158
c. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial-Budaya
Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi sosial-budaya terdiri dari sembilan atribut, antara lain
1 tingkat pendidikan formal masyarakat, 2 tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, 3 jarak permukiman ke kawasan usahatani, 4 pemberdayaan
masyarakat dalam kegiatan pertanian, 5 jumlah desa dengan penduduk yang bekerja di sektor pertanian, 6 peran masyarakat adat dalam kegiatan pertanian,
7 pola hubungan masyarakat dalam kegiatan pertanian, 8 akses masyarakat dalam kegiatan pertanian, dan 9 persentase desa yang tidak memiliki akses
penghubung. Berdasarkan hasil analisis Laverage diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya yaitu :
1 pemberdayaan masyarakat, 2 jumlah desa dengan penduduk bekerja disektor pertanian, 3 peran masyarakat adat dalam kegiatan pertanian, 4, pola
hubungan masyarakat dalam kegiatan pertanian dan 5 jarak permukiman ke kawasan usahatani. Atribut-atribut tersebut perlu dikelola dengan baik agar nilai
indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya ini meningkat di masa yang akan datang. Pengelolaan atribut dilakukan dengan cara meningkatkan peran setiap
atribut yang memberikan dampak positif dan menekan setiap atribut yang dapat berdampak negatif terhadap indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya dalam
pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Hasil analisis Laverage dapat dilihat seperti Gambar 45.
Nilai RMS Hasil Analisis
0.62 2.83
3.99 6.54
4.65 4.65
4.10 1.17
1.34
1 2
3 4
5 6
7 Pendidikan Formal Masyarakat
Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian Jarak Permukiman ke Kws Usahatani
Pemberdayaan Masyarakat Desa dgn Penduduk Kerja di Pertanian
Peran Masyarakat Adat dlm Bertani Pola Hub Masyarakat dlm Bertani
Akses Masyarakat dlm Bertani Desa yg tdk ada Akses Penghubung
At ri
b u
t
Gambar 45.
Peran Masing-masing Atribut Aspek Sosial-Budaya yang Dinyatakan Dalam Bentuk Nilai RMS Root Mean Square
Banyak program-program dari pemerintah daerah telah digulirkan dalam rangka lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan bertani, seperti
159 peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui penyuluhan, pelatihan, dan
kursus-kursus pertanian informal; pemberian bantuan berupa sarana produksi Saprodi pertanian, bantuan alat dan mesin pertanian alsintan, maupun
bantuan permodalan dalam kegiatan usahatani. Namun demikian, program- program pemberdayaan masyarakat dari pemerintah ini masih berorientasi pada
pelaksanaan proyek semata tanpa mempertimbangkan aspek keberlanjutannya dan cenderung terlihat lebih dominan pada wilayah-wilayah yang lebih mudah
dijangkau seperti desa-desa yang dekat dengan ibukota kecamatan atau pada wilayah yang sudah ditetapkan untuk pengembangan program-program tertentu.
Ini terlihat seperti di kecamatan Sanggau Ledo yang sudah dicanangkan sebagai Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu KUAT berbasis tanaman jagung, mendapat
akses yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah sekitarnya. Agar seluruh masyarakat dapat memiliki akses yang besar dalam kegiatan bertani di wilayah
perbatasan, maka program-program pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan pertanian harus diberikan secara merata pada seluruh
masyarakat diperbatasan sesuai dengan kondisi wilayah dan kebutuhan masing- masing. Di dalam pemberdayaan tersebut, beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan antara lain : 1. Prinsip kerakyatan yang menekankan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan mengutamakan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, buka kesejahteraan orang per orang atau kelompok.
2. Prinsip swadaya dimana bimbingan dan dukungan kemudahan yang diberikan harus mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian,
bukan menumbuhkan ketergantungan 3. Prinsip kemitraan yaitu memperlakukan pelaku agribisnis sebagai mitra kerja
pembangunan yang berperanserta aktif dalam pengambilan keputusan 4. Prinsip bertahap dan berkelanjutan dimana pembangunan dilaksanakan
sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakat setempat serta memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dilihat dari atribut jumlah desa dengan penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan tingkat penyerapan tenaga kerja pertanian, hampir seluruh desa di
wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja yang terserap pada sektor
pertanian juga sangat besar yang merupakan matapencaharian utama masyarakat di wilayah perbatasan. Berdasarkan data BPS Kabupaten
160 Bengkayang tahun 2005 terlihat bahwa sekitar 72,93 penduduk Kabupaten
Bengkayang bekerja di sektor pertanian dan sisanya bekerja pada sektor perdagangan, pertambangan dan penggalian dan matapencaharian lainnya.
Banyaknya desa dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang tentunya sangat berpengaruh
terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya. Namun demikian, budaya pertani masyarakat perbatasan ini perlu ditingkatkan dengan
membekali pengetahuan dan keterampilan penguasaan teknologi pertanian moderen, sehingga budaya-budaya lama dalam bertani dengan memanfaatkan
pengetahuan yang diperoleh dari nenek moyangnya secara turun temurun dan penggunaan teknologi tradisional dapat segera ditinggalkan. Disisi lain perlu
keseimbangan pembangunan wilayah antar perkotaan dan perdesaan di perbatasan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendukung wilayah
sesuai dengan potensi wilayah perbatasan yang dimiliki yaitu pertanian, sehingga tenaga kerja pertanian yang besar ini tidak terserap lagi ke wilayah perkotaan.
Peran masyarakat adat di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang masih sangat kental mempengaruhi tata kehidupan mereka sehari-hari. Banyak
persoalan-persoalan yang terjadi diantara kelompok masyarakat diselesaikan dengan hukum adat yang masih memiliki kekuatan dan diakui oleh lapisan
masyarakat di daerah ini, seperti ketika terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap tata kehidupan mereka. Keputusan-keputusan yang diambil terhadap
terjadinya pelanggaran oleh anggota masyarakat ditentukan dalam rapat adat yang khusus dilaksanakan untuk itu. Rapat adat dipimpin oleh ketua adat yang
sudah diangkat dan dijadikan panutan selama ini. Hukuman yang biasa diberikan umumnya dalam bentuk denda. Dalam kegiatan bertani juga masih banyak
dipengaruhi oleh adat seperti penentuan kawasan yang dapat dibuka atau dimanfaatkan untuk kegiatan bertani, saat memulai menanam dan menjelang
masa panen, termasuk kerusakan-kerusakan terhadap tanaman mereka masih banyak dihubungkan dengan mitos hingga mereka harus melakukan seajian
terhadap para leluhur mereka. Kuatnya pengaruh adat dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam
pengelolaan sumberdaya alam, maka kerusakan lingkungan sedapat mungkin dapat dihindari. Namun demikian, mempertahankan pengaruh adat dalam
pengelolaan sumberdaya alam khususnya dalam kegiatan bertani harus diimbangi dengan introduksi teknologi pertanian yang memadai sehingga pola
161 pikir yang selalu dikungkung dengan pengaruh adat dapat diubah menjadi pola
pikir yang berorientasi pada peningkatan pendapatan dengan memanfatkan teknologi yang ada tanpa meninggalkan nilai-nilai adat yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari. Disini peran pendidikan masyarakat dalam mengadopsi teknologi pertanian sangat penting baik pendidikan formal maupun pendidikan
non formal. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang masih tergolong rendah. Umumnya mereka tamat sampai pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar SD bahkan banyak yang tidak bersekolah
atau bersekolah tetapi tidak tamat. Hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan pendidikan sampai pada tingkat SLTP, dan SLTA, serta perguruan tinggi.
Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan oleh minimnya sarana pendidikan yang ada terutama sarana pendidikan menengah atas, kondisi ekonomi yang
tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Di sisi lain adanya keenganan dari pada orang tua untuk menyekolahkan anaknya dan lebih
cenderung mengeksploitasi tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan mereka untuk bertani dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan. Disisi lain,
pendidikan informal masyarakat juga perlu digiatkan untuk lebih memperluas wawasan dengan membekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar
mereka mampu menciptakan inovasi-inovasi baru didalam mengerjakan kegiatan usahataninya sehari-hari. Pendidikan informal dapat diadakan dalam bentuk
pemberian penyuluhan, kursus, atau pelatihan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang telah ada misalnya kelompok tani, kelompok yasinankebaktian,
ataupun kelompok sosial masyarakat lainnya. Pola hubungan masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang dalam kegiatan bertani juga saling menguntungkan dan ini tercermin dari sikap bekerjasama dan kegotongroyongan yang tinggi. Mereka
biasanya saling bantu membantu dalam kegiatan bertani dan ini biasanya diikat oleh hubungan kekeluargaan ataupun karena pembentukan kelompok-kelompok
kemasyarakatan non formal seperti pembentukan kelompok tani ataupun bentuk kelompok kemasyarakatan lainnya. Peran kelompok tani sangat besar dalam
menggerakkan anggotanya. Keberadaan kelompok tani ini selain berfungsi sebagai sarana tukar menukar informasi dan pengalaman sesama anggota
kelompok dan kepada masyarakat, juga sebagai sarana manajemen anggota dalam pemanfaatan dan penyaluran sarana produksi saprodi dan alat dan
162 mesin pertanian alsintan, serta sarana untuk menggerakkan anggota dalam
kegiatan kegotongroyongan. Aspek lain yang juga sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks
keberlanjutan pada dimensi sosial-budaya di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah jarak permukiman ke kawasan usahatani. Hal ini terlihat dari
dekatnya lahan usahatani mereka dengan tempat bermukim. Ini tercipta dari masyarakat lokal yang pada awalnya melakukan usahatani ladang berpindah
dengan membuka hutan kemudian menetap dan membentuk permukiman baru disekitar lahan yang sudah dibuka. Dekatnya lahan usahatani dengan
permukiman penduduk, memberikan waktu yang lebih banyak kepada petani dalam kegiatan budidaya, pemeliharaan, dan pengawasan tanaman yang
dibudidayakannya, sehingga tanaman pertanian yang dibudidayakannya dapat terkontrol dengan baik.
d. Status Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi