oksidator kalium dikromat, baik yang dapat didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sulit didegradasi secara biologis non-
biodegradable menjadi CO
2
dan H
2
O APHA 1989. Dengan adanya oksidator kalium dikromat ini seringkali mengakibatkan kemampuan oksidasi secara
biologis karena dalam uji COD bahan-bahan organik stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat teroksidasi sehingga nilai COD lebih tinggi dari BOD.
Tabel 10 memperlihatkan kualitas perairan Waduk Cirata Jawa Barat tahun 2008.
Tabel 10 Kualitas Perairan Waduk Cirata Jawa Barat tahun 2008
Parameter Satuan
Kriteria Gol. B Rata-rata
Pengukuran FISIKA
Temperatur oC
tan 27-29
Residu terlarut mgl
1000 156,0
Zat tersuspensi mgl
- 15,11
Kekeruhan NTU
- 12,07
Kecerahan cm
- 63,75
KIMIA
pH -
5 - 9 7-8
CO2 bebas mgl
- 16,32
HCO3 mgl
- 128,62
Kesadahan CaCO3 mgl
42,41
Sulfida H2S mgl
0,1 0,06
Ammonia NH3 mgl
0,05 0,01
Nitrit NO2-N mgl
1 0,08
Nitrat NO3-N mgl
10 0,87
Fosfat PO4 mgl
- 0,21
Oksigen Terlarut DO mgl
6 3,06
C O D mgl
10 19,07
B O D mgl
6 12,0
Besi Fe mgl
5 0,20
Air Raksa Hg ppb
1 0,62
Nikel Ni mgl
- 0,02
Tembaga Cu mgl
1 0,01
Seng Zn mgl
5 0,05
Kadmium Cd mgl
0,01 0,02
Timbal Pb mgl
0,1 0,01
Mangan Mn mgl
0,5 0,03
Natrium Na -
- 29,73
BIOLOGI
MPN E.coli JPT100 ml
2000 68637,21
MPN Coliform JPT100 ml
10000 164452,1
Keberadaan bahan organik yang tinggi dapat berasal dari alam atau dari aktifitas rumah tangga, pertanian, dan industri. Perairan yang memiliki nilai COD
tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada
perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgl, sedangkan pada perairan yang tercemar biasanya dapat lebih dari 200 mgl, dan pada limbah
industri dapat mencapai 60.000 mgl UNESCOWHOUNEP 1992, dalam Effendi 2003. Dari hasil analisis parameter COD diperoleh hasil hampir semua
titik pengamatan mempunyai nitrit rata-rata 19,07 mgl. Nilai COD dari masing- masing titik pengamatan sudah di bawah baku mutu air yang ditetapkan.
5.1.3 Status Mutu Perairan Waduk Cirata
Menurut Hardjojo dan Djokosetiyanto 2005, metode storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan.
Secara prinsip metode storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya. Hasil perhitungan
status mutu air Waduk Cirata untuk masing-masing lokasi dan waktu pengukuran Triwulan I-IV memperlihatkan bahwa Waduk Cirata telah tercemar sedang
sampai berat Tabel 11, 12, 13 dan 14. Tabel 11 dan Tabel 12 memperlihatkan status mutu air pada musim penghujan, dimana status mutu air buruk pada semua
stasiun pada klasifikasi mutu air klas B. Sedangkan Tabel 13 dan 14 memperlihatkan status mutu air pada musim kemarau yaitu sedang-buruk. Status
mutu air di Waduk Cirata pada musim penghujan lebih buruk dibandingkan pada musim kemarau pada semua stasiun. Hal ini diduga disebabkan pada musim
penghujan, tingkat erosi, jumlah dan jenis sampah menunjukkan penambahan dibandingkan pada musim kemarau PJB 2007. Selanjutnya peningkatan limbah
tersebut mengakibatkan penurunan mutu perairan Waduk Cirata. Tinggi rendahnya skor mutu air dipengaruhi oleh beberapa kegiatan
masyarakat di wilayah hulu sungai sampai hilir sampai bermuara pada perairan Waduk Cirata. Kegiatan penduduk di wilayah perairan kegiatan perikanan
budidaya di karamba jaring apung di Waduk Cirata juga memberikan sumbangan yang besar terhadap status mutu perairan. Kegiatan lain yang dominan antara lain,
pemukiman, pertanian, pertambangan galian C, penggundulan hutan, industri, tempat pembuangan akhir TPA dan erosi. Tingginya erosi di DAS Citarum
mengakibatkan perairan sungai tersebut berwarna coklat hampir setiap hari. Sumber penyebab erosi diduga disebabkan oleh galian tanah, pembangunan dan
penggundulan hutan BPWC 2008. Selanjutnya dikatakan bahwa buruknya status mutu perairan Waduk Cirata tidak terlepas dari masukkan zat pencemar yang
berasal dari aktivitas penduduk dari Kota Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta.
