Kesimpulan Saran Biokumulasi Logam Berat Dan Pengaruhnya Terhadap Gametogenesis Kerang Hijau Perna Viridis Studi Kasus Di Teluk Jakarta, Teluk Banten Dan Teluk Lada

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Di Teluk Jakarta terjadi bioakumulasi logam berat Pb, Cd, Cr dan Hg pada gonad kerang hijau jantan dan betina, sedangkan di Teluk Banten dan Teluk Lada logam berat yang terakumulasi pada gonad hanya Pb dan Cd. 2. Dampak logam berat di Teluk Jakarta pada kerang hijau betina adalah sel-sel kelamin betina mengalami penyusutan, debrislisis dan hilang. Sedangkan pada gonad jantan kerang hijau jumlah sel-sel spermatozoa menyusut, sehingga berpengaruh pada proses gametogenesis. 3. Bioakumulasi logam Pb, Cd, Cr dan Hg dalam gonad kerang hijau betina mempengaruhi perkembangan sel-sel oosit sekunder, logam Cr mempengaruhi perkembangan sel-sel oogonia, dan logam Cd mempengaruhi total sel-sel kelamin betina. Dengan demikian bioakumulasi logam berat dalam gonad kerang betina mempengaruhi proses oogenesis. 4. Bioakumulasi logam berat Hg dalam gonad kerang hijau jantan mempengaruhi perkembangan sel-sel spermatogonia, dan spermatosit sekunder. Logam Cd mempengaruhi jumlah sel-sel spermatozoa dan total sel-sel kelamin jantan. Dengan demikian maka bioakumulasi logam Hg dan Cd dalam gonad kerang jantan mempengaruhi proses spermatogenesis.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh tunggal dari logam berat Pb, Cd, Cr dan Hg terhadap jumlah sel-sel kelamin kerang hijau jantan dan betina, apakah mempengaruhi oogenesis dan spermatogenesis. Pemerintah daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Provinsi Banten hendaknya dapat menertibkan dan meminimalkan limbah perusahaan atau buangan limbah domestik yang mengandung logam berat, sehingga keberadaan budidaya kerang hijau dapat berkesinambungan dan dapat meningkatkan pendapatan bagi para nelayan setempat. Gambar 19. Stadium spermatogenesis pada kerang hijau. Gambar 19. Stadium spermatogenesis pada kerang hijau. Gambar 20. Stadium oogenesis pada kerang hijau. Gambar 20. Stadium oogenesis pada kerang hijau. Menyusut, debris, lisis, dan hilangnya sel-sel gamet menurut Ochiai 1987 Stadium VI: Istirahat Regresi dimana tidak ada sel-sel gamet, jaringan insterstial degradasi, regresi, debris dan lisis serta hilangnya sel-sel kelamin yang berupa oosit Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 Stadium 6 Stadium 7 Stadium 8 Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 Stadium 6 Stadium 7 Stadium 8 Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 Stadium 6 Stadium 7 Stadium 8 Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 Stadium 6 Stadium 7 Stadium 8 stadium epitel semeniferus, lihat Gambar 12 Leblon dan Clermont 1952. Keterangan: Nilai yang diikuti superscript huruf besar secara kolom berbeda menyatakan perbedaan sangat nyata P0,01 Gambar 24. Sel-sel kelamin jantan kerang hijau Perna viridis; A, spermatogonia; B, spermatosit primer; C, spermatosit sekunder dan D, Spermatozoa. Gambar 24. Sel-sel kelamin jantan kerang hijau Perna viridis; A, spermatogonia; B, spermatosit primer; C, spermatosit sekunder dan D, Spermatozoa. Gambar 25. Sel-sel kelamin betina kerang hijau. A, oogonia; B; oosit Primer dan C, oosit sekunder Gambar 25. Sel-sel kelamin betina kerang hijau. A, oogonia; B; oosit Primer dan C, oosit sekunder Bioakumulasi logam berat dalam gonad kerang hijau No Lokasi Lagam Betina Jantan 3 T. Jakarta Pbppb 600,33 359,75 Cd ppb 32,273 36,559 Cr ppb 527,36 504,21 Hg ppb 0,0222 0,0092 4 T. Banten Pbppb 21,0 77,0 Cd ppb 6,9375 13,1310 Cr ppb Ttd ttd Hg ppb Ttd ttd 5 T. Lada Pbppb 18,3 ttd Cd ppb 6,0690 ttd Cr ppb Ttd ttd Hg ppb Ttd ttd Kadmium The Codex Committee on Food Additive and Contaminants 0.4 mgkg atau 0,4 