12
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat bagi pemerintah daerah, dapat dijadikan pedoman dalam
penyusunan perencanaan pembangunan wilayah khususnya pembangunan perdesaan di wilayah perbatasan melalui pengembangan kawasan
agropolitan secara berkelanjutan. 2. Manfaat bagi masyarakat stakeholder, memberikan kontribusi hasil
pemikiran secara ilmiah bagi masyarakat yang akan menginvestasikan modalnya dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di
wilayah perbatasan melalui konsep agropolitan. 3. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan referensi dan
pengkajian lebih lanjut perencanaan pembangunan perdesaan berbasis perkotaan yang berpihak pada optimalisasi di sektor pertanian.
1.6. Kebaruan Novelty
Dasar pertimbangan dalam menentukan kebaruan Novelty dalam penelitian ini adalah pada beberapa makalah ilmiah dan hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya baik yang menyangkut pengembangan kawasan agropolitan, analisis keberlanjutannya, dan lokasi penelitian dilaksanakan.
Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang telah dilaksanakan terdahulu, antara lain :
1. Dutta 2002 dalam tulisan ilmiah dengan judul makalah Urbanisation and Development of Rural Small Enterprises Studying the Linkage With Focus on
West Bengal menjelaskan hubungan antara industri skala kecil perdesaan dengan tingkat urbanisasi, dimana urbanisasi dapat dihindari dengan
adanya industri skala kecil di perdesaan. Namun demikian industri perdesaan skala kecil tidak dapat tumbuh dan berkembang pada wilayah belakang
dengan fasilitas infrastruktur dasar yang tidak mencukupi.
2. Susilo 2003 dengan judul penelitian “Keberlanjutan Pembangunan Pulau-
Pulau Kecil Studi kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Penelitian menggunakan menggunakan
konsep keberlanjutan dan menyimpulkan bahwa pengelolan sumberdaya di Pulau Panggang dan pulau Pari termasuk ke dalam kategori “cukup
berkelanjutan”
13
3. Hasan 2003, dengan judul penelitian “Model Tata Ruang Kota Tani yang
Berorientasi Ekonomi dan Ekologis Studi Kasus di Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan, menyimpulkan bahwa interaksi kawasan kota tani
dengan beberapa kawasan sekitarnya hinterland adalah salah satu segmen aglomerasi wilayah dalam mengatasi permasalahan dan ketimpangan
ekonomi, sosial, dan lingkungan yaitu saling melengkapi dalam mengembang fungsi kota tani sebagai pusat pelayanan, produksi dan pemasaran hasil
pertanian kawasan. 4. Stiawati 2004, dengan judul penelitian “Analisis Kesiapan Masyarakat
Petani Ladang Berpindah dan Fallow System Bagi Pengembangan Agropolitan Studi Kasus di Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang
Kalimantan Barat” Penelitian menggunakan metode Participatory Rural Appraisal PRA dan Contingant Valuation Method CVM, menyimpulkan
bahwa Sistem pertanian secara Shifting Cultivation dan Fallow System tidak dapat secara langsung dikembangkan menjadi pertanian dengan sistem
agropolitan tetapi memerlukan periode transisi untuk mempersiapkan struktur sosial-ekonominya.
5. Webster et al 2005 dalam tulisan ilmiah yang berjudul “China’s Modern
Gated Cities” menjelaskan bahwa konsep pengembangan agropolitan
merupakan konsep pembangunan yang berasal dari China yang mengacu pada tiga prinsip yaitu seleksi terhadap wilayah pengembangan,
komunalisasi masyarakat pada kawasan yang produktif, dan akses terhadap kekuatan-kekuatan sosial
6. Departemen Pekerjaan Umum 2005 dalam Laporan Akhir “Pengembangan
Keterkaitan Infrastruktur Intra dan Inter Kawasan Agropolitan dan Perdesaan”. merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
agropolitan dan perdesaan di beberapa wilayah di Indonesia. 7. Pranoto 2005, dengan judul penelitian “Pembangunan Perdesaan
Berkelanjutan melalui Model Pengembangan Agropolitan, menyimpulkan
bahwa pengembangan agropolitan sebagai pendekatan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan dapat tercapai jika peningkatan produksi
pertanian, peningkatan sarana dan prasarana pemukiman, transportasi, dan pemasaran disertai dengan peningkatan konservasi sumberdaya alam;
pengembangan agribisnis dan pembangunan agroindustri dibarengi dengan perbaikan pemasaran secara berkelanjutan, perencanaan; dan pelaksanaan
14 program dibarengi dengan peningkatan peran dan kinerja kelembagaan yang
ada. 8. Marhayudi 2006, dengan judul penelitian “Model Pengelolaan Sumberdaya
Hutan Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat”
menggunakan metode Rap-INSUSFORMA, menyimpulkan bahwa pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat
termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan. Berdasarkan hasil-hasil kajian tersebut ditemukan kebaruan baik dilihat
dari segi pendekatan wilayah, metode yang digunakan dan hasil penelitian. Dari segi pendekatan wilayah merupakan konsep pembangunan desa-kota berimbang
dengan pendekatan agropolitan di wilayah perbatasan. Selama ini penelitian tentang pengembangan kawasan agropolitan umumnya dilakukan pada daerah-
daerah yang telah berkembang, padat penduduk, dan dekat dengan wilayah perkotaan.
Dari segi metode merupakan gabungan berbagai metode analisis secara komprehensif dalam membangun model pengembangan kawasan
agropolitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Sedangkan kebaruan dari segi hasil penelitian adalah
dihasilkannya konsep baru pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan berdasarkan potensi wilayah yang dimiliki yaitu pengembangan
kawasan agropolitan terpadu perkebunan-tanaman pangan-peternakan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten
Bengkayang dalam mengembangkan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan. Dalam konsep pengembangan kawasan agropolitan ini juga tersusun skenario
pengembangan yang dapat dilakukan ke depan dengan mempertimbangkan berbagai dimensi pembangunan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya,
infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Kawasan Perdesaan Secara Berkelanjutan