dalamnya. Gambar 22 memperlihatkan kapasitas asimilasi dari TDS di Waduk Cirata tahun 2007. Penentuan kapasitas asimilasi untuk TDS dilakukan dengan
persamaan regresi y =1,3113x + 98,792 dan nilai R
2
=0,992. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas
asimilasi sebesar 60.323,2 tonbulan sehingga beban pencemaran TDS di Waduk Cirata 60.323,2
tontahun masih di bawah kapasitas asimilasinya.
Gambar 22 Kapasitas asimilasi TDS di Waduk Cirata.
2. Kapasitas Asimilasi TSS Total Solid Solution
Gambar 23 memperlihatkan kapasitas asimilasi dari TSS di Waduk Cirata. Penentuan kapasitas asimilasi untuk TSS dilakukan dengan persamaan regresi
y= 1,5396x - 37,426 dan nilai R
2
=0,9588. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 10362,12
tonbulan. Dari Gambar 23 terlihat bahwa kondisi perairan Waduk Cirata sudah tercemar oleh parameter TSS karena nilai kapasitas asimilasi berada pada
kuadraan II yang berarti sudah melebihi kapasitas asimilasi walaupun nilai tersebut masih dibawah baku mutu air golongan I. Sedangkan Gambar 21
memperlihatkan bahwa beban pencemaran parameter TSS belum melewati kapasitas asimilasinya. Kejadian ini diduga karena proses self purification secara
alami tidak optimal. Jika penyebab terjadinya TDS dan TSS tidak segera diatasi maka tidak berapa lama maka kapasitas asimilasi perairan tersebut diduga akan
berada di atas baku mutu air. Secara umum suatu perairan memiliki kemampuan self purification atau kemampuan pulih alamiahnya. Bahan–bahan tersuspensi dan
terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya berlebihan terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di perairan.
Gambar 23 Kapasitas asimilasi TSS di Waduk Cirata
3. Kapasitas Asimilasi BOD dan COD
Hasil perhitungan kapasitas asimilasi untuk BOD diperoleh dari persamaan regresi y= 3,8901x + 1,1618 dan nilai R
2
= 0,9982. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
5810,28 tonbulan. Nilai kapasitas asimilasi untuk COD ditentukan berdasarkan persamaan regresi y= 2,2669x + 9,8744 dan R
2
Nilai kandungan BOD dan COD di perairan menggambarkan jumlah bahan organik yang terkandung. BOD dan COD yang tinggi menunjukkan besarnya
bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah oksigen di perairan. Tingginya pencemaran BOD dan COD di perairan Waduk Cirata diduga akibat
= 0,9956. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi
sebesar 11.158,57 tonbulan. Gambar 24 dan 25 memperlihatkan nilai kapasitas asimilasi BOD dan COD berada pada posisi kuadran IV yang berarti perairan
Waduk Cirata sudah tercemar berat oleh parameter BOD dan COD karena beban pencemaran sudah melewati kapasitas asimilasi dan sudah di atas baku mutu air
golongan B. Fenomena nilai kapasitas asimilasi BOD dan COD tersebut diduga karena self purification di perairan Waduk Cirata sudah tidak berjalan secara
optimal diduga karena banyaknya beban N dan P serta bahan pencemar organik lainnya yang masuk ke perairan Waduk Cirata sudah melebihi kapasitas
asimilasinya.