Tabel 11 ,12, 13, dan 14, memperlihatkan hasil perhitungan status mutu air Waduk Cirata triwulan I, II, dan III, status mutu air pada stasiun 1 sampai 7
memperlihatkan kondisi perairan yang sedang-buruk pada klasifikasi mutu air 1. Pada triwulan IV, dari stasiun 1-7 memperlihatkan status mutu air yang buruk.
Tabel 11 Hasil perhitungan status mutu air Waduk Cirata triwulan I tahun 2008
No Nama Stasiun
Klasifikasi mutu air Klas I
Klas II Klas III
Klas IV
1 St 1
Buruk Sedang
Sedang Baik sekali
2 St 2
Buruk Sedang
Sedang Baik sekali
3 St 3
Buruk Sedang
Sedang Baik sekali
4 St 4
Buruk Sedang
Sedang Baik sekali
5 St 5
Buruk Sedang
Baik Baik sekali
6 St 6
Buruk Buruk
Sedang Baik sekali
7 St 7
Buruk Sedang
Sedang Baik sekali
Tabel 12 Hasil perhitungan status mutu air Waduk Cirata triwulan II tahun 2008
No Nama Stasiun
Klasifikasi mutu air Klas I
Klas II Klas III
Klas IV
1 St 1
Buruk Buruk
Buruk Buruk
2 St 2
Buruk Buruk
Buruk Buruk
3 St 3
Buruk Buruk
Buruk Buruk
4 St 4
Buruk Buruk
Buruk Buruk
5 St 5
Buruk Buruk
Buruk Sedang
6 St 6
Buruk Buruk
Buruk Sedang
7 St 7
Buruk Buruk
Buruk Sedang
Tabel 13 Hasil perhitungan status mutu air Waduk Cirata triwulan III tahun 2008
No Nama Stasiun
Klasifikasi mutu air Klas I
Klas II Klas III
Klas IV
1 St 1
Buruk Buruk
Buruk Sedang
2 St 2
Buruk Buruk
Buruk Buruk
3 St 3
Buruk Buruk
Buruk Buruk
4 St 4
Buruk Buruk
Buruk Buruk
5 St 5
Buruk Buruk
Buruk Buruk
6 St 6
Buruk Buruk
Buruk Buruk
7 St 7
Buruk Buruk
Buruk Buruk
8 St 8
Buruk Buruk
Buruk Buruk
Tabel 14 Hasil perhitungan status mutu air Waduk Cirata triwulan IV tahun 2008
No Nama Stasiun
Klasifikasi mutu air Klas I
Klas II Klas III
Klas IV
1 St 1
Buruk Buruk
Buruk Buruk
2 St 2
Buruk Buruk
Buruk Buruk
3 St 3
Buruk Buruk
Buruk Buruk
4 St 4
Buruk Buruk
Buruk Buruk
5 St 5
Buruk Buruk
Buruk Buruk
6 St 6
Buruk Buruk
Buruk Buruk
7 St 7
Buruk Buruk
Buruk Buruk
8 St 8
Buruk Buruk
Buruk Buruk
5.1.4 Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Perairan Waduk
Cirata Jawa Barat Beban pencemaran dihitung untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber
pencemar, jenis pencemar dan besarnya beban pencemar yang masuk ke dalam perairan Waduk Cirata Tabel 15. Penghitungan beban pencemaran yang masuk
ke waduk bersumber dari luar waduk sehingga sangat terkait dengan debit sungai yang mengalir masuk ke perairan waduk.
Secara umum sumber pencemar yang masuk ke dalam perairan Waduk Cirata dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu: limbah rumah tangga
domestik, limbah industri, limbah pertanian dan peternakan, limbah budidaya ikan di KJA, dan erosi. Hal ini sesuai dengan pendapat Garno 2002 yang
menyatakan bahwa sumber utama pencemaran waduk berasal dari limbah domestik dan kegiatan KJA. Limbah KJA merupakan limbah yang masuk secara
langsung ke perairan waduk dalam jumlah yang banyak, sedangkan yang lainnya masuk secara tidak langsung melalui limpasan dari sungai-sungai yang mengalir
ke waduk. Masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah perairan waduk umumnya belum memiliki saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah
tangga dibuang langsung ke waduk atau ke sungai yang mengalir ke waduk. Permukiman merupakan penyumbang beban pencemar bahan organik yang masuk
ke perairan waduk. Untuk menjelaskan daya dukung perairan waduk terhadap pencemar, maka dibuat grafik perpotongan nilai kapasitas asimilasi dengan baku
mutu perairan. Perairan waduk memiliki kemampuan menampung beban pencemaran
sampai pada batas-batas tertentu. Kemampuan ini dipengaruhi oleh proses