93
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLI TAN DI WI LAYAH
PERBATASAN
SUMBERDAYA MANUSI A
SUMBERDAYA ALAM
MODAL PEMASARAN
KEBI JAKAN
Fokus Aktor
Gambar 16. Hierarkhi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang.
c.4 Interpretative Structural Modeling ISM
Analisis ISM bertujuan untuk mengkaji alternatif-alternatif yang dapat dipilih dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan
Kabupaten Bengkayang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kondisi masyarakat setempat. Dalam analisis kelembagaan ini digunakan teknik
pemodelan interpretasi struktur Interpretative Structural Modeling-ISM. Ada sembilan elemen yang dapat dikaji dalam permodelan ISM Saxena, 1992 dalam
Marimin, 2004, antara lain : 1. Sektor masyarakat yang terpengaruh.
2. Kebutuhan dari program. 3. Kendala utama program.
4. Perubahan yang dimungkinkan. 5. Tujuan
dari program.
6. Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan. 7. Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan.
PEMERI NTAH
PEMERI NTAH PETANI
PERUSAHAAN PERBANKAN
PEDAGANG I NVESTOR
PERLUASAN LAPANGAN
PEKERJAAN PENI NGKATAN
PENDAPATAN MASYARAKAT
PENGEMBANG- AN WI LAYAH
PENI NGKATAN PENDAPATAN
DAERAH
AGROPOLI TAN TANAMAN PANGAN
AGROPOLI TAN PERKEBUNAN
AGROPOLI TAN TERPADU
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Faktor Tujuan
Alternatif
AGROPOLI TAN PETERNAKAN
94 8. Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas.
9. Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam analisis ISM adalah
menentukan elemen-elemen yang sesuai dengan topik penelitian dan kondisi wilayah studi. Selanjutnya disusun sub-subelemen pada setiap elemen yang
terpilih. Pemilihan elemen dan penyusunan subelemen dilakukan hasil diskusi dengan pakar. Penilaian subelemen menggunakan perbandingan berpasangan
dengan simbol VAXO dimana : V jika E
ij
= 1 dan E
ji
= 0 X jika E
ij
= 1 dan E
ji
= 1 A jika E
ij
= 0 dan E
ji
= 1 O jika E
ij
= 0 dan E
ji
= 0 dimana nilai E
ij
= 1 berarti ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j, dedangkan E
ji
= 0 berarti tidak ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j. Hasil penilaian tersebut, tersusun dalam structural Self Interaction
Matrix SSIM yang dibuat dalam bentuk tabel Rechability Matrix RM dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks tersebut kemudian
diubah menjadi matriks tertutup. Hal ini dilakukan untuk mengoraksi matriks tersebut memenuhi kaidah transitivity yaitu jika mempengaruhi B dan B
mempengaruhi C, maka A harus mempengaruhi C. Langkah berikutnya adalah menyusun hierarkhi setiap subelemen pada
elemen yang dikaji dan mengklasifikasikannya dalam empat sektor, apakah sub elemen tersebut termasik dalam sektor Autonomus, Dependent, Linkage, atau
Independent Gambar 17 : Sektor I : weak driver-weak dependent variable Autonomus yang berarti bahwa
subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai hubungan yang sedikit
meskipun hubungannya bisa saja kuat. Sektor II : weak driver-strongly dependent variables Dependent yang berarti
bahwa subelemen pada sektor ini adalah subelemen yang tidak bebas.
Sektor III : strong driver-strongly dependent variables Linkage yang berati bahwa subelemen yang masuk sektor ini harus dikaji secara hati-hati
karena hubungan antara subelemen tidak stabil. Sektor IV : strong driver-weak dependent variables Independent yang berarti
bahwa subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem yang disebut peubah bebas.
95 12
10 8
2 4 6
8 10
12 4
2 Sektor III
Lingkage Sektor IV
Independent
Sektor II Dependent
Sektor I Autonomous
Dependence Driver Power
Gambar 17. Matrik driver power-dependence dalam analisis ISM Marimin, 2004
6.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang