi karena faktor iklim Meningkat karena permintaan
pasar
174
159
8A 8B
8 Pola hub masyarakat
dlm pertanian Tidak saling menguntungkan
karena mengandalkan hubungan kekeluagaan
Saling menguntungkan krn mengutamakan kerjasama
kelompok
9A 9B
9C
9 Peran masyarakat adat
dalam pertanian Tidak berperan aktif
Berperan lebih dominan tanpa diimbangi teknologi yang ada
Berperan yang diimbangi dengan introduksi teknologi
10A 10B
10 Jumlah desa pertanian
Hanya desa tertentu saja Tetap seperti saat ini semua
desa
11A 11B
11C
11 Jarak permukiman ke
lahan usahatani Jauh dari permukiman
sedang Dekat dengan permukiman
12A 12B
12C
12 Standarisasi mutu
produk pertanian Tetap Belum berlaku
berlaku tetapi hanya pada produk unggulan tertentu
Berlaku pada semua produk unggulan
13A 13B
13 Tingkat penggunaan alat
dan mesin pertanian Tetap seperti sekarang Masih
sebagian kecil menggunakan alsintan
Meningkat karena adanya kebijakan pengembangan
agropolitan
14A 14B
14 Dukungan sapras umum Tetap seperti sekarang
tersedia tetapi tidak lengka Tersedia dengan lengkap.
15A 15B
15C
15 Dukungan sapras jalan
Tetap seperti sekarang Meningkat tetap hanya pada jalan
tertentu saja Meningkat pada semua akses
jalan Kab, Kec, Desa, usahatani
175
160
16A 16B
16C
16 Ketersediaan teknologi
informasi Tidak tersedia
Tersedia tetapi tidak dapat berfungsi secara optimal
Tersedia dan berfungsi secara optimal serta dapat diakses
oleh masyarakat
17A 17B
17 Keberadaan BPP
Tersedia dan bertugas sebagai lembaga penyuluh
Tersedia dan bertugas sebagai lembaga penyuluh, pendamping
dan pelaku agribisnis
18A 18B
18 Keberadaan lembaga
sosial Tersedia tetapi tidak lengkap
Tersedia dan lengkap
19A 19B
19 Keberadaan LKM
Tersdia tetapi tidak berjalan efektif
Tersedia dan berjalan efektif
20A 20B
20C
20 Mekanisme kerjasama
lintas sektoral Tidak tersedia
Tersedia tetapi tidak berjalan efektif
Tersedia dan berjalan efektif dengan melibatkan instansi
yang terkait
21A 21B
21C
21 Sinkronisasi kebijakan
pusat dan daerah Tidak sinkron
Sinkron dengan mengutamakan pola button up
22A 22B
22C
22 Kebijakan penetapan
kawasan agropolitan Ada tetapi tidak jelas
implementasinya Ada dan berjalan efektif
23A 23B
23C
23 Peningkatan pendidikan
formal masyarakat Tetap seperti sekarang
Meningkat yang didasarkan kondisi agroklimat dan kebutuhan
petani
176
177 Berdasarkan Tabel 31 di atas, terdapat keadaan yang peluangnya kecil
atau tidak mungkin untuk terjadi secara bersamaan mutual incompatible. Ini ditandai oleh garis yang menghubungkan antara satu keadaan dengan keadaan
lainnya seperti keyalakan usahatani memberikan keuntungan secara ekonomi dengan harga turun karena over produksi. Demikian pula dengan hubungan
keadaan lainnya, namun karena faktor kunci yang diskenariokan banyak dan ditampilkan dalam beberapa lembaran sehingga hubungan yang tidak mungkin
dapat terjadi bersamaan tidak bisa ditampilkan pada lembaran yang sama, tetapi dalam penyusunan skenario, hubungan ini tetap diperhatikan.
Dari berbagai kemungkinan yang terjadi seperti tersebut di atas, dapat dirumuskan tiga kelompok skenario pengembangan wilayah perbatasan
Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan yang berpeluang besar terjadi dimasa yang akan datang, yaitu :
1 Konservatif-pesimistik dengan melakukan perbaikan seadanya terhadap atribut-atribut faktor kunci,
2 Moderat-Optimistik dengan melakukan perbaikan sekitar 50 atribut-atribut faktor kunci,
3 Progresif-Optimistik dengan melakukan perbaikan terhadap seluruh atribut- atribut faktor kunci. Adapun skenario yang dapat disusun seperti Tabel 32.
Tabel 32. Hasil Analisis Skenario Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan
No. Skenario Strategi
Susunan Faktor 0 Kondisi
eksisting 1A, 2A, 3A, 4A, 5A, 6A, 7A, 8A, 9A,
10A, 11A, 12B, 13A, 14A, 15A, 16B, 17A, 18A, 19A, 20A, 21A, 22A, 23A.
1. Konservatif-Pesimistik 1B, 2A, 3A, 4B, 5A, 6A, 7A, 8A, 9A,
10A, 11A, 12B, 13A, 14A, 15B, 16B, 17A, 18A, 19A, 20A, 21A, 22B, 23B.
2. Moderat-Optimistik 1B, 2B, 3B, 4B, 5B, 6B, 7B, 8B, 9B,
10B, 11C, 12B, 13B, 14B, 15C, 16B, 17B, 18B, 19B, 20B, 21B, 22B, 23B.
3. Progresif-Optimistik 1C, 2C, 3C, 4C, 5C, 6C, 7C, 8B, 9C,
10B, 11C, 12C, 13B, 14B, 15C, 16C, 17B, 18B, 19B, 20C, 21C, 22C, 23C.
178 Penyusunan skenario seperti pada tabel di atas, didasarkan atas
pertimbangan kemampuan pemerintah sebagai fasilitator dalam menerapkan program rintisan pengembangan kawasan agropolitan dan alokasi waktu
pelaksanaan program yaitu sekitar 5 tahun, yang selanjutnya diserahkan kepada badan pengelola kawasan agropolitan. Dengan demikian alokasi waktu
pelaksanaan dapat dibagi ke dalam jangka pendek yaitu sekitar 1 – 2 tahun ke depan, jangka menengah sekitar 3 – 5 tahun ke depan, dan jangka panjang yaitu
lebih dari 5 tahun ke depan. Berikut uraian setiap skrenario dan status keberlanjutan yang dapat dicapai untuk masa yang akan datang.
a. Skenario Konservatif-Pesimistik Skenario 1