129 sebagai klinik konsultasi agribisnis yaitu sebagai pusat pelayanan jasa
konsultasi, pelayanan informasi pasar, dan tempat pelatihan.
6.3.4. Kendala, Kebutuhan, dan Lembaga yang terlibat
Dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang juga dikaji kendala-kendala, kebutuhan, dan lembaga
yang terlibat dalam program pengembangan kawasan agropolitan.
a. Kendala Dalam Pengembangan Kawaan Agropolitan
Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Berdasarkan hasil
pendapat pakar, ditemukan 12 sub elemen kendala, yaitu 1 terbatasnya infstruktur, 2 modal usaha terbatas dan kredit sulit diperoleh, 3 masih
rendahnya kualitas SDM, 4 produktivitas pertanian masih rendah, 5 mutu hasil pertanian masih rendah untuk mendukung agroindustri, 6 belum terbinanya
kemitraan yang menguntungkan semua pihak, 7 terbatasnya sarana dan prasarana agribisnis, 8 Tanggung jawab pemerintah masih lemah, 9
kerjasama lintas sektoral masih lemah, 10 kurangnya kerjasama antar negara di perbatasan, 11 kurangnya partisipasi aktif koperasi dalam memajukan
industri kecil, menengah, dan besar, dan 12 akses pemasaran yang masih kurang.
Hasil analisis dengan menggunakan metode ISM, memperlihatkan sebaran setiap sub elemen kendala menempat tiga sektor masing-masing sektor
II, III, dan IV seperti terlihat pada gambar 33. Pada Gambar 33 tersebut, terlihat bahwa sub elemen kendala terbatasnya infrastruktur 1 dan masih rendahnya
kualitas sumberdaya manusia 3, terletak pada sektor IV yang merupakan sub elemen kunci yang sangat berpengaruh dalam pengembangan kawasan
agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Sub elemen tersebut merupakan kekuatan penggerak driver power yang besar dalam
pengembangan kawasan dengan tingkat ketergantungan dependence yang rendah terhadap sub elemen kendala lainnya. Apabila kedua sub elemen ini tidak
ditangani dengan baik akan menjadi faktor penghambat utama terhadap laju perkembangan kawasan. Kenyataan menunjukkan bahwa pada beberapa desa
di empat kecamatan dekat perbatasan belum memiliki infrastruktur yang
130 memadai seperti belum tersedianya sarana jalan darat penghubung antar desa
bahkan antar kecamatan seperti Kecamatan Siding.
1, 3 2, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 11, 12
10 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13
Sektor IV Indepencence
Dependence Dri
v e
r Powe r
Sektor III Linkage
Sektor II Depencence
Sektor I Autonomous
Gambar 33. Matriks Driver Power – Dependence untuk Elemen Kendala Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
Terbatasnya sarana penghubung jalan darat ini menyebabkan Kecamatan Siding masih sulit ditempuh dengan perjalanan darat sehingga untuk
mencapai daerah tersebut harus ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi air. Disisi lain, sarana telekomunikasi baik berupa telepon maupun
televisi yang masih terbatas yang menyebabkan wilayah ini sulit untuk mengakses informasi dari dalam negeri. Umumnya desa-desa dekat perbatasan
Kabupaten Bengkayang lebih banyak mengakses siaran-siaran televisi dari Malaysia dibandingkan dengan siaran dari Indonesia kecuali bagi masyarakat
yang telah menggunakan parabola yang mampu mengakses barbagai macam siaran televisi. Sedangkan untuk sarana komunikasi, umumnya masyarakat
menggunakan sarana telepon seluler karena di wilayah ini belum tersedia sarana telepon umum yang disediakan oleh kantor telekomunikasi setempat. Pemanfaat
telepon seluler ini selain biayanya mahal juga kadang-kadang kehilangan sinyal sehingga masyarakat sangat terbatas untuk memanfaatkan fasilitas komunikasi
yang ada. Kualitas sumberdaya manusia di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang masih tergolong rendah. Rendahnya sumberdaya manusia ini merupakan faktor penghambat laju perkembangan pembangunan di wilayah ini.
131 Penduduk di empak kecamatan dekat perbatasan umumnya hanya mampu
menikmati pendidikan dasar sampai pendidikan menengah pertama, bahkan banyak yang tidak tamat SD atau tidak sekolah sama sekali. Demikian pula
dengan pendidikan informal yang jarang mereka peroleh terutama pendidikan dalam kegiatan bertani yang merupakan matapencaharian utama sebagian besar
penduduk di wilayah ini. Penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang masih banyak yang menggunakan cara-cara tradisional dalam
kegiatan bertani seperti mengadakan perladangan berpindah, membuka lahan dengan cara dibakar, menanam tanpa pengolahan tanah, dan tidak melakukan
pemupukan, serta pemeliharaan tanaman dilakukan seperlunya saja. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian mereka karena selain
kualitas yang jelek, produksi yang diharapkan juga menurun. Jika dikaitan dengan elemen kebutuhan program di atas, maka penyediaan infrastrukutr dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan kebutuhan utama yang harus segera dipenuhi dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di
wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Sub elemen lain yang merupakan kendala dalam pengembangan
kawasan agropolitan di wilayah perbatasan adalah modal usaha terbatas dan kredit usaha sulit diperoleh 2, produktivitas pertanian yang masih rendah 4,
mutu hasil pertanian masih rendah untuk mendukung agroindustri 5, belum terbinanya kemitraan yang menguntungkan semua pihak 6, terbatasnya sarana
dan prasarana agribisnis 7, tanggung jawab pemerintah masih lemah 8, kerjasama lintas sektoral masih lemah 9, dan kurangnya partisipasi aktif
koperasi dalam memajukan industri kecil, menengah, dan besar 11, serta akses pemasaran yang masih terbatas 12. Sub elemen ini terletak pada sektor III
linkages yang merupakan sub elemen yang mempunyai kekuatan penggerak driver power terhadap keberhasilan program pengembangan kawasan
agropolitan, namun memiliki ketergantungan dependence dengan sub elemen kendala lainnya. Setiap tindakan terhadap tujuan pada sub elemen ini akan
mempengaruhi suksesnya program pengembangan kawasan agropolitan dan sebaliknya apabila sub elemen ini mendapatkan perhatian yang kurang, maka
dapat berpengaruh terhadap kegagalan program pengembangan kawasan agropolitan.
Sedangkan sub elemen kendala kurangnya kerjasama antar negara di perbatasan 10, merupakan sub elemen akibat dari tindakan perbaikan kendala
132 program lainnya. Dengan kata lain, apabila beberapa sub elemen kendala seperti
tersebut di atas terpenuhi, maka upaya meningkatkan hubungan yang baik dengan negara tetangga di perbatasan merupakan suatu yang penting untuk
dirintis. Struktur hierarkhi hubungan antara sub elemen kendala program pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang secara rinci dapat dilihat pada Gambar 34 di bawah ini.
10
2 4
5 6
7 8
9 11
12
1 3
Level 1 Level 2
Level 3
Gambar 34. Struktur Hierarkhi Sub Elemen Kendala Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten
Bengkayang
Pada Gambar 34 terlihat bahwa penanganan kendala yang dihadapi dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang dapat dilakukan melalui tiga tahap. Pada tahap pertama yang perlu dilakukan adalah melengkapi infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan
kawasan agropolitan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan membekali berbagai keterampilan dan penguasaan teknologi khususnya dalam
kegiatan bertani bagi masyarakat lokal karena masyarakat lokal merupakan unsur utama atau unsur penggerak yang nantinya harus berprakarsa secara
mandiri dan kreatif untuk mencari langkah-langkah yang harus dilakukan agar selain kegiatan budidaya yang dapat dilakukan, tetapi juga dapat menciptakan
dan menumbuh-kembangkan usaha-usaha off farm seperti penyediaan sarana produksi agroinput dan pengolahan hasil pertanian processing termasuk
pemasarannya marketing.
b. Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan