132 program lainnya. Dengan kata lain, apabila beberapa sub elemen kendala seperti
tersebut di atas terpenuhi, maka upaya meningkatkan hubungan yang baik dengan negara tetangga di perbatasan merupakan suatu yang penting untuk
dirintis. Struktur hierarkhi hubungan antara sub elemen kendala program pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang secara rinci dapat dilihat pada Gambar 34 di bawah ini.
10
2 4
5 6
7 8
9 11
12
1 3
Level 1 Level 2
Level 3
Gambar 34. Struktur Hierarkhi Sub Elemen Kendala Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten
Bengkayang
Pada Gambar 34 terlihat bahwa penanganan kendala yang dihadapi dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang dapat dilakukan melalui tiga tahap. Pada tahap pertama yang perlu dilakukan adalah melengkapi infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan
kawasan agropolitan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan membekali berbagai keterampilan dan penguasaan teknologi khususnya dalam
kegiatan bertani bagi masyarakat lokal karena masyarakat lokal merupakan unsur utama atau unsur penggerak yang nantinya harus berprakarsa secara
mandiri dan kreatif untuk mencari langkah-langkah yang harus dilakukan agar selain kegiatan budidaya yang dapat dilakukan, tetapi juga dapat menciptakan
dan menumbuh-kembangkan usaha-usaha off farm seperti penyediaan sarana produksi agroinput dan pengolahan hasil pertanian processing termasuk
pemasarannya marketing.
b. Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan hasil pendapat pakar, ditemukan 14 sub elemen kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan kawasan agropolitan di
wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Adapun sub elemen tersebuat
133 yaitu 1 Ketersediaan infrastruktur jembatan, jalan, irigasi listrik, telekomunikasi,
dll; 2 sarana dan prasarana produksi pertanian pupuk, alat, dan mesin pertanian; 3 industri pengolahan hasil pertanian; 4 ketersediaan benihbibit;
5 SDM pertanian yang terampil; 6 kemudahan birokrasi insentif dan disintensif; 7 permodalan dan fasilitas pinjamankredit; 8 manajemen usaha
tani konservasi; 9 kebijakan penetapan kawasan agropolitan; 10 keberadaan lembaga penyuluh pertanian; 11 pemasaran yang baik; 12 keamanan dalam
berinvestasi; 13 kerjasama lintas sektoral; dan 14 kerjasama antar negara. Keempat belas sub elemen tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode ISM untuk mendapatkan elemen kunci yang merupakan kebutuhan utama program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil analisis
ISM seperti disajikan pada Gambar 35.
Dependence
1 2, 3, 4, 6, 7, 8,
10, 11, 12, 13 5, 9
14 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
Sektor IV Indepencence
Sektor III Linkage
Sektor I Autonomous
Sektor II Dependence
Dri v
e r Powe
r
Gambar 35. Matriks Driver Power – Dependence untuk Elemen Kebutuhan Program
Berdasarkan hasil analisis seperti pada Gambar 35 tersebut memperlihatkan bahwa sub elemen ketersediaan infrastruktur yang memadai 1,
peningkatan sumberdaya manusia pertanian yang terampil 5, dan kebijakan penetapan kawasan agropolitan 9, terletak pada sektor IV yang merupakan sub
elemen kebutuhan program yang perlu mendapat perhatian serius karena merupakan sub elemen yang mempunyai kekuatan penggerak driver power
yang besar dalam pengembangan kawasan agropolitan, dan memiliki ketergantungan dependence yang rendah terhadap program. Ketiga sub
134 elemen ini menjadi sub elemen kunci pada kebutuhan program. Sedangkan sub
elemen sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian 2, industri pengolahan hasil pertanian 3, ketersediaan benihbibit 4,
kemudahan birokrasi seperti pemberian insentif dan disinsentif 6, permodalan dan fasilitas pinjaman kredit 7, manajemen usahatani konservasi 8,
keberadaan lembaga penyuluh pertanian 10, pemasaran yang baik 11, keamanan dalam berinvestasi 12, dan kerjasama lintas sektoral 13, terletak
pada sektor III yang merupakan sub elemen pengait linkages dari sub elemen lainnya. Sub elemen pada sektor ini memiliki kekuatan pendorong driver power
yang besar terhadap suksesnya program tetapi memiliki ketergantungan dependence yang besar pula. Setiap tindakan terhadap tujuan pada sub
elemen ini akan mempengaruhi suksesnya program pengembangan kawasan agropolitan dan sebaliknya apabila sub elemen ini mendapatkan perhatian yang
kurang, maka dapat berpengaruh terhadap kegagalan program pengembangan kawasan agropolitan.
