Status Mutu Perairan Waduk Cirata

4. Kapasitas Asimilasi PO

4 Berdasarkan persamaan regresi y= 2,2751x + 0,1904 dan R ³ ˉ-P 2 = 0,9955, maka dapat ditentukan kapasitas asimilasi PO 4 ³ ˉ-P di perairan Waduk Cirata. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan kapasitas asimilasi sebesar 64,28 tonbulan. Dari Gambar 26 terlihat bahwa kondisi perairan Waduk Cirata sudah tercemar oleh parameter PO 4 ³ ˉ-P. Kandungan PO 4 ³ ˉ-P di perairan mengindikasikan suatu kesuburan perairan. Perairan alami pada umumnya mempunyai kandungan fosfat yang tinggi Kevern 1982. Tingginya kandungan PO 4 ³ ˉ-P diakibatkan oleh tingginya rendah aktivitas manusia. Keberadaan kegiatan perikanan budidaya pada KJA di Waduk Cirata yang sudah melewati daya dukung perairan menyumbang kandungan PO 4 ³ ˉ-P di perairan tersebut. Kandungan PO 4 ³ ˉ-P yang berlebihan berkaitan dengan kesuburan perairan yang dapat mengakibatkan eutrofikasi di perairan. Eutrofikasi mengakibatkan blooming algae sehingga penetrasi matahari ke dalam perairan menjadi terhambat selanjutnya proses fotosintesa di perairan terganggu, terjadi persaingan penggunaan oksigen perairan dengan organisme lainnya sehingga mengakibatkan penurunan kandungan oksigen terlarut pada malam hari. Organisme yang tidak tahan terhadap kekurangan oksigen akan mati. Masuknya PO 4 ³ ˉ-P yang berlebih di perairan berasal dari erosi lahan pertanian dan akumulasi hasil limbah budidaya ikan dapat mengakibatkan alga hijau tumbuh dengan subur selanjutnya jika menutupi perairan maka dapat memusnahkan organisme akuatik aerob. Tingginya beban pencemaran PO 4 ³ ˉ-P di Waduk Cirata menyebabkan waduk ini sudah mencapai tingkat hipertrof Garno 2002. Gambar 26 Kapasitas asimilasi PO 4 di Waduk Cirata

5. Kapasitas Asimilasi NO

3 Nilai kapasitas asimilasi untuk NO 3 ditentukan berdasarkan persamaan regresi y = 3,3551x + 0,1248 dan R 2 Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan yang merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga Effendie 2003. Nitrat dan nitrit merupakan hasil dari proses nitrifikasi. Beban pencemaran nitrat dan nitrit sudah melewati kapasitas asimilasi diduga karena adanya pemukiman, kegiatan pertanian, peternakan dan tempat pembuangan akhir yang membuang limbahnya secara berlebihan ke DAS dan waduk. Kegiatan perikanan budidaya karamba jaring apung di perairan waduk juga ikut andil menyumbang beban pencemaran nitrat dan nitrit. = 0,9987. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 2904,47 tonbulan. Dari Gambar 27 terlihat bahwa kondisi perairan Waduk Cirata sudah tercemar berat oleh parameter NO 3 karena perpotongan nilai kapasitas asimilasi berada pada kuadraan IV yang berarti daya dukung parameter NO 3 sudah melebihi kapasitas asimilasi walaupun masih dibawah baku mutu air golongan I. Gambar 27 Kapasitas asimilasi NO 3 di Waduk Cirata.

6. Kapasitas Asimilasi NO

2 Gambar 28 memperlihatkan kondisi perairan Waduk Cirata sudah tercemar berat oleh parameter NO 2 . Hal ini karena nilai hasil perpotongan garis regresi berada di atas garis baku mutu kuadran III. Nilai kapasitas asimilasi untuk NO 2 ditentukan berdasarkan persamaan regresi y= 4,0065x – 0,1131 dan R 2 = 0,9097. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 0,27 tonbulan. Gambar 28 Kapasitas asimilasi NO 2 di Waduk Cirata tahun 2007.

7. Kapasitas Asimilasi Logam Berat

Menurut PJB 2007 keberadaan logam berat di perairan Waduk Cirata diduga berasal dari limbah sejumlah industri di daerah aliran Sungai Citarum dan Cisokan di Bandung, Cimahi, Bandung Barat, dan Cianjur ditengarai mengalir kedua sungai dan masuk ke Waduk Cirata. Menurut Boline 1981, dalam Mustarudin 2005, diantara logam berat yang masuk ke perairan logam berat Hg, Cd, dan Pb sangat berbahaya karena dapat mengganggu fungsi normal enzim atau struktur selular ikan dan biota lainnya. Selanjutnya dikatakan ke tiga logam tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap sulfidril yang merupakan gugus fungsi pada asam amino organisme yang mengikat logam berat. Menurut Darmono 1995, Hg, Cd, dan Pb tidak mempunyai fungsi biologis tetapi menyebabkan keracunan pada makhluk hidup karena mempunyai sifat terakumulasi dengan cepat pada tubuh organisme akibat interaksi seljaringan tubuh dengan logam berat dari lingkungan. Oleh sebab itu, keberadaan logam berat di perairan Waduk Cirata yang sudah melewati ambang batas dapat membahayakan kehidupan organisme perairan dan manusia, juga dapat meningkatkan laju korosi sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan turbin.

a. Fe

Berdasarkan persamaan regresi y= 8,0456x + 2,2949 dan R 2 = 0,9989 maka dapat ditentukan kapasitas asimilasi Fe di perairan Waduk Cirata. Hasil