Di wilayah perairan Teluk Banten arah arus yang dominan adalah arah arus yang keluar dari laut Jawa menuju Samudera Hindia. Pasang surut di perairan Teluk
Banten juga masih dipengaruhi dari Samudera Hindia yang merambat masuk melalui perairan Selat Sunda. Secara umum arus yang ditimbulkan oleh pasang surut
diperkirakan bergerak kearah utara dalam kondisi pasang dan sebaliknya ke arah selatan dalam kondisi surut.
Di wilayah utara perairan Banten, gelombang yang terjadi dalam periode musim timur yaitu bulan Juli sampai September lebih rendah dari pada musim barat
yaitu bulan Desember sampai Februari. Pada musim barat tinggi gelombang maksimum bisa mencapai 2,6 m dengan rataan sekitar 1,03 m, sedangkan pada
musim timur sekitar 1,9 m dengan rataan sekitar 0,76 m, dengan arah rambatan gelombang tidak jauh berbeda dengan arah datangnya angin. Pada musim peralihan,
tinggi gelombang yang terbentuk relatif lemah yang tingginya kurang dari 0,5 m. Teluk Banten perairan lautnya telah mengalami pencemaran karena ada
indikasi mengandung Hg 0.05 ugL, Cd 0.064 mgL dan Pb 0.153 mgL Setyobudiandi 2004. Menurut laporan Akbar tahun 2005 dalam Tempo Interaktif
Jawa-Madura bahwa Pencemaran di Teluk Banten akibat buangan limbah cair ke sungai Ciujung, Cibanten dan Cidurian dari 44 industri. Menurut Anang dalam
laporan tersebut bahwa Sungai Ciujung menerima 67.397 m
3
buangan limbah cair per hari dari 30 industri di wilayah Serang Timur, dari 30 industri itu lima industri
langsung membuang limbahnya ke sungai. Sungai Cibanten menerima limbah cair 501,2 m
3
hari dari lima pabrik, sedangkan sungai Cidurian menerima limbah cair 1.790 m
3
hari dari 10 pabrik secara tidak langsung.
4.1.3. Teluk Lada.
Menurut laporan DPPK, DKI Jakarta tahun 2006 bahwa perairan Selat Sunda memiliki lebar di bagian tersempitnya sekitar 24 km, dengan kedalaman yang lebih
besar dari Laut Jawa serta memiliki topografi dasar perairan yang sangat tidak beraturan. Wilayah perairan Selat Sunda yaitu antara Cigading, Anyer dengan Pulau
Sangiang memiliki kedalaman perairan bervariasi antara 20 m di dekat pantai Anyer sampai 150 m di bagian tengah antara Anyer dan Sangiang. Rona dasar laut
menunjukkan bentuk undulasi dasar laut yang sangat tidak beraturan.
Di wilayah barat Propinsi Banten jenis pasutnya adalah campuran yang condong ke harian ganda. Jenis pasut ini berarti dalam satu hari terdapat dua kali
pasang dan surut, dimana tinggi pasang pertama tidak sama dengan pasang kedua, dan surut pertama juga berbeda dengan surut kedua. Kisaran tinggi muka laut pada
air pasang tertinggi higher high water level, HHWL di sekitar Suralaya adalah sekitar 108 cm.
Di bagian barat Propinsi Banten, perairan ini berupa selat, yang menghubungkan antara laut Jawa dengan samudera Hindia. Dalam periode musim
Timur yang berlangsung antara bulan Juli sampai September, sebagian massa air Laut Jawa yang relatif lebih hangat dan tawar mengalir ke samudera Hindia.
Sebaliknya dalam periode musim barat yaitu pada bulan Desember sampai Februari sebagian massa air dari samudera Hindia dapat mempengaruhi perairan selat Sunda
ini. Oleh karena itu perairan Selat Sunda memiliki sifat ambang antara perairan
samudera dan laut.
Di bagian barat Perairan Banten gelombang yang lebih besar diperkirakan terjadi dalam periode musim barat karena secara geografis garis pantai di bagian
barat Banten berhadapan langsung dengan laut kearah barat. Besarnya gelombang yang terbentuk akan tergantung antara lain kepada besarnya kekuatan angin, lamanya
angin bertiup, dan panjang perlintasan angin. Menurut Muawanah et al. 2005 bahwa Teluk Lada perairan lautnya telah mengalami pencemaran logam berat seperti
kandungan Hg 0.09 mgL, Pb 0.015 mgL dan Cu 0.0276 mgL.
4.1.4. Kualitas Air