ppm atau 400 ppb Arao dan Ishikawa, 2006. Darmono 1995 logam Cd pada daging ikan diperbolehkan maksimal sekitar 50 ppb. PTWI batas Cd 8,3 ppb. Merkuri FAO-WHO kandungan Hg dalam makanan tidak boleh melebihi batas ambang maksimal sekitar 30 ugkg setara 0,03 ppm= 30 ppb. Provisional Tolerable Weekly Intake PTWI merekomendasikan lebih rendah lagi yaitu Hg total 5 ppb dan Hg metil 3,3 ppb Plumbum PTWI batas maksimal kandungan logam Pb 50 ppb Kromium Hastati 2006. dalam supplement makanan ikan 1,5 ppm menghilangi stress, resistensi protein, efisiensi pertumbuhan dan pakan. Ochia 1977 dalam Palar 2004 bahwa ion-ion logam Hg, Pb dan Sn dapat larut dalam lemak mampu melakukan penetrasi pada dinding membran sel, sehingga akhinya ion-ion logam tersebut akan terakumulasi di dalam sel dan organ lain. Terakumulasinya ion-ion logam tersebut akan mennyebabkan tergangunya aktifitas enzime dan metabolisme dalam sel, sehingga perkembangan sel terhambat, sel-sel menjadi lisis dan mati. Gosling 1992 menyatakan bahwa kerang yang tercemar logam berat akan menyebabkan terganggunya perkembangan gamet dan biasanya gamet mengalami degenerasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bioakumulasi logam berat dapat terjadi pada sistem vacuola dari organel lisosom tempat logam ditangkap oleh granula- granula sehingga logam terakumulasi dan organel ini akan menyebabkan degenerasi. Moore 1989 dan Viarengo 1989 dalam Gosling 1992 pencemaran logam Cu dan Cd dapat menyebabkan tidak stabilnya membran organel lisosomal dalam sel. Selain itu juga mempengaruhi proses oksidasi, kerja enzim dan keseimbang ion Ca dalam sel-sel. Muawanah et al. 2005 bahwa Teluk Lada khususnya di Daerah Panimbang perairan lautnya telah tercemar oleh logam berat seperti Hg 0,001-0,021 ppm: Pb 0,005-0,023 ppm dan Cu 0,005-0,065 ppm. Perubahan sensitif terjadi pada proses pembelahan sel-sel kelamin pada saat pembelahan metaphase, sehingga akan menyebabkan perubahan susunan gen-gen pada kromosom dan bahkan akan menyebabkan abrasi kromosom, keadaan ini telah dibuktikan pada kerang biru M. edulis oleh Dixon 1982. Menurut Ochia 1977 dalam Palar 2004 mekanisme logam berat dalam tubuh yang mengakibatkan toksik ada tiga macam yaitu: 4. Memblokir atau menghalangi kerja gugusan biomolekul yang esensial untuk proses-proses biologi, seperti protein dan enzime. Mekanisme kerja reaksi logam terhadap protein pada umumnya menyerang ikatan sulfida. Penyerangan terhadap ikatan sulfida yang selalu ada pada molekul protein itu akan menimbulkan kerusakan dari struktur protein terkait. 5. Menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait. 6. Mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk dari gugusan aktif yang dimiliki biomolekul. Gosling 1992, yang mengatakan bahwa dengan terjadinya akumulasi logam berat akan mempengaruhi proses gametogenesis. Fimreite 1971, merkuri dapat menyebabkan penurunan daya tetas, jumlah produksi telur, dan penurunan berat telur burung. Menurut Au et al. 2004 pemberian kadmium pada spermatozoa kerang hijau dan bulu babi Sea urchin dapat merubah ukuran dan bentuk tubuh bagian tengah spermatozoa sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan dalam berenang. Selain itu menyebabkan; a membrane plasma kusut, menipis dan mempengaruhi integritas spermatozoa, b membrane mitokondria tidak menjadi kompak dan terjadi gangguan suplai energi ATP untuk pergerakan spermatozoa. Pada hewan bulu babi cadmium dapat menyebabkan kerusakan organel sel lebh parah lagi dibandingkan dengan kerang hijau. Rebelo et al. 2005 di Teluk Sepetiba, Brazil yang mendapatkan hasil bahwa tidak ada korelasi antara pencemaran logam kadmium Cd dan zinc Zn terhadap pertumbuhan gonad pada kerang oyster. 1V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian