4. Analisis Spatial keruangan 5. Analisis Usahatani Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang

69 Tabel 9. Persyaratan Kualitas Lahan dan Evaluasi Lahan Kualitas Lahan Ciri-Ciri Lahan Regim temperatur t 1. Temperatur rata-rata tahunan o C Ketersediaan air w 1. Bulan kering 75 mm 2. Curah hujan tahunan rata-rata mm Kondisi perakaran r 1. Kelas drainase tanah 2. Tekstur tanah bagian permukaan 3. Kedalaman perakaran cm Daya menahan unsur hara f 1. KTK me100 g tanah subsoil 2. pH lapisan permukaan Ketersediaan unsur hara n 1. N-total 2. P 2 O 5 tersedia 3. K 2 O tersedia Keracunan x 1. Salinitas mmhoscm Medan s 1. Kemiringan lereng 2. Batuan di permukaan 3. Batuan yang muncul dipermukaan. Sumber : Sitorus 1998.

c.4. Analisis Spatial keruangan

Analisis keruangan digunakan untuk melihat keseuaian pemanfaatan ruang secara visual dalam bentuk peta untuk beberapa potensi sumberdaya lahan di kawasan agropolitan. Metode yang digunakan pada pembuatan peta adalah menggunakan paket perangkat lunak Sistem Informasi Geografis SIG yang terdiri atas beberapa tahapan antara lain penyiaman scanning, registrasi, digitasi, dan intercecting. Pada setiap tahapan tersebut, data diolah dengan menggunakan Scanner Acer Pisa, software ArcInfo 5,0 dan software Arc View GIS version 3.2. Analisis dilakukan dengan teknik overlay antara peta dasar dan peta tematik. Informasi yang diharapkan dari hasil analisis spatial ini adalah kesesuaian peruntukan ruang untuk pengembangan agropolitan berdasarkan hasil analisis beberapa macam peta yaitu peta land system, peta kemiringan lahan slope, peta land use, dan peta Rupa Bumi Indonesia RBI.

c.5. Analisis Usahatani

Analisis usahatani dilaksanakan untuk mengetahui biaya dan manfaat usahatani dalam menghasilkan suatu produk. Salah satu teknik analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan investasi dari suatu usahatani Badan Agribisnis Departemen pertanian, 1999; dan Djamin, 1993 adalah 70 Revenue Cost Ratio RC ratio yang menggambarkan ratio keuntungan bersih dengan nilai biaya total selama musim tanam, dengan rumus sebagai berikut : ∑ ∑ Cs + Ct RC = R ∑ Dimana : RC = Rasio pendapatan terhadap modal ∑ R = Pendapatan total ∑ Cs = Biaya tunai ∑ Ct = Biaya terhitung

