Alternatif Pengembangan Kawasan Agropolitan

112 informasi ditekankan bahwa setiap anggota masyarakat berhak mendapatkan informasi dan perlu difasilitasi untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan kegiatan yang sedang digelutinya. Keterlibatan dan partisipasi mengacu kepada bagaimana anggota masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan baik pada tahan perencanaan, pelaksanaan, maupun pada tahap pengendalian. Dalam pelibatan dan partisipasi anggota masyarakat diperlukan jaminan bahwa penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang terbatas oleh kelompok masyarakat, dipergunakan berdasar pengetahuan lokal dan prioritas dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutannya. Unsur akuntabilitas ditekankan pada bagaimana mengikutsertakan setiap stakeholder agar dapat memberikan jawaban terhadap kebijakan dan tindakan-tindakan mereka yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat lokal, sedangkan unsur kapasitas organisasi lokal berkaitan dengan kemampuan orang-orang untuk dapat bekerjasama dan mengorganisasikannya sendiri serta mampu memobilisasi sumberdaya-sumberdaya untuk memecahkan persoalan-persoalan yang menjadi perhatian bersama seluruh anggota masyarakat Deptan, 2004.

b. Alternatif Pengembangan Kawasan Agropolitan

Dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, banyak faktor-faktor elemen-elemen yang sangat berpengaruh dalam usaha pengembangan kawasan tersebut, baik elemen- elemen yang mendukung perkembangan wilayah maupun elemen-elemen yang dapat menghambat usaha pengembangan wilayah untuk pengembangan kawasan agropolitan. Permasalahan yang muncul adalah kesulitan dalam menentukan skala prioritas penanganan elemen-elemen tersebut karena tidak mungkin semua elemen dapat ditangani dalam waktu bersamaan karena adanya keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga, sehingga perlu penanganan secara bertahap dengan cara menentukan elemen-elemen kunci yang dapat diatasi lebih awal dan selanjutnya penanganan elemen berikutnya. Dengan menentukan elemen-elemen kunci untuk ditangani, diharapkan persoalan-persoalan yang kompleks dapat sederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Penentuan elemen-elemen kunci atau pemilihan elemen sebagai elemen alternatif yang paling disukai dapat dilakukan dengan menggunakan alat 113 analisis yaitu Proses Hierarkhi Analitik Analytical Hierarchy Process atau disingkat AHP. Dalam analisis AHP didasarkan pada hasil pendapat pakar Expert Judgment untuk menjaring berbagai informasi dari beberapa elemen- elemen yang berpengaruh dalam penyelesaian suatu persoalan . Prinsip kerja AHP pada adalah untuk penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagian yang tertata dalam suatu hierarkhi. Urutan prioritas setiap elemen hasil analisis AHP dinyatakan dalam bentuk nilai numerik atau persentasi. Dalam analisis AHP untuk pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, ditetapkan lima level. Level 1 merupakan fokus yaitu pengembangan kawasan agropolitan; level 2 adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan agropolitan yaitu sumberdaya manusia SDM, sumberdaya alam SDA, permodalan, pemasaran, dan kebijakan pemerintah; level 3 adalah aktor yang berperanan yaitu pemerintah, petani, perusahaan, perbankan, dan pedagang; level 4 adalah tujuan pengembangan kawasan agropolitan yang meliputi perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, pengembangan wilayah, dan peningkatan pendapatan daerah PAD; dan level 5 adalah alternatif pengembangan kawasan agropolitan yaitu pengembangan kawasan agropolitan berbasis tanaman pangan, kawasan agropolitan berbasis perkebunan, kawasan agropolitan berbasis peternakan, dan kawasan agropolitan berbasis terpadu. Agropolitan berbasis perikanan tidak dimasukkan sebagai pilihan alternatif dalam analisis ini karena berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, wilayah ini kurang potensial untuk pengembangan sektor perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat air tawar khususnya di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, kecuali di bagian pesisir tetapi tidak termasuk objek kajian. Hasil analisis AHP, memperlihatkan bahwa alternatif pengembangan kawasan agropolitan secara terpadu memberikan nilai skoring tertinggi yaitu sebesar 0,539 53,9 dan selanjutnya agropolitan perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan, dengan nilai skoring masing-masing 0,220 22,0 , 0,165 16,5 , dan 0,075 7,5 seperti terlihat pada Gambar 26. 114 Sumberdaya Manusia 0,259 Sumberdaya Alam 0,228 Permodalan 0,173 Pemasaran 0,051 Kebijakan Pemerintah 0,289 Pemerintah 0,345 Perbankan 0,102 Petani 0,249 Pedagang 0,134 Perluasan Lapangan Pekerjaan 0,305 Peningkatan Pendapatan Masyarakat 0,386 Pengembangan Wilayah 0,220 Peningkatan Pendapatan Daerah 0,088 AGROPOLI TAN AGROPOLI TAN PETERNAKAN 0,075 TANAMAN PANGAN 0,165 AGROPOLI TAN PERKEBUNAN 0,220 AGROPOLI TAN TERPADU FAKTOR FOKUS AKTOR TUJUAN ALTERNATI F Perusahaan 0,171 0,539 PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLI TAN DI WI LAYAH PERBATASAN Gambar 26. Struktur Hierarki pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang Apabila dilihat dari nilai skoring masing-masing alternatif, maka alternatif yang dapat dipilih dalam perencanaan pengembangan kawasan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang ke depan adalah pengembangan kawasan agropolitan terpadu karena memberikan nilai skoring yang paling tinggi diantara pilihan agropolitan lainnya. Jenis agropolitan yang dapat dipadukan adalah agropolitan perkebunan-tanaman pangan-peternakan. Keterpaduan yang dimaksud adalah bahwa ketiga jenis agropolitan mempunyai keterkaitan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Agropolitan ternak misalnya, sangat tergantung pada agropolitan tanaman pangan dimana biomassa dan produksi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak terutama ternak besar, ternak sedang, maupun ternak kecil. Bahan organik yang dihasilkan dari agropolitan ternak bersama-sama dengan sisa biomassa dari agropolitan tanaman pangan dapat diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah bagi agropolitan tanaman pangan dan agropolitan perkebunan. Di dalam 115 kawasan agropolitan perkebunan, petani dapat mengembangkan agropolitan tanaman pangan dengan menanam tanaman pangan sebagai tanaman sela diantara tanaman perkebunan sambil mengusahakan ternaknya. Dengan demikian, pengembangan kawasan agropolitan terpadu ini, dapat memberikan keuntungan ganda bagi petani yaitu memberikan tambahan sumber pendapatan dan kotorannya dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik. Pertimbangan pakar dalam memilih agropolitan agropolitan terpadu perkebunan, tanaman pangan dan peternakan adalah bahwa wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah yang cukup potensial untuk pengembangan ketiga sub sektor pertanian tersebut. Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan pada agropolitan perkebunan adalah kelapa sawit. Hal ini dilihat dari potensi luas lahan yang tersedia cukup besar yang didukung oleh kondisi agroekologi dan agroklimat yang sesuai bagi pengembangan komoditas ini. Disisi lain industri kelapa sawit dalam bentuk minyak sawit atau Crude Palm Oil CPO sangat menjanjikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan iklim, tanaman kelapa sawit tumbuh optimum pada suhu 24 – 28 o C dengan kelembaban relatif 75 , rata-rata curah hujan 2000 – 2500 mmtahun dengan penyebaran merata, intensitas cahaya 5 – 7 jamhari, ketinggian tempat 0 – 400 m dpl, kemiringan 0 – 15 dan kedalaman air 80 cm, serta drainase baik Dirjenbun, 1997 dalam LPPM IPB, 2006. Berdasarkan kondisi tersebut, sesuai dengan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Namun demikian untuk mendukung pengembangan agropolitan perkebunan ini ke depan, komoditas unggulan perkebunan lainnya juga perlu dikembangkan seperti komoditas karet dan lada. Pola perkebunan kelapa sawit yang layak dikembangkan dalam agropolitan perkebunan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang ini adalah Shering stakeholder SHAREHOLDER antara Perusahaan-Transmigrasi- Masyarakat Lokal. SHAREHOLDER ini dimaksudkan untuk menselaraskan program pengembangan perkebunan dengan program transmigrasi yang dikembangkan pemerintah dengan tujuan untuk mengangkat harkat hidup petani dan keluarganya dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Hal ini sesuai mengingat jumlah penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang masih sangat kurang yaitu hanya sekitar 22 jiwakm 2 . Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi diterapkannya pola SHAREHOLDER antara lain peningkatan produksi komoditas non migas, 116 meningkatkan pendapatan petani, membantu pengembangan wilayah, dan menunjang keberhasilan program transmigrasi. Peserta SHERHOLDER ini mengacu pada pola PIR-Trans sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7, Bab IV Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 333KptsKB.51061986 Fauzi, et al. 2002 adalah sebagai berikut : 1. Peserta transmigrasi ditetapkan oleh Menteri Pertanian 2. Penduduk setempat, termasuk petani yang tanahnya termasuk dalam proyek PIR-Trans ditetapkan oleh Pemerintah Daerah 3. Petani atau peladang berpindah dari kawasan hutan terdekat yang dikenakan untuk proyek ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam pola SHERHOLDER sebagaimana dalam pola PIR-Trans adalah memiliki kemampuan yang cukup dari segi dana, tenaga, dan manajemen untuk melakukan fungsinya sebagai perusahaan inti berdasarkan penilaian pemerintah, baik perkebunan milik negara, swasta, atau asing yang berbadan hukum Indonesia Fauzi et al. 2002. Agar dapat berjalan dengan baik, maka pola SHERHOLDER dapat mengacu pada sistem syariah melalui sistem bagi hasil. Artinya apabila perusahaan merugi, maka petani juga ikut menanggung kerugian tersebut, sebaliknya apabila perusahaan mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut juga dirasakan oleh petani. Tentunya harus diatur oleh regulasi yang jelas dari pemerintah. Berdasarkan pengalaman selama ini, penerapan pola PIR-Trans dalam pengembangan perkebunan di Indonesia banyak kurang berhasil karena petani sebagai mitra kerja bagi perusahaan inti lebih banyak dirugikan oleh perusahaan ketimbang mendapatkan keuntungan yang besar dari perusahaan. Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan pada agropolitan perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan adalah komoditas kelapa sawit, jagung, ternak sapi, kambing, dan ayam dengan pertimbangan : 1. Mempunyai dukungan kebijakan pemerintah daerah, kelembagaan, dan teknologi, serta modal sehingga memiliki peluang pengembangan produk yang tinggi. Ini terlihat dengan dicanangkangnya program Kawasan usaha Agribisnis Terpadu KUAT dengan komoditas prioritas yang dikembangkan adalah tanaman jagung. 2. Dapat memberikan dampak ganda multifier effect terhadap berkembangnya sektor lain seperti sektor sektor peternakan dan industri. 117 3. Merupakan komoditas yang telah diusahakan oleh masyarakat setempat lokal, dapat diterima dan lebih mudah dalam pengembangannya. 4. Mempunyai tingkat kesesuaian agroekosistem yang tinggi, 5. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menciptakan nilai tambah dibandingkan komoditas lainnya serta memberikan kesempatan kerja. 6. Memiliki prospek dan orientasi pasar yang jelas, baik sasaran pasar lokal, regional, maupun internasional dengan peluang pasar yang tinggi. 7. Layak untuk dikembangkan karena secara ekonomi memiliki kelayakan investasi yang tinggi sehingga dapat menarik banyak investor. Namun demikian di wilayah ini masih banyak komoditas unggulan yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengembangan agropolitan tanaman pangan selain jagung seperti padi ladang, padi sawah, kedelai, kacang tanah, ubi jalan dan ubi kayu. Oleh karena itu dalam pengembangan kawasan agropolitan tanaman pangan yang berbasis tanaman jagung ini perlu didukung oleh komoditas lainnya. Pada sub sistem pemasaran berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa, kegiatan promosi, penyediaan informasi pasar, dan kebijakan perdagangan. Sedangkan pada susb sistem jasa dan penunjang agribisnis diperlukan adanya sarana perkreditan dan asuransi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan penyuluhan, saran transportasi, dan kelengkapan sarana dan prasarana, serta kebijakan pemerintah. Manajemen pengembangan agribinsis di kawasan agropolitan terpadu dikawasan perbatasan Kabupaten Bengkayang dapat diilustrasikan seperti Gambar 27 di bawah ini. Sub Sistem Agribisnis Hulu - Industri perbenihan Pembibitan - Industri pengomposan - Industri Alsintas Sub Sistem Usaha Tani on Farm - Usaha tanaman pangan dan Perkebunan - Usaha Peternakan - Diversivikasi Tanaman Sub Sistem Pengolahan - Industri Pangan - Industri Pakan - Industri lainnya Sub Sistem Pemasaran - Distribusi - Promosi - Informasi Pasar - Kebijakan Perdagangan Agribisnis Hilir Sub Sistem Jasa dan Penunjang Agribisnis - Perkreditan dan asuransi - Transportasi dan pergudangan - Penelitian dan Pengembangan - Kebijakan pemerintah - Pendidikan dan Penyuluhan - Sarana dan prasarana Gambar 27. Manajemen Pengembangan Agribisnis di Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Udin, 2004. 118 Berkaitan dengan pengembangan agropolitan peternakan, wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sangat potensial untuk pengembangan sub sektor ini baik peternakan besar, peternakan menengah, maupun peternakan kecil. Komoditas unggulan ternak yang dapat dikembangkan adalah ternak sapi untuk peternakan besar, kambing untuk peternakan menengah, dan ayam untuk peternakan kecil. Hal ini dimungkinkan oleh tingginya produksi ternak di wilayah ini. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bengkayang pada tahun 2005, terdapat ternak sapi sebanyak 4.925 ekor, kambing 5.314 ekor, dan ayam 131.879. Keberadaan agropolitan peternakan diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan masyarakat karena dapat memberikan penghasilan tambahan diluar dari kegiatan utamanya sebagai petani. Ternak sapi dapat memanfaatkan sisa panenan biomassa berupa batang, dedaunan dan tongkol sebagai sumber makanan. sedangkan biji jagung dapat diolah menjadi pakan ternak ayam. Selain itu, sisa panenan bersama kotoran ternak yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik kompos yang ramah lingkungan untuk meningkatkan kesuburan tanah baik kesuburan fisik, kimia, maupun biologi tanah. Peningkatan penggunaan pupuk organik selain ramah lingkungan, juga dapat meningkatkan produktivitas lahan akibat meningkatnya kesuburan tanah, serta dapat berfungsi konservasi karena dapat meningkatkan kapasitas infiltasi dan menurunkan run off tanah. Keberadaan industri pengolahan hasil pertanian dan pembuatan pupuk organik ini tentunya dapat memberikan nilai tambah added value bagi peningkatan pendapatan petani, karena dapat menghasilkan produk pertanian yang aman bebas bahan kimia untuk dikonsumsi dengan nilai ekonomi yang tinggi dan dapat dijual dalam bentuk produk olahan. Disisi lain, dapat menghemat biaya untuk membeli pupuk buatan yang mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Besarnya peluang pengembangan agropolitan perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan didukung oleh beberapa hal seperti kesesuaian lahan, luasan ketersediaan lahan, dan terbuka kesempatan pengembangan usaha kemitraan strategis antara pelaku usaha swasta dan pemerintah yang saling menguntungkan, serta memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia sehingga memiliki peluang pasar besar untuk pengembangan komoditas yang berorientasi ekspor. Oleh karena itu, upaya pemanfaatan dan optimalisasi potensi wilayah tersebut perlu dilakukan. Berdasarkan hasil analisis 119 potensi dan tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, maka strategi pengembangan kawasan agropolitan dapat diarahkan pada : 1. Kecamatan Sangau Ledo dan Seluas dapat dibentuk Desa Pusat Pertumbuhan DPP khususnya di Desa Lembang dan Desa Seluas. Pada desa tersebut dapat dibangun fasilitas industri hilir seperti industri pengolahan jagung, industri pengolahan susu, dan industri pengolahan pakan ternak, serta terminal agribisnis. Sedangkan daerah hinterland-nya dijadikan sebagai sentra pengembangan komoditas jagung, perkebunan kelapa sawit dan lada, serta peternakan, baik peternakan kecil, sedang, dan besar yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya termasuk industri hulu. 2. Kecamatan Jagoi Babang dan Siding dapat dijadikan sebagai kawasan pengembangan perkebunan kelapa sawit dan karet, serta peternakan kecil dan sedang. Pada wilayah ini pula perlu dibangun industri pengolahan minyak sawit CPO yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya termasuk industri hulu. Strategi pengembangan kawasan agropolitan terpadu di wilayah Kabupaten Bengkayang disajikan pada Gambagr 28 Sentra pengembangan Komoditas jagung, kelapa sawit, dan lada Terminal Agribisnis Industri Pengolahan Jagung Industri Pengolahan Susu dan Pakan Sentra Pengembangan Komoditas Sawit dan Karet Industri Pengolahan Minyak Sawit Peternakan Kecil dan Sedang Peternakan Besar Industri Pengolahan Karet Gambar 28. Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. 120 Berbagai tujuan yang diharapkan dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang seperti perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat setempat, peningkatan pendapatan daerah, dan pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil analisis AHP memperlihatkan tujuan peningkatan pendapatan masyarakat setempat merupakan pilihan strategis yang perlu diprioritaskan karena memiliki nilai skoring tertingg yaitu sebesar 0,386 dan selanjutnya pembukaan lapangan kerja, pengembangan wilayah, dan peningkatan pendapatan daerah dengan nilai skoring masing-masing 0,305, 0,220, dan 0,088. Adapun kontribusi setiap tujuan dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang seperti terlihat pada gambar 29 di bawah ini. \ Gambar 29. Kontribusi setiap Tujuan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Kenyataan menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang berada dekat perbatasan dengan negara lain dicirikan oleh tingkat kemiskinan masyarakatnya yang cukup tinggi, termasuk di Kabupaten Bengkayang. Hal ini disebabkan paradigma pembangunan selama ini yang lebih berorientasi pada pembangunan perkotaan dengan membentuk pusat-pusat pertumbuhan untuk menyerap sumberdaya yang ada di perdesaan sementara wilayah perdesaan terutama di wilayah perbatasan kurang tersentuh oleh pembangunan. Akibatnya wilayah perbatasan umumnya terisolasi dan masyarakatnya terasing karena minimnya sarana dan prasarana yang ada baik sarana dan prasarana penghubung antar wilayah, pendidikan, kesehatan, maupun sarana dan prasarana agribisnis. Minimnya pembangunan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, tentunya berdampak pada tingkat pendapatan masyarakat yang rendah. Pada beberapa desa di kecamatan dekat perbatasan, masyarakat 121 sangat sulit untuk mengakses keperluan sehari-harinya karena terbatasnya sarana transportasi darat. Mereka harus berjalan kaki dan membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan termasuk memasarkan hasil pertaniannya. Masyarakat di Kecamatan Siding misalnya, umumnya mereka memasarkan hasil pertanian ke Malaysia dengan cara berjalan kaki. Penyebab lain adalah tingkat pendidikan masyarakat perbatasan yang umumnya rata-rata berpendidikan rendah. Akibatnya kemampuan mereka dalam bercocok tanam juga rendah sehingga produksi pertanian mereka juga rendah. Mereka umumnya bercocok tanam secara tradisional dengan menggunakan peralatan sederhana, bahkan masih ada yang melakukan kegiatan perladangan berpindah. Dalam kegiatan bercocok tanam, tanah biasanya hanya diolah seadanya saja dengan menggunakan cangkul bahkan kadang-kadang tidak dilakukan pengolahan tanah, tanpa dilakukan pemupukan dan tanaman dibiarkan tumbuh seadanya tanpa dilakukan pemeliharaan. Namun demikian masyarakat yang berada pada desa-desa yang dekat dengan ibukota kecamatan, telah sering mendapatkan bimbingan dari penyuluh pertanian setempat. Mereka terlihat telah mampu menerapkan pengetahuan pertanian dalam kegiatan bertani. Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sebagaimana tesebut di atas, sangat dipengaruhi berbagai faktor dan aktor yang berperan dalam pengembangan kawasan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan agropolitan adalah kemampuan dari sumberdaya manusia yang ada, kondisi sumberdaya alam untuk mendukung pengembangan agropolitan, kemampuan permodalan dalam berusahatani, pemasaran hasil dan produk olahan, serta kebijakan pemerintah terkait pengembangan agropolitan. Berdasarkan hasil AHP, kebijakan pemerintah memegang peranan penting dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang dengan nilai skoring tertinggi sebesar 0,289 dan selanjutnya sumberdaya manusia, sumberdaya alam, permodalan, dan pemasaran dengan nilai skoring masing-masing 0,259, 0,228, 0,173, dan 0,051. Kontribusi setiap faktor terhadap pengembangan kawasan agropolitan seperti terlihat pada Gambar 30. Tingginya skoring faktor kebijakan pemerintah dalam pengembangan kawasan agropolitan memberikan pengertian bahwa dalam pengembangan wilayah perbatasan agar dapat tumbuh dan berkembang sejajar dengan wilayah- 122 wilayah lainnya terutama wilayah perkotaan dengan mengembangkan potensi lokal wilayah yang dimiliki khususnya melalui program pengembangan kawasan agropolitan, dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah melalui penerapan kebijakan pengembangan wilayah. Hal Ini pula telah ditegaskan dalam Garis- Garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1999-2004 yang telah mengamanatkan arah kebijakan pengembangan daerah perbatasan yaitu meningkatkan pembangunan di seluruh daerah, terutama daerah perbatasan dan wilayah tertinggal lainnya yang berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Gambar 30. Kontribusi setiap Faktor dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. Amanat GBHN ini yang selanjutnya dijabarkan dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas 2000-2004 yang menekankan bahwa program pengembangan daerah perbatasan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelolaan potensi wilayah perbatasan , dan memantapkan ketertiban dan keamanan daerah yang berbatasan dengan negara lain dengan sasaran adalah terwujudnya peningkatan kehidupan sosial- ekonomi, ketahanan sosial masyarakat, dan terkelolanya potensi wilayah perbatasan, serta terjaminnya ketertiban dan keamanan wilayah perbatasan. Seiring dengan era desentralisasi dan otonomi daerah dan dalam rangkan merespon kebijakan pemerintah pusat sebagaimana diamanatkan dalam GBHN tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Propenas, maka pemerintah daerah Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Bengkayang berupaya menerapkan berbagai kebijakan pembangunan untuk pengembangan wilayah perbatasan melalui pengembangan potensi daerah 123 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan. Pada tahun 2004, Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat melalui Dinas Pertanian menetapkan program pembangunan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang dikenal dengan nama Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu KUAT Sanggau Ledo Komplek di Kecamatan Sanggau Ledo, dengan komoditas jagung sebagai komoditas prioritas untuk dikembangkan, kemudian diperkuat dengan keluarnya Surat Keputusan SK Bupati Kabupaten Bengkayang No. 194 tahun 2006 tentang Penetapan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu KUAT di Kecamatan Sanggau Ledo. Pengembangan agribisnis di Kabupaten Bengkayang ini diharapkan dapat memberikan keuntungan dan dampak ganda multiplier effect yang nyata terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu strategi pengembangan kawasan agribisnis tidak terbatas pada pembangunan pertanian on-farm agribusiness saja, tetapi harus mengembangkan keseluruhan sub sistem secara terintegrasi dan simultan dimana kelima sub sistem agribisnis yang meliputi sub sistem agribisnis hulu up- stream agribusinenn, sub sistem usaha tani on-farm agribusiness, sub sistem hilir down-stream agribusiness, sub sistem pemasaran, dan sub sistem jasa harus dibangun dan dikembangkan secara harmonis. Pengembangan kawasan agribisnis ini tidak akan berhasil jika hanya dikembangkan pada salah satu sub sistem saja, tetapi harus sekaligus mengembangkan kelima sub sistem tersebut karena kawasan agribisnis tidak saja didukung oleh berkembangnya usaha budidaya on farm dan produk olahannya dalam skala rumah tangga off farm tetapi juga dibutuhkan penyediaan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan pemasaran hasil atau produk pertanian. Perlu diketahui bahwa pengembangan kawasan agribisnis yang dilakukan selama ini menemui berbagai permasalahan, diantaranya adalah bahwa pengembangan kawasan agribisnis belum mampu menjamin keseimbangan pertumbuhan wilayah antara wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan. Penyediaan fasilitas pada kawasan agribisnis hanya diarahkan pada fasilitas pendukung agribisnis sementara pembangunan desa-kota berimbang sangat diharapkan agar arus urban penduduk dari desa ke kota dapat dikurangi atau dihindari dengan menyediakan fasilitas yang memadai baik fasilitas 124 pendukung pengembangan agribisnis maupun penyediaan fasilitas umum seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan fasilitas sosial lainnya. Salah satu konsep pembangunan desa-kota berimbang adalah pengembangan kawasan agropolitan. Konsep ini bertujuan untuk membangun kota pertanian di desa setara dengan kota. Konsep pengembangan kawasan agropolitan pertama kali dicetuskan oleh Departemen Pertanian bekejasama dengan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil pada tahun 2002 dan sampai saat ini telah terdapat 61 kabupatenkota sebagai kawasan agropolitan di 29 propinsi di Indonesia Deptan, 2004. Menyikapi konsep pengembangan kawasan agropolitan yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2002, maka pada bulan Juli 2006, pemerintah Kabupaten Bengkayang mencanangkan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan yaitu di Kecamatan Sanggau Ledo dan sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan keluarnya Surat Keputusan SK Bupati Kabupaten Bengkayang No. 185 tahun 2006 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Bengkayang di Kecamatan Sanggau Ledo, yang selanjutnya disusul dengan pembentukan Kelompok Kerja POKJA Pengembangan Kawasan Agropolitan melalui Surat Keputusan SK Bupati Kabupaten Bengkayang No. 349 tahun 2006. Namun sampai saat ini belum ada kajian yang dilakukan secara mendalam oleh pemerintah setempat berkaitan dengan