0.37 -0.04 HASIL DAN PEMBAHASAN

paling dominan adalah makanan 38,74 dan anyaman 34,42 . Adapun industri tekstil pakaian yang mendominasi industri menengah-besar tidak menjadi dominan kain pada industri kecil. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Gambar 15 di berikut ini. 38.74 34.42 15.55 8.54 1.65 0.58 0.41 0.11 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Makanan Anyaman Lainnya Kayu Kain Gerabah Logam Kulit Jenis Industri Kecil P e rs en ta se Gambar 15 Komposisi Industri Kecil Melihat komposisi yang ada, tampaknya industri kecil banyak menggunakan potensi lokal yang ada. Adapun industri menengah-besar di Kabupaten Bandung Barat sama halnya dengan Provinsi Jawa Barat banyak tergantung dari input luar dan mempunyai pasar ekspor.

5.3.2.2 Hiburan dan Rekreasi

Sektor hiburan dan rekreasi pariwisata mempunyai pengganda tinggi namun dari perspektif Provinsi Jawa Barat, kurang unggul. Provinsi Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan. Dengan alam dan budaya yang dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya tarik wisata. Peringkat sektor pariwisata secara nasional dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan berada pada posisi 3 setelah DKI Jakarta dan Bali. Kendala yang masih dihadapi adalah belum tertatanya objek wisata dan masih rendahnya kualitas infrastruktur pendukung RPJMD Jawa Barat 2008-2013 . Menurut RTR Jawa Bali , Metropolitan Bandung termasuk Kabupaten Bandung Barat merupakan satu-satunya daerah pusat pelayanan wisata di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, posisi pariwisata di Kabupaten Bandung Barat tentunya sangat strategis dalam level Provinsi Jawa Barat khususnya yang berkaitan dengan wisata alam. Sektor pariwisata mempunyai pengganda tinggi namun dari perspektif Provinsi Jawa Barat, kurang unggul. Untuk mengetahui keunggulan umum obyek dan daya tarik wisata ODTW yang ada maka secara umum dapat dilihat persentase jumlah kunjung wisatawannya. Asumsinya adalah bahwa semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka semakin menarik suatu ODTW. Namun tentunya hal ini sebatas kawasan wisata yang resmi dan terkelola; padahal ada beragam ODTW yang masih belum terkelola atau dikelola oleh pemerintah. 45 19 17 3 3 1 1 1 84 4 3 2 6 33 31 6 2 2 1 1 1 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 G un un g Ta ngk uba n P era hu C uru g Om as Ta m an W is ata M ar ib ay a Si tu L em ban g Wa na W is at a C ik ol e Ta m an W isa ta O ra y T ap a TH R Ju and a O bs erv at or iu m B os cha Ta m an Wi sat a B atu K uda Si tu C ib ur uy W ana W is ata J ay agi ri P e rs en ta se Total Wisnus Wisman Gambar 16 Proporsi Kunjungan Wisatawan ke ODTW Sebanyak 44,83 wisatawan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu. ODTW ini menyedot 83,95 wisatawan nusantara wisnus yang berkunjung. Adapun ODTW kedua adalah Taman Wisata Maribaya yang menyedot 18,56 wisatawan.; ketiga adalah Curug Omas dengan proporsi 17,38 . Taman Wisata Maribaya dan Curug Omas sebagian besar wisatawan mancanegara wisman yang berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat dengan proporsi masing-masing 32,91 dan 31,5 . Hal ini menunjukkan jika wisman mempunyai preferensi yang berbeda dengan wisnus dalam menilai daya tarik suatu obyek wisata.

5.3.2.3 Pertanian

Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas tanaman, ternak, ikan, dan hutan. Jawa Barat sebagai produsen terbesar pada 40 empatpuluh komoditas agribisnis di Indonesia khususnya komoditas padi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi padi nasional. Sektor pertanian juga memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi yaitu rata-rata sebesar 29.65 persen dari jumlah penduduk bekerja. Namun hubungan antar subsistem pertanian dan sektor lain linkages belum sepenuhnya menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional; hal ini tercermin dari pengembangan agroindustri yang belum secara optimal, demikian pula pemasaran hasil pertanian dan agroindusti. Cara pandang sektoral pada sistem pertanian serta ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih dihadapi sektor pertanian RPJMD Jawa Barat 2008-2013 . Dalam analisis Input-Output, tidak ditemukan bahwa sektor pertanian menjadi sektor unggulan kecuali sub-sektor peternakan yang menjadi salah satu unggulan. Dalam level Jawa Barat, sub-sektor peternakan juga yang mempunyai 2 keunggulan sekaligus, yaitu basis dan pertumbuhan relatif. Jika merujuk pada hasil focus group discussion FGD, komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Bandung Barat adalah: 1 sayuran, 2 tanaman hias, 3 jagung, 4 sapi perah, 5 perikanan. Untuk tanaman palawija di Kabupaten Bandung Barat, luas tanam jagung mendominasi sebesar 45,55 , diikuti oleh ubi kayu sebesar 32,74 . Jagung menyebar merata di 15 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat; adapun ubi kayu berada di 13 kecamatan. Secara perspektif ke dalam, jagung dan ubi kayu termasuk komoditas unggulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini. 15 13 11 14 11 4 45.55 32.74 8.86 7.11 5.26 0.47 Jagung Ubi Kayu Kacang Tanah Ubi Jalar Kedelai Kacang Hijau Jenis Palawija Jml Kecamatan Luas Lahan Gambar 17 Komposisi Komoditas Palawija Krisan merupakan tanaman hias dengan luas terluas di Kabupaten Bandung Barat 47,51 yang berada di 4 kecamatan. Berikutnya adalah gladiol 25,42 yang berada di 3 kecamatan dan sedap malam 13,25 yang berada di 4 kecamatan. Secara perspektif ke dalam, ketiga komoditas tanaman hias tersebut merupakan komoditas unggulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini. 4 3 4 3 4 4 1 3 1 3 1 47.51 25.42 13.25 5.35 3.41 3.41 0.74 0.58 0.16 0.11 0.05 Kri sa n Gl adi ol Se dap M al am Ma w ar An ye lir Ge rb era H eb ra s He lic oni a Ant hur iu m Pa le m An ggr ek Me la ti Jenis Tanaman Hias Jml Kecamatan Luas Panen Gambar 18 Komposisi Komoditas Tanaman Hias Sayuran disebutkan juga sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Bandung Barat, Menurut Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan P4 Kabupaten Bandung Barat , beberapa sayuran sudah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sebagian ada yang diekspor. Komoditas sayuran tersebut seringkali dinamakan “komoditas unggulan sayuran eksclusive”, yaitu: 1 paprika, 2 momotaro, 3 kyuri, 4 ingen, 5 asparagus, 6 sweet corn, 7 zukini, 8 kol merah, 9 brokoli, 10 cerry, 11 polong, 12 bunga kol, 13 edamame, 14 kapri manis, 15 satsumaimo, 16 head letuce, 17 horenzo. Sapi perah adalah komoditas unggulan dari sub-sektor peternakan. Pada tahun 2006, terdapat 28.716 ekor sapi perah di Kabupaten Bandung Barat dengan produksi susu sebanyak 60.795.825 liter. Peternakan sapi perah ini berada di 10 kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Secara umum, jenis budidaya perikanan yang ada di Kabupaten Bandung Barat adalah: 1 kolam air tenang KAT, 2 mina padi, 3 keramba jaring apung KJA. Secara luas perairan, keramba jaring apung adalah jenis budidaya yang paling luas 96,92 dengan produksi mencapai 96,93 dari total produksi di Kabupaten Bandung Barat. Dari rumah tangga perikanan RTP, KJA cukup efisien dibandingkan dengan jenis budidaya lainnya yang tampak sangat padat karya. KJA ini terdapat di 5 kecamatan Kabupaten Bandung Barat, tersedikit dibandingkan dengan jenis budidaya lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 19 berikut ini. 5 6 13 39.92 26.00 34.08 96.93 0.60 2.47 96.92 1.86 1.22 KJA Mina Padi KAT Jenis Budidaya Jml Kecamatan RTP org Produksi ton Luas ha Gambar 19 Komposisi Jenis Budidaya Perikanan Secara umum untuk melihat apakah komoditas unggulan ini juga unggul di Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat pada Tabel 66 di bawah. Padi sawah dan padi ladang pada dasarnya adalah komoditas strategis; posisinya harus ada untuk memenuhi kebutuhan makan lokal. Proporsi luas lahannya dibandingkan luas padi di Provinsi Jawa Barat relatif kecil 2,06 untuk padi sawah dan 4,75 untuk padi ladang. Meskipun demikian, produktivitas padi di Kabupaten Bandung Barat relatif lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi Jawa Barat. Komoditas jagung yang dikatakan sebagai komoditas unggulan ternyata relatif rendah jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, baik dari sisi luas maupun produktivitasnya. Tabel 66 Kompilasi Komoditas Unggulan Pertanian No. Komoditas Unggulan Proporsi Luas ha Produktivitas kwha KBB Jabar 1 Padi Sawah 2.06 56.71 53.94 2 Padi Ladang 4.75 34.07 28.53 3 Jagung 4.44 48.07 49.51 4 Ubi Kayu 4.29 167.56 179.89 5 Krisan 54.79 43.91 36.45 6 Gladiol 85.61 15.22 15.09 7 Sedap Malam 33.72 53.29 38.66 8 Sapi Perah 29.49 2,117.14 2,116.92 9 KJA 15.70 7,352.01 4,086.89 Sumber: BPS 2007, diolah Keterangan produktivitas = tangkaiha proporsi luas = ekor; produktivitas = literekor proporsi luas = ton; produktivitas = Rp juta ton Secara umum, keseluruhan tanaman hias di Kabupaten Bandung Barat adalah komoditas unggulan dalam skala Provinsi Jawa Barat. Namun ada 3 tiga jenis tanaman hias yang mempunyai luas panen terbesar di Kabupaten Bandung Barat, yaitu: i krisan, ii gladiol, iii sedap malam. Dari sisi proporsi luas panen tampak bahwa tanaman hias relatif sangat luas dalam skala Provinsi Jawa Barat. Sebagai contoh, luas panen krisan sendiri sekitar 54,79 dari luas panen Jawa Barat. Secara keseluruhan, produktivitas tanaman hias Kabupaten Bandung Barat di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat. Sapi perah di Kabupaten Bandung Barat mempunyai kontribusi 29,49 dari jumlah keseluruhan sapi perah di Provinsi Jawa Barat. Adapun, produktivitas sapi perah di Kabupaten Bandung Barat 2.117,14 litersapi di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat 2.116,92 litersapi. Sedangkan jenis budidaya perikanan yang paling unggul di Kabupaten Bandung Barat adalah keramba jaring apung KJA dimana mempunyai luas perairan 15,7 luas KJA Provinsi Jawa Barat dengan tingkat nilai jual yang jauh melebihi rata-rata Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan analisis di atas, komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat yang relatif unggul dalam level Provinsi Jawa Barat adalah sapi perah, sayuran, tanaman hias, dan keramba jaring apung.

5.4 Lokasi Unggulan

Analisis lokasi unggulan adalah menentukan di lokasi mana saja kecamatan komoditas unggulan berada. Hal ini merupakan salah satu dari tiga pilar pengembangan wilayah seperti yang telah dibahas sebelumnya, yaitu 1 sektor, 2 spasial, 3 kelembagaan.

5.4.1 Industri Tanpa Migas

Pembahasan lokasi unggulan industri tanpa migas dibagi menjadi 2 dua bagian, yaitu: 1 lokasi unggulan dari keseluruhan industri yang ada, 2 lokasi unggulan dari industri unggulan.

5.4.1.1 Lokasi Unggulan Keseluruhan Industri

Pada prinsipnya, industri tanpa migas yang berkontribusi ekonomi secara signifikan adalah skala menengah besar. Namun, melihat perspektif ekonomi kerakyatan, industri kecil turut dibahas. Untuk melihat konsentrasi aktivitas industri menengah-besar digunakan perbandingan antara pemusatan LQ industri pengolahan dengan pemusatan unit industri menengah-besar. Secara detail, perbandingan LQ dengan konsentrasi pemusatan unit dapat dilihat pada Tabel 67 di bawah ini: Tabel 67 Lokasi Unggulan Industri No. Kecamatan LQ Industri Industri MB Industri Kecil 1 Cililin 0.58 1.94 22.31 2 Cihampelas 0.60 - 1.51 3 Sindangkerta 0.49 0.65 14.92 4 Gununghalu 0.59 - 6.46 5 Rongga 0.46 2.58 10.60 6 Cipongkor 0.65 18.71 17.23 7 Batujajar 1.55 11.61 0.82 8 Lembang 0.64 1.29 3.24 9 Parongpong 0.20 3.23 1.29 10 Cisarua 0.14 15.48 0.25 11 Ngamprah 1.51 15.48 5.41 12 Padalarang 1.83

24.52 1.59

13 Cipatat 0.39 1.94 1.13 14 Cipeundeuy 0.76 - 7.12 15 Cikalongwetan 1.08 2.58 6.13 Sumber: Hasil Analisis, 2009 Keterangan: MB = Menengah-Besar Pemusatan LQ ekonomi sektor industri tanpa migas di Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar, Ngamprah, Padalarang, dan Cikalongwetan. Meskipun industri menengah-besar di Kecamatan Cikalongwetan proporsinya relatif tidak banyak 2,58 namun mempunyai pemusatan ekonomi yang tinggi 1,08. Artinya adalah bahwa industri di kecamatan tersebut mempunyai skala ekonomi yang sangat besar. Pemusatan lokasi industri kecil berada di kecamatan dengan pemusatan ekonomi LQ yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa industri kecil ini memang tidak menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, lokasi pemusatan industri kecil tidak sama dengan pemusatan lokasi industri menengah-besar kecuali Kecamatan Cipongkor. Artinya adalah tidak ada keterkaitan antarindustri menengah-besar dengan industri kecil.

5.4.1.2 Lokasi Unggulan Industri Unggulan

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa industri menengah-besar yang menjadi unggulan di Kabupaten Bandung Barat adalah industri persentase unit terbanyak, yaitu: 1 tekstil 30,32 , 2 bahan galian bukan logam 16,13 , 3 pakaian jadi non bulu 14,19 , 4 makanan dan minuman 9,03 , 5 karet dan barang dari karet 8,39 , 6 kimia dan bahan dari kimia 7,74 . Adapun industri kecil unggulannya adalah: 1 makanan 38,74 , 2 anyaman 34,42 . Industri tekstil paling banyak berada di Kecamatan Padalarang 31,91 , Cipongkor 27,66 , Batujajar 17,02 , Cisarua 12,77 . Industri pakaian jadi non bulu paling banyak terdapat di Kecamatan Padalarang 68 dan Cipongkor 20 . Industri makanan dan minuman paling banyak berada di Kecamatan Ngamprah 28,57 , Cikalongwetan 28,57 , Padalarang 21,43 . Untuk melihat lebih detail mengenai loksi unggukan dari sektor industri menengah-besar dan kecil unggulan dapat dilihat pada Tabel 68 dan Tabel 69 di bawah ini. Tabel 68 Lokasi Industri Menengah-Besar Unggulan No. Kecamatan Te k st il Bah a n Gal ian Buk a n Logam Paka ian Jadi N o n Bulu Ma ka n a n M in u ma n K a re t B a rang dr Ka r et K imia B a rang dr Ki mi a

30.32 16.13

14.19 19.03

8.39 7.74

1 Cililin - - - - - - 2 Cihampelas - - - - - - 3 Sindangkerta - - - 7.14 - - 4 Gununghalu - - - - - - 5 Rongga - - 18.18 - - - 6 Cipongkor

27.66 20.00

18.18 - 15.38 33.33 7 Batujajar 17.02 4.00 22.73 - - - 8 Lembang - - - 14.29 - - 9 Parongpong 2.13 - 4.55 - - - 10 Cisarua 12.77 -

36.36 -

15.38 25.00 11 Ngamprah 8.51 - - 28.57 46.15 41.67 12 Padalarang

31.91 68.00

- 21.43 15.38 - 13 Cipatat - 8.00 - - 7.69 - 14 Cipeundeuy - - - - - - 15 Cikalongwetan - - - 28.57 - - Total 100 100 100 100 100 100 Sumber: Hasil Analisis, 2009 Meskipun tidak menjadi konsentrasi industri bahan galian bukan logam, Kecamatan Cipatat khususnya di Kawasan Karst Citatah, Rajamandala merupakan salah satu sumber bahan galian ini. Bukit-bukit kapur yang tadinya ada sudah hampir musnah. Secara geohidrologi, sebagian besar daerahnya merupakan daerah resapan air dengan akuifer produktif sedang penyebaran luas dan kecil penyebaran setempat serta akuifer produktif setempat. Rusaknya kelestarian lingkungan hidup dan sosial kawasan tersebut ditunjukkan oleh hilangnya beberapa mata air kini tinggal menyisakan satu mata air di Pasir Pawon, musnahnya beberapa perbukitan kapur yang indah, terancamnya situs Gua Pawon, dan berkembangnya benih konflik sosial di masyarakat 24 . Kekayaan alam yang diusahakan di Kecamatan Cipatat antara lain pertambangan bahan galian Golongan C berjumlah 36 usaha, industri besar 15 usaha, dan industri kecil 50 usaha. Mengenai pertambangan galian Golongan C yang jumlahnya sampai 36 usaha adalah kegiatan pertambangan yang berizin bupati dan camat, meliputi jenis bahan galian marmer dengan luas 88,87 ha, pasir 40,9 ha, kapur 9 ha, andesit 1 ha, dan kuarsa 7,9 ha 25 . Tabel 69 Lokasi Industri Kecil Unggulan No Kecamatan Makanan Anyaman Lainnya Kayu 38.74 34.42 15.55 8.54 1 Cililin 15.53 47.01 - 1.29 2 Cihampelas 1.70 1.92 0.71 0.96 3 Sindangkerta 16.67 5.35 36.04 11.90 4 Gununghalu 6.17 6.30 0.71 20.58 5 Rongga 1.42 2.71

53.89 8.68

6 Cipongkor

27.73 16.04

- 11.25 7 Batujajar 1.13 0.08 1.77 0.96 8 Lembang 2.48 0.16 0.71 12.86 9 Parongpong 1.42 0.16 0.35 3.86 10 Cisarua - 0.48 - 0.96 11 Ngamprah 9.43 3.03 0.88 1.93 12 Padalarang 2.34 0.56 - 1.61 13 Cipatat 0.14 0.08 - 8.36 14 Cipeundeuy 4.61 12.53 1.94 7.40 15 Cikalongwetan 9.22 3.59 3.00 7.40 Total 100 100 100 100 Sumber: Hasil Analisis, 2009 24 Bambang Yunianto.”Cipapat Alami Perkembangan Pesat”. Harian Umum Pikiran Rakyat. Senin, 15 Desember 2008 25 Ibid Industri makanan dan anyaman adalah industri unggulan untuk kategori industri kecil. Industri makanan paling banyak terdapat di Kecamatan Cipongkor 27,73 , Sindangkerta 16,67 , Cililin 15,53 . Adapun industri anyaman paling banyak terdapat di kecamatan Cililin 47,01 , Cipongkor 16,04 , Cipeundeuy 12,53 . Satu-satunya kecamatan yang mempunyai pemusatan industri menengah- besar dan kecil adalah Cipongkor. Namun dilihat dari jenis industrinya, yaitu makanan industri kecil dan non makanan industri menengah-besar tampak tidak ada keterkaiatankemitraan antara industri kecil dengan menengah-besar.

5.4.2 Pertanian

Lokasi unggulan dari sub-sektor pertanian yang akan dibahas adalah untuk 1 sayuran, 2 tanaman hias, 3 sapi perah, 4 keramba jaring apung KJA.

A. Sayuran

Sayuran exclusive yang dijadikan komoditas unggulan oleh Kabupaten Bandung Barat terdiri dari berbagai jenis komoditas yang ada. Oleh karena itu proporsi yang dipakai menggunakan keseluruhan jenis sayuran yang ada. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 70. Tabel 70 Lokasi Unggulan Sayuran No Kecamatan LQ Tanaman Pangan Sayuran ha 1 Cililin

1.46 3.53

2 Cihampelas

1.43 1.80

3 Sindangkerta

2.49 4.92

4 Gununghalu

1.64 5.43

5 Rongga

2.27 0.70

6 Cipongkor 2.38 1.66 7 Batujajar 0.60 9.58 8 Lembang

1.52 23.57

9 Parongpong

1.76 10.80

10 Cisarua

1.82 9.34

11 Ngamprah 0.37 6.46 12 Padalarang 0.19 1.37 13 Cipatat 0.71 7.44 14 Cipeundeuy 1.15 2.19 15 Cikalongwetan 0.99 11.22 Sumber: Hasil Analisis, 2009 Proporsi sayuran terbesar berada di Kecamatan Lembang 23,57 , diikuti oleh Cikalongwetan 11,22 , Parongpong 10,80 , Batujajar 9,58 , Cisarua 9,34 . Kecamatan Cikalongwetan juga mempunyai pemusatan luas lahan untuk padi dan palawija serta buah-buahan yang besar. Namun kumulasi dari hal-hal tersebut tidak membuat pemusatan ekonomominya LQ tinggi. Begutu juga dengan kecamatan Batujajar yang mempunyai proporsi pada dan palawija yang besar namun tidak mempunyai pemusatan ekonomominya LQ tinggi. Ada indikasi bahwa potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dari sisi ekonomi terutama Kecamatan Cikalongwetan. Dengan demikian, mengingat dari pengembangan teknologi pada sayuran exclusive, lokasi unggulan komoditas sayuran berada di Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua. Khusus untuk Kecamatan Lembang, potensi ketersediannya sangat tinggi. Untuk pengembangan sayuran ke depannya, khsususnya untuk ekspor yang lebih besar, masih banyak tantangannya. Kualitas sayuran khususnya di Kecamatan Lembang pada dasarnya memenuhi kualitas internasional dan terdapat permintaan dari negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Kendala yang paling utama adalah lahan, alat distribusi, dan cold storage. Sebesar 92 sayuran di antaranya didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di pasar modern ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, hingga Papua. Sayuran yang sangat diminati pasar ekspor adalah buncis, paprika, zukini labu Jepang, kangkung darat, bayam, sawi manis, dan caisin. Singapura sekarang masih menjadi satu-satunya pasar ekspor dengan volume sekitar 4,8 ton per pekan dengan pasokan baru 15 dari permintaan mereka 26 . B. Tanaman Hias Pada dasarnya seluruh tanaman hias di Kabupaten Bandung Barat unggul. Namun, seperti telah dibahas pada analisis sebelumnya bahwa krisan 47,51 , gladiol 25,42 , sedap malam 13,25 adalah komoditas unggulan tanaman hias jika melihat dari keuanggulan luas lahan dan produksinya. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 71 berikut ini. 26 “Lembang Kewalahan Penuhi Ekspor”. Harian Umum Seputar Indonesia. Selasa, 19 Mei 2009