5.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang

a. Basis Komoditas Pertanian. Setiap wilayah di empat kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang merupakan objek kajian dalam penelitian ini, masing-masing memiliki potensi untuk pengembangan beberapa komoditas pertanian, sehingga dapat menjadi basis bagi pengembangan komoditas tertentu. Untuk mengetahui apakah setiap kecamatan yang dianalisis di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merupakan basis dominan pengembangan terhadap komoditas tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ. Penilaian terhadap basis atau bukan suatu komoditas didasarkan pada nilai LQ yaitu LQ 1, LQ = 1, dan LQ 1. Nilai LQ 1 memberikan pengertian bahwa komoditas tersebut merupakan basis pengembangan di kecamatan tersebut. Sebaliknya jika nilai LQ 1, dapat diartikan bahwa komoditas tersebut bukan merupakan basis pengembangan di kecamatan tersebut. Sedangkan nilai LQ = 1, dapat diartikan bahwa komoditas tersebut mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan di kecamatan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, analisis LQ menggunakan data produksi tanaman pertanian ton dan ternak ekor tahun 2005. Hasil hasil analisis seperti dalam Lampiran 1 dan nilai LQ masing-masing komoditas disajikan pada Tabel 10. Hasil analisis seperti Tabel 10, menunjukkan bahwa tiap kecamatan di empat kecamatan di wilayah studi memiliki komoditas yang merupakan komoditas yang dominan dikembangkan oleh masyarakat. 71 Tabel 10. Nilai LQ Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. Nilai LQ Kecamatan No. Komoditas Sanggau Ledo Seluas 1Jagoi Babang Siding 1. Tanaman Pangan Padi Sawah 0,17 0,13 1,29 0,13 Padi Ladang 0,85 2,24 2,32 4,21 Jagung 1,53 1,16 0,36 0,36 Ubi Kayu 0,21 0,51 2,37 2,37 Ubi Jalar 0,16 0,00 3,26 3,26 Kacang Tanah 0,09 0,77 1,45 1,45 Kedelai 0,90 - - - 2. Tanaman Perkebunan Karet 1,83 0,28 0,07 3,58 Kelapa Sawit 0,77 1,13 1,21 - Lada 3,42 2,35 0,28 24,20 Kakao 0,56 1,28 1,41 72,23 Kopi 11,99 0,37 - - Nilai LQ Kecamatan No. Komoditas Sanggau Ledo Seluas Jagoi Babang Siding 3. Peternakan Sapi 2,18 0,05 0,14 0,39 Kambing 1,51 1,51 1,19 1,74 Babi 0,56 0,56 1,79 2,28 Ayam potong 1,05 1,05 0,94 0,87 Itik 0,25 0,25 3,02 4,62 Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang 2005. Di Kecamatan Sanggau Ledo, komoditas tanaman pangan yang merupakan komoditas dominan adalah jagung; di Kecamatan Seluas adalah padi ladang dan jagung; di Kecamatan Jagoi Babang adalah padi sawah, padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah, dan di Kecamatan Siding adalah padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Komoditas perkebunan yang domian di Kecamatan Sanggau Ledo adalah karet, lada, dan kopi; di Kecamatan Seluas komoditas domian adalah kelapa sawit, lada, dan kakao, di Kecamatan Jagoi Babang komoditas dominan adalah kelapa sawit dan kakao, dan di Kecamatan Siding komoditas dominan adalah karet, lada, dan kakao. Sedangkan untuk komoditas peternakan, komoditas domian di Kecamatan Sanggau Ledo adalah sapi, kambing dan ayam; di Kecamatan Seluas adalah kambing dan ayam, di Kecamatan Jagoi Babang adalah kambing, babi, dan itik, dan di Kecamatan Siding adalah kambing, babi, dan itik. Komoditas dominan ini didasarkan pada tingkat produksi yang lebih 72 tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi wilayah di atasnya yaitu Kabupaten Bengkayang dan ini didasarkan pada nilai LQ 1. Nilai LQ 1 dapat dijadikan petunjuk bahwa kecamatan tersebut surplus akan komoditas tertentu dan telah mengekspornya ke daerah lain atau memiliki tingkat kebutuhan konsumen yang tinggi yang berasal dari daerah lain di luar kecamatan bersangkutan. Komoditas- komoditas ini juga telah banyak diminati oleh masyarakat setempat untuk ditanam, cukup sesuai dengan kondisi agroklimat, sehingga dapat dikatakan komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan baik dilihat dari keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif. Namun demikian perhitungannya masih sederhana yang hanya didasarkan pada nilai LQ saja, sehingga perlu analisis lebih lanjut untuk memasukkan ke dalam kategori sebagai komoditas unggulan. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan petani, upaya peningkatan produksi terhadap komoditas-komoditas yang telah dikembangkan oleh masyarakat perlu terus digiatkan baik terhadap komoditas yang memiliki nilai LQ 1 maupun komoditas dengan nilai LQ 1 mengingat komoditas- komoditas ini sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat setempat secara turun-temurun. Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan melalui kegiatan eksteksifikasi dan intensifikasi, mengingat wilayah ini masih memiliki lahan produktif yang cukup luas untuk pengembangan komoditas dominan dengan tingkat penggunan sarana produksi pertanian, saprodi, penggunaan alat dan mesin pertanian alsintan, dan pemanfaatan teknologi pertanian yang masih kurang, sehingga komoditas dominan tersebut masih mempunyai peluang yang besar untuk ditinggkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

b. Komoditas Unggulan dan Andalan