pengembangan kawasan agropolitan termasuk penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan. Setelah penetapan kebijakan pengembangan kawasan agropolitan, maka faktor selanjutnya yang perlu mendapat perhatian seperti telah disebutkan di atas adalah faktor sumberdaya manusia, sumberdaya alam, permodalan, dan pemasaran. Faktor sumberdaya manusia sangat memegang peranan penting dalam pengembangan kawasan agropolitan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten bengkayang masih tergolong rendah yaitu hanya mencapai sekitar 50.000 jiwa di empat kecamatan wilayah studi dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 22 jiwakm 2 . Secara kualitas menunjukkan sumberdaya manusia di wilayah ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-rata pendidikan nasional. Dari segi sumberdaya alam, wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan, tanaman pangan dan peternakan. Hal ini terlihat dari kondisi 125 agroekologi dan agroklimat yang sangat mendukung bagi sektor pertanian tersebut. Dari segi permodalan, umumnya petani di wilayah ini menggunakan modal sendiri dalam kegiatan berusahatani, namun para petani juga dapat menambah modal usahataninya melalui pinjaman kredit pada lembaga keuangan mikro yang ada seperti Credit Union CU. Dilihat dari faktor pemasaran, wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang memiliki posisi strategis untuk memasarkan hasil pertanian dan hasil oalahnnya karena berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Beberapa komoditas unggulan memiliki prospek pemasaran yang baik dengan nilai tawar yang tinggi baik di pasar lokal maupun internasional. Di pasar lokal, hasil pertanian lebih banyak dipasarkan ke ibukota kabupaten dan daerah sekitarnya seperti kota Singkawang, Sintang, Sambas, Sanggau, dan kota Pontianak. Sedangkan pasar internasional lebih banyak dipasarkan di negara tetangga Malaysia khususnya di kota Serikin. Adapun jalur pemasaran hasil pertanian wilayah perbatasan seperti pada Gambar 31 di bawah ini. Sarawak Pontianak Sanggau Sintang Sambas Gambar 31. Peluang Pasar Hasil Pertanian di Pasar Lokal dan Pasar Internasional. Besarnya pengaruh setiap faktor dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sangat dipengaruhi oleh para aktor yang berperan. Beberapa aktor yang besar pengaruhnya dalam pengembangan kawasan agropolita diantaranya adalah pemerintah, petani, perusahaan, perbankan, dan pedagang. Berdasarkan hasil analisis AHP menunjukkan bahwa pemerintah sangat memegang peranan penting dalam 126 pengembangan kawasan agropolitan. Hal ini terlihat dari tingginya nilai skoring yang diberikan oleh para pakar yaitu sebesar 0,345 dan selanjutnya petani, pedagang, perusahaan,dan perbankan dengan nilai skoring masing-masing 0,249, 0,171, 0,134, dan 0,102 seperti pada Gambar 32. Gambar 32. Kontribusi setiap Aktor dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Peran pemerintah sangat diharapkan sebagai motivator dan fasilitator dalam pengembangan kawasan agropolitan, baik pemerintah pusat dan terutama pemerintah daerah. Peran pemerintah kabupaten, dalam hal ini dinas dan instansi yang terkait Faperta IPB, 2004 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebuan, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan berperan dalam : a. memfasilitasi, melakukan kontrol, dan menjamin pelayanan ketersediaan input dan teknologi pertanian bermutu. b. memfasilitasi ketersediaan sarana pendukung yang dapat diakses petani secara tepat waktu c. memfasilitasi penyuluhan yang partisipatif yang berparadigma self-help. 2. Dinas Pekerjaan Umum PU atau Dinas Pemurmukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil berperan dalam melaksakan pengembangan infrastruktur transportasi dan infrastruktur lainnya yang diperlukan dalam pengembangan kawasan agropolitan 3. Badan Perencanaan Pembangunan daerah BAPPEDA berperan dalam : a. melakukan koordinasi penganggrana dan perencanaan pembangunan kawasan. 