Adapun sub elemen kebutuhan adanya kerjasama antar negara 14, terutama dengan negara Malaysia yang berbatasan darat langsung dengan
Kabupaten Bengkayang, terletak pada sektor II yang merupakan sub elemen akibat dari tindakan pemenuhan kebutuhan program lainnya. Dengan kata lain,
apabila beberapa sub elemen kebutuhan selain menjalin hubungan dengan negara tetangga seperti tersebut di atas terpenuhi, maka menjalin hubungan
yang baik dengan negara tetangga di perbatasan merupakan suatu yang penting untuk dirintis terutama dalam hal pemasarana hasil pertanian dan produk
olahannya. Namun demikian, posisi kebutuhan untuk menjalin kerjasama dengan negara tetangga dalam analisis ini berada pada sektor II yang berarti memiliki
ketergantungan dependence yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan program lainnya dan tidak memiliki kekuatan pendorong driver power yang
tinggi. Struktur hierarkhi hubungan sub elemen kebutuhan program pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang secara rinci dapat dilihat pada Gambar 36. Pada gambar 47 memperlihatkan bahwa ada empat tahap yang dapat
ditempuh dalam rangka pemenuhan kebutuhan program pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Kebutuhan
yang sangat mendesak pada tahap pertama adalah penyediaan infrastruktur kawasan yang memadai untuk memperlancar hubungan dan membuka
135 keterisolasian antar kawasan di wilayah perbatasan baik dalam hal penyediaan
infrastruktur jalan, pembangunan jembatan, penyediaan sarana irigasi, listrik, telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya karena pada beberapa desa di empat
kecamatan dekat perbatasan, masih sangat terisolasi baik antar desa, ke ibukota kecamatan, maupun ke ibukota kabupaten yang disebabkan oleh minimnya
infrastruktur yang dimiliki.
14
2 3
4 6
7 8
10 11
12 13
5 9
1
Level 1 Level 2
Level 3 Level 4
Gambar 36. Struktur Hierarkhi Sub Elemen Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten
Bengkayang
Pada tahap kedua yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kebijakan penetapan kawasan agropolitan. Melihat
posisi sub elemen penyediaan infrastruktur, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan kebijakan penetapan kawasan agropolitan yng juga berada pada
satu sektor yaitu terletak pada sektor IV dimana pada sektor ini, semua sub elemen memiliki kekuatan pendorong yang besar dan tergantungan yang rendah
terhadap keberhasilan program pengembangan kawasan agropolitan, maka ketiganya dapat dilakukan secara bersama-sama tergantung kemampuan dan
kemauan politik Political will dari pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi, maupun pemerintah daerah Kabupaten bengkayang untuk
mengembangkan wilayah perbatasan dengan pengembangan kawasan agropolitan. Khusus b erkaitan dengan kebijakan, pemerintah Kabupaten
Bengkayang telah mencanangkan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang dipusatkan di Kecatamana
Sanggau Ledo yaitu dengan keluarnya Surat Keputusan Bupati Bengkayang Nomor 185 tahun 2006 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan
136 Agopolitan, pada tanggal 07 Juli 2006. Untuk mendukung program pemerintah
tersebut, maka berbagai upaya perlu dilakukan termasuk peningkatan sumberdaya manusia terutama sumberdaya pertanian agar memiliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan kawasan agropolitan. Tahap berikutnya atau tahap ketiga yang perlu dilakukan adalah
penyediaan sarana produksi pertanian, penyediaan industri pengolahan hasil pertanian, penyediaan bibitbenih berkualitas, kemudahan dalam birokrasi,
permodalan dan fasilitas pinjaman kredit, manajemen usahatani konservasi, keberadaan lembaga penyuluh pertanian, pemasaran yang baik, keamanan
dalam berinvestasi, dan perlunya kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan, dimana semua sub elemen kebutuhan program ini,
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan sehingga dapat dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan kemampuan dan
tingkat perkembangan kawasan, kemudian pada tahap terakhir adalah menjalin kerjasama dengan negara tetangga dimana keberadaan negara tetangga ini
memiliki posisi strategis terhadap keberhasilan program agropolitan baik melalui investasi dalam pengembangan kawasan maupun sebagai media pemasaran
yang baik bagi hasil pertanian dan produk olahannya.
c. Lembaga yang Terlibat dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan