1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Jakarta di Propinsi DKI Jakarta, Teluk Banten dan Lada di Propinsi Banten. Daerah ini menurut beberapa peneliti
telah mengalami pencemaran logam berat. Stasiun pengambilan sampel kerang hijau Perna viridis
dan air laut kualitas air laut di Teluk Jakarta adalah Kamal S1, Marunda S2, dan Gembong S3, Teluk Banten di Desa Karangantu S4 dan Teluk
Lada di Desa Panimbang S5. Deskripsi wilayah penelitian sebagai berikut:
4.1.1. Teluk Jakarta
Teluk Jakarta terletak pada 06º00’40” LS dan 05º54’40” serta 106º40’45” BT dan 107º01’19” BT. Teluk ini berbatasan dengan Tanjung Pasir di sebelah barat dan
Tanjung Karawang di sebelah timur, serta mempunyai rentangan pantai sepanjang kurang lebih 40 km dan luas kira-kira 490 km². Bagian yang jauh menjorok ke
dalam, berjarak kurang lebih 18 km dari garis pantai yang menghubungkan kedua ujung teluk. Teluk ini juga merupakan muara dari beberapa sungai yaitu Sungai
Angke, Ciliwung, Sunter, Bekasi dan cabang anak Sungai Citarum. Umumnya daerah tangkapan hujan dari sungai ini sudah banyak dipengaruhi oleh aktivitas
penduduk dan industri Riani et al. 2004. Menurut laporan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DPPK, DKI
Jakarta tahun 2006 bahwa kondisi batimetri kedalaman perairan Teluk Jakarta memiliki kedalaman 0-20 meter dengan kemiringan landai 0,0033. Sedimen
dasar terdiri atas material berbutir halus dan memiliki kemampuan meredam energi gelombang yang besar. Kontur batimetri relatif sejajar dengan garis pantai
melengkung sesuai dengan bentuk perairan Teluk Jakarta. Pada wilayah perairan Teluk Jakarta tidak ditemukan palung atau tonjolan yang dapat mengubah pola
gelombang datang akibat refraksi dan difraksi. Tipe pasang surut wilayah perairan Teluk Jakarta termasuk kategori pasang
surut harian tunggal diurnal tide, dengan air tertinggi dan terendah terjadi hanya satu kali dalam dua puluh empat jam. Kisaran tunggang pasang tertinggi adalah
sebesar 0,9 – 1,5 meter. Dalam kondisi tertentu tunggang pasang dapat lebih besar
dari kisaran tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan muka air akibat badai storm surge.
Kecepatan arus musim berkisar antara 20 sampai 40 cms. Pasang surut di perairan Teluk Jakarta masih dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang merambat
masuk melalui perairan Selat Sunda. Dengan demikian, maka secara umum arus yang ditimbulkan oleh pasang surut diperkirakan bergerak ke arah utara dalam
kondisi pasang, dan sebaliknya ke arah selatan dalam kondisi surut. Pengaruh kedalaman perairan lokal dan morfologi pantai dapat memodifikasi arus tersebut.
Gelombang yang terjadi di Teluk Jakarta terutama disebabkan oleh angin yang pembentukannya dapat terjadi sekitar lokasi atau dari lokasi yang jauh,
kemudian merambat ke arah pantai. Di wilayah Teluk Jakarta, gelombang yang terjadi dalam periode musim Timur yaitu bulan Juli sampai September lebih rendah
dari pada musim Barat yaitu bulan Desember sampai Februari. Gelombang datang sesuai dengan arah mata angin yaitu pada musim barat datang dari arah barat laut
dan pada musim timur datang dari arah timur laut dan sebagian datang dari arah utara. Tinggi gelombang dominan berkisar antara 0,5 – 1 meter dengan periode
antara 3 – 5 detik. Salah satu perairan laut yang kualitasnya sudah melewati batas ambang baku
mutu kualitas perairan menurut kriteria Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 1988 adalah Teluk Jakarta. Hal ini disebabkan banyak limbah yang masuk ke
dalam perairan Teluk Jakarta yang dibawa oleh 13 sungai yang bermuara ke dalamnya. Menurut laporan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan hidup
KPPL tahun 1997 bahwa limbah yang masuk ke perairan ini adalah limbah dari kegiatan industri pengelola sekitar 97,82 yakni 1.632.896,47 ribu m³tahun,
domestik 2,17 yakni 36.229,90 ribu m³tahun, dan limbah industri pertanian 0,01 yakni 232,25 m³tahun. Namun limbah yang masuk ke dalam perairan Teluk jakarta
ini bukan saja limbah organik yang untuk menguraikannya memerlukan oksigen, tetapi juga limbah yang termasuk katagori B3 yang tercampur dalam limbah tersebut
Riani et al. 2004. Menurut Firmansyah 2007 sumber pencemaran air di Teluk DKI Jakarta
berasal dari landbased disebabkan oleh tiga kategori limbah antara lain limbah domestik, limbah industri dan limbah pasar. Selain itu adanya penurunan debit
sungai menyebabkan pengenceran atau daya perbaikan sungai tidak berlangsung baik dan berkesinambungan, serta adanya kegiatan di sepanjang Pantai Pantura Jakarta.
Lebih lanjut kontribusi sumber pencemaran di Teluk Jakarta berasal dari limbah domestik 27.09, limbah industri 14,04 dan limbah pasar 46,70.
Menurut laporan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD, DKI Jakarta tahun 2004 bahwa perairan Teluk Jakarta berdasarkan indeks
keanekaragaman, menunjukan zona D mengalami pencemaran berat, zona C mengalami pencemaran sedang dan zona B dan A mengalami pencemaran ringan.
Daerah Muara Teluk Jakarta, muara Angke, Cengkareng, dan Muara Sunter telah mengalami pencemaran berat, sedangkan Muara Kamal, Muara Karang, Muara
Ancol, Muara Cakung, Muara Marunda mengalami pencemaran sedang dan Muara Gembong mengalami pencemaran ringan.
4.1.2. Teluk Banten