127 b. merumuskan kebijakan tentang pengaturan kejelasan penggunaan lahan untuk pertanian dalam bentuk Peraturan daerah Perda. Keterlibatan berbagai aktor selain pemerintah diharapkan untuk lebih mengembangkan sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitan. Perusahaan dan pedagang memegang peranan penting dalam menanamkan investasinya untuk pengembangan agropolitan, penyediaan input pertanian, pengolahan hasil pertanian, dan pemasaran hasil dan produk olahan pertanian. Lembaga Keuangan seperti perbankan diperlukan dalam permodalan usaha tani dan kegiatan agribisnis. Sedangkan petani merupakan pelaku utama dari setiap kegiatan dalam kawasan agropolitan, baik petani sebagai sumber permodalan, petani sebagai pelaku proses produksi, petani sebagai sub sistem agroindusitri yang harus mampu meningkatkan nilai tambah dari produk pertaniannya, ataupun petani sebagai sub sistem pemasaran yang dapat memanfaatkan seluruh fasilitas yang disediakan oleh pemerintah untuk memasarkan produk pertaniannya serta mampu meningkatkan daya tawarnya melalui pembentukan Kelompok Usaha Bersama KUB. Agar peran petani dalam pengembangan kawasan agropolitan dapat lebih optimal, maka dipelukan hal-hal sebagai berikut : 1. Pemberdayaan terhadap petani. Dalam pemberdayaan petani seyogyanya dilakukan pada tahap perencanaanpenyusunan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi program pengembangan kawasan agropolitan. Pelaksanaan pemberdayaan petani harus dilaksanakan secara sistematis dan mendidik dengan berpegang pada prinsip : a Kerakyatan dimana pembangunan diutamakan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan orang per orang atau kelompok, b Swadaya dengan memberikan bimbingan dan dukungan kemudahan fasilitas yang mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemadirian, bukan menumbuhkan ketergantungan, c kemitraan yaitu memperlakukan petani sebagai mitra kerja pembangunan yang berperan serta aktif dalam pengambulan keputusan, dan d bertahap dan berkelanjutan yang menekankan bahwa pembangunan agropolitan dilaksanakan sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakat setempat, serta memperhatikan kelestarian lingkungan Suwandi, 2005. 2. Menjalin kerjasama kemitraan antara petani, pelaku usaha bermodal dan pemerintah. Dengan pola kemitraan seperti kemitraan permodalan, produksi, 128 pengolahan, dan pemasaran akan menjamin terhindarnya eksploitasi petani di tingkat perdesaan oleh pelaku usaha lain di satu pihak dan memungkinkan terjadinya nilai tambah yang dapat dinikmati oleh petani. Ini akan menjamin peningkatan pendapatan dan peningkatan pendapatan memungkinkan kawasan perdesaan melakukan investasi baik yang berupa pendidikan maupun pendiptaan lapangan kerja baru. Hal penting diperhatikan dalam menjalin kerjasama kemitraan adalah yang bersangkutan dapat saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Hubungan kerjasama kemitraan ini dapat berjalan efektif dan saling menguntungkan apabila Suwarjo, 2004 dalam Faperta IPB, 2004 : a. Terjadi kerjasama yang saling membutuhkan sehingga keberadaan satu pihak tidak membebani pihak lain yang saling bekerjasama Kemitraan bersifat interdependen. b. Kerjasama setara yang saling menghargai, tidak terjadi satu pihak menindas mengeksploitasi pihak lain dengan keuntungankepentingan sepihak kemitraan bersifat egaliter dan adil. c. Masing-masing pihak menyadari betul kebutuhan satu sama lain dan memelihara hubungan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut, masing-masing dapat dipercaya dan diandalkan dalam menjaga kualitas mutu pemenuhan kebutuhan tersebut sehingga dihasilkan daya saing bersama untuk kepentingan bersama. 3. Penguatan kelembagaan petani baik kelembagaan non formal seperti kelompok pengajiankebaktian, kelompok arisan, kelompok gotong royong, karang taruna, dan paguyuban, dan Pedagang Pengumpul Desa PPD maupun kelembagaan formal seperti kelompok tani dan Bapali Penyuluhan Pertanian BPP, lembaga keuangan, UnitBadan Pengelola Kawasan Agropolitan, dan Pusat pelatihan dan konsultasi milik petani atau biasa disebut Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya P4S yang masing-masing harus berperan sesuai dengan fungsinya masing-masing. BPP misalnya, bertugas memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada petani dan pelaku agribisnis lainnya, lembaga keuangan bertugas mengurus fungsi perkreditan, Badanunit pengelola kawasan agropolitan bertugas mensinkronkan dan mensinergikan semua programproyek dan investasi yang masuk dalam kawasan agropolitan, dan pusat pelatihan berfungsi 129 sebagai klinik konsultasi agribisnis yaitu sebagai pusat pelayanan jasa konsultasi, pelayanan informasi pasar, dan tempat pelatihan.

6.3.4. Kendala, Kebutuhan, dan Lembaga yang terlibat

Dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang juga dikaji kendala-kendala, kebutuhan, dan lembaga yang terlibat dalam program pengembangan kawasan agropolitan.

a. Kendala Dalam Pengembangan Kawaan Agropolitan