69 Tabel 9. Persyaratan Kualitas Lahan dan Evaluasi Lahan
Kualitas Lahan Ciri-Ciri
Lahan Regim temperatur t
1. Temperatur rata-rata tahunan
o
C Ketersediaan air w
1. Bulan kering 75 mm 2.
Curah hujan
tahunan rata-rata
mm Kondisi perakaran r
1. Kelas drainase tanah 2.
Tekstur tanah
bagian permukaan
3. Kedalaman
perakaran cm
Daya menahan unsur hara f 1. KTK me100 g tanah subsoil
2. pH
lapisan permukaan
Ketersediaan unsur hara n 1. N-total
2. P
2
O
5
tersedia 3. K
2
O tersedia Keracunan
x 1.
Salinitas mmhoscm
Medan s 1. Kemiringan lereng
2. Batuan
di permukaan
3. Batuan
yang muncul
dipermukaan.
Sumber : Sitorus 1998.
c.4. Analisis Spatial keruangan
Analisis keruangan digunakan untuk melihat keseuaian pemanfaatan ruang secara visual dalam bentuk peta untuk beberapa potensi sumberdaya
lahan di kawasan agropolitan. Metode yang digunakan pada pembuatan peta adalah menggunakan paket perangkat lunak Sistem Informasi Geografis SIG
yang terdiri atas beberapa tahapan antara lain penyiaman scanning, registrasi, digitasi, dan intercecting.
Pada setiap tahapan tersebut, data diolah dengan menggunakan Scanner Acer Pisa, software ArcInfo 5,0 dan software Arc View GIS version 3.2.
Analisis dilakukan dengan teknik overlay antara peta dasar dan peta tematik. Informasi yang diharapkan dari hasil analisis spatial ini adalah
kesesuaian peruntukan ruang untuk pengembangan agropolitan berdasarkan hasil analisis beberapa macam peta yaitu peta land system, peta kemiringan
lahan slope, peta land use, dan peta Rupa Bumi Indonesia RBI.
c.5. Analisis Usahatani
Analisis usahatani dilaksanakan untuk mengetahui biaya dan manfaat usahatani dalam menghasilkan suatu produk. Salah satu teknik analisis yang
dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan investasi dari suatu usahatani Badan Agribisnis Departemen pertanian, 1999; dan Djamin, 1993 adalah
70 Revenue Cost Ratio RC ratio yang menggambarkan ratio keuntungan bersih
dengan nilai biaya total selama musim tanam, dengan rumus sebagai berikut :
∑
∑
Cs + Ct RC =
R
∑
Dimana : RC
= Rasio pendapatan terhadap modal
∑
R = Pendapatan total
∑
Cs = Biaya tunai
∑
Ct = Biaya terhitung
5.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang
a. Basis Komoditas Pertanian. Setiap wilayah di empat kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang yang merupakan objek kajian dalam penelitian ini, masing-masing memiliki potensi untuk pengembangan beberapa komoditas pertanian, sehingga
dapat menjadi basis bagi pengembangan komoditas tertentu. Untuk mengetahui apakah setiap kecamatan yang dianalisis di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang merupakan basis dominan pengembangan terhadap komoditas tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ.
Penilaian terhadap basis atau bukan suatu komoditas didasarkan pada nilai LQ yaitu LQ 1, LQ = 1, dan LQ 1. Nilai LQ 1 memberikan pengertian
bahwa komoditas tersebut merupakan basis pengembangan di kecamatan tersebut. Sebaliknya jika nilai LQ 1, dapat diartikan bahwa komoditas tersebut
bukan merupakan basis pengembangan di kecamatan tersebut. Sedangkan nilai LQ = 1, dapat diartikan bahwa komoditas tersebut mempunyai potensi yang
tinggi untuk dikembangkan di kecamatan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, analisis LQ menggunakan data produksi tanaman pertanian ton dan ternak
ekor tahun 2005. Hasil hasil analisis seperti dalam Lampiran 1 dan nilai LQ masing-masing komoditas disajikan pada Tabel 10.
Hasil analisis seperti Tabel 10, menunjukkan bahwa tiap kecamatan di empat kecamatan di wilayah studi memiliki komoditas yang merupakan
komoditas yang dominan dikembangkan oleh masyarakat.
71 Tabel 10. Nilai LQ Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan Kabupaten
Bengkayang. Nilai LQ Kecamatan
No. Komoditas Sanggau Ledo
Seluas 1Jagoi
Babang Siding
1. Tanaman Pangan
Padi Sawah 0,17
0,13 1,29
0,13 Padi Ladang
0,85 2,24
2,32 4,21
Jagung 1,53 1,16
0,36 0,36
Ubi Kayu 0,21
0,51 2,37
2,37 Ubi Jalar
0,16 0,00
3,26 3,26
Kacang Tanah 0,09
0,77 1,45
1,45 Kedelai 0,90
- -
- 2. Tanaman
Perkebunan Karet 1,83
0,28 0,07
3,58 Kelapa Sawit
0,77 1,13
1,21 -
Lada 3,42 2,35
0,28 24,20
Kakao 0,56
1,28 1,41
72,23 Kopi 11,99
0,37 -
- Nilai LQ Kecamatan
No. Komoditas Sanggau Ledo
Seluas Jagoi
Babang Siding
3. Peternakan
Sapi 2,18 0,05
0,14 0,39
Kambing 1,51 1,51
1,19 1,74
Babi 0,56 0,56
1,79 2,28
Ayam potong 1,05
1,05 0,94
0,87 Itik 0,25
0,25 3,02
4,62
Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang 2005.
Di Kecamatan Sanggau Ledo, komoditas tanaman pangan yang merupakan komoditas dominan adalah jagung; di Kecamatan Seluas adalah padi
ladang dan jagung; di Kecamatan Jagoi Babang adalah padi sawah, padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah, dan di Kecamatan Siding adalah padi
ladang, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Komoditas perkebunan yang domian di Kecamatan Sanggau Ledo
adalah karet, lada, dan kopi; di Kecamatan Seluas komoditas domian adalah kelapa sawit, lada, dan kakao, di Kecamatan Jagoi Babang komoditas dominan
adalah kelapa sawit dan kakao, dan di Kecamatan Siding komoditas dominan adalah karet, lada, dan kakao. Sedangkan untuk komoditas peternakan,
komoditas domian di Kecamatan Sanggau Ledo adalah sapi, kambing dan ayam; di Kecamatan Seluas adalah kambing dan ayam, di Kecamatan Jagoi Babang
adalah kambing, babi, dan itik, dan di Kecamatan Siding adalah kambing, babi, dan itik. Komoditas dominan ini didasarkan pada tingkat produksi yang lebih
72 tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi wilayah di atasnya yaitu Kabupaten
Bengkayang dan ini didasarkan pada nilai LQ 1. Nilai LQ 1 dapat dijadikan petunjuk bahwa kecamatan tersebut surplus akan komoditas tertentu dan telah
mengekspornya ke daerah lain atau memiliki tingkat kebutuhan konsumen yang tinggi yang berasal dari daerah lain di luar kecamatan bersangkutan. Komoditas-
komoditas ini juga telah banyak diminati oleh masyarakat setempat untuk ditanam, cukup sesuai dengan kondisi agroklimat, sehingga dapat dikatakan
komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan baik dilihat dari keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif. Namun demikian
perhitungannya masih sederhana yang hanya didasarkan pada nilai LQ saja, sehingga perlu analisis lebih lanjut untuk memasukkan ke dalam kategori
sebagai komoditas unggulan. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan petani, upaya
peningkatan produksi terhadap komoditas-komoditas yang telah dikembangkan oleh masyarakat perlu terus digiatkan baik terhadap komoditas yang memiliki
nilai LQ 1 maupun komoditas dengan nilai LQ 1 mengingat komoditas- komoditas ini sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat setempat secara
turun-temurun. Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan melalui kegiatan eksteksifikasi dan intensifikasi, mengingat wilayah ini masih memiliki lahan
produktif yang cukup luas untuk pengembangan komoditas dominan dengan tingkat penggunan sarana produksi pertanian, saprodi, penggunaan alat dan
mesin pertanian alsintan, dan pemanfaatan teknologi pertanian yang masih kurang, sehingga komoditas dominan tersebut masih mempunyai peluang yang
besar untuk ditinggkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.
b. Komoditas Unggulan dan Andalan