paling dominan adalah makanan 38,74 dan anyaman 34,42 . Adapun industri tekstil pakaian yang mendominasi industri menengah-besar tidak menjadi
dominan kain pada industri kecil. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada
Gambar 15 di berikut ini.
38.74 34.42
15.55 8.54
1.65 0.58
0.41 0.11
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Makanan Anyaman Lainnya Kayu
Kain Gerabah
Logam Kulit
Jenis Industri Kecil P
e rs
en ta
se
Gambar 15 Komposisi Industri Kecil
Melihat komposisi yang ada, tampaknya industri kecil banyak menggunakan potensi lokal yang ada. Adapun industri menengah-besar di
Kabupaten Bandung Barat sama halnya dengan Provinsi Jawa Barat banyak tergantung dari input luar dan mempunyai pasar ekspor.
5.3.2.2 Hiburan dan Rekreasi
Sektor hiburan dan rekreasi pariwisata mempunyai pengganda tinggi namun dari perspektif Provinsi Jawa Barat, kurang unggul. Provinsi Jawa Barat
memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan. Dengan alam dan budaya yang dimiliki sebagai modal
dasar pengembangan daya tarik wisata. Peringkat sektor pariwisata secara nasional dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan berada pada posisi 3 setelah
DKI Jakarta dan Bali. Kendala yang masih dihadapi adalah belum tertatanya objek wisata dan masih rendahnya kualitas infrastruktur pendukung
RPJMD Jawa Barat 2008-2013
. Menurut RTR Jawa Bali
, Metropolitan Bandung termasuk Kabupaten Bandung Barat merupakan satu-satunya daerah pusat
pelayanan wisata di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, posisi pariwisata di Kabupaten Bandung Barat tentunya sangat strategis dalam level Provinsi Jawa
Barat khususnya yang berkaitan dengan wisata alam. Sektor pariwisata mempunyai pengganda tinggi namun dari perspektif
Provinsi Jawa Barat, kurang unggul. Untuk mengetahui keunggulan umum obyek dan daya tarik wisata ODTW yang ada maka secara umum dapat dilihat
persentase jumlah kunjung wisatawannya. Asumsinya adalah bahwa semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka semakin menarik suatu ODTW. Namun
tentunya hal ini sebatas kawasan wisata yang resmi dan terkelola; padahal ada beragam ODTW yang masih belum terkelola atau dikelola oleh pemerintah.
45
19 17
3 3
1 1
1 84
4 3
2 6
33 31
6 2
2 1
1 1
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
G un
un g Ta
ngk uba
n P era
hu C
uru g Om
as
Ta m
an W
is ata
M ar
ib ay
a Si
tu L
em ban
g
Wa na
W is
at a C
ik ol
e
Ta m
an W
isa ta
O ra
y T ap
a TH
R Ju
and a
O bs
erv at
or iu
m B
os cha
Ta m
an Wi
sat a B
atu K
uda Si
tu C
ib ur
uy
W ana
W is
ata J
ay agi
ri
P e
rs en
ta se
Total Wisnus
Wisman
Gambar 16 Proporsi Kunjungan Wisatawan ke ODTW
Sebanyak 44,83 wisatawan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu. ODTW ini menyedot 83,95 wisatawan nusantara wisnus yang berkunjung.
Adapun ODTW kedua adalah Taman Wisata Maribaya yang menyedot 18,56 wisatawan.; ketiga adalah Curug Omas dengan proporsi 17,38 . Taman Wisata
Maribaya dan Curug Omas sebagian besar wisatawan mancanegara wisman yang berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat dengan proporsi masing-masing
32,91 dan 31,5 . Hal ini menunjukkan jika wisman mempunyai preferensi yang berbeda dengan wisnus dalam menilai daya tarik suatu obyek wisata.
5.3.2.3 Pertanian
Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk
pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas tanaman, ternak, ikan, dan hutan. Jawa Barat sebagai produsen terbesar pada 40 empatpuluh komoditas
agribisnis di Indonesia khususnya komoditas padi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi padi nasional. Sektor pertanian juga memiliki tingkat
penyerapan tenaga kerja yang tinggi yaitu rata-rata sebesar 29.65 persen dari jumlah penduduk bekerja. Namun hubungan antar subsistem pertanian dan sektor
lain linkages belum sepenuhnya menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional; hal ini tercermin dari pengembangan agroindustri yang
belum secara optimal, demikian pula pemasaran hasil pertanian dan agroindusti. Cara pandang sektoral pada sistem pertanian serta ketidaksiapan dalam
menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih dihadapi sektor pertanian
RPJMD Jawa Barat 2008-2013 .
Dalam analisis Input-Output, tidak ditemukan bahwa sektor pertanian menjadi sektor unggulan kecuali sub-sektor peternakan yang menjadi salah satu
unggulan. Dalam level Jawa Barat, sub-sektor peternakan juga yang mempunyai 2 keunggulan sekaligus, yaitu basis dan pertumbuhan relatif.
Jika merujuk pada hasil focus group discussion FGD, komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Bandung Barat adalah: 1 sayuran, 2 tanaman
hias, 3 jagung, 4 sapi perah, 5 perikanan. Untuk tanaman palawija di Kabupaten Bandung Barat, luas tanam jagung
mendominasi sebesar 45,55 , diikuti oleh ubi kayu sebesar 32,74 . Jagung menyebar merata di 15 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat; adapun ubi kayu
berada di 13 kecamatan. Secara perspektif ke dalam, jagung dan ubi kayu
termasuk komoditas unggulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17
di bawah ini.
15 13
11 14
11 4
45.55 32.74
8.86 7.11
5.26 0.47
Jagung Ubi Kayu
Kacang Tanah Ubi Jalar
Kedelai Kacang Hijau
Jenis Palawija
Jml Kecamatan Luas Lahan
Gambar 17 Komposisi Komoditas Palawija
Krisan merupakan tanaman hias dengan luas terluas di Kabupaten Bandung Barat 47,51 yang berada di 4 kecamatan. Berikutnya adalah gladiol
25,42 yang berada di 3 kecamatan dan sedap malam 13,25 yang berada di 4 kecamatan. Secara perspektif ke dalam, ketiga komoditas tanaman hias tersebut
merupakan komoditas unggulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 18
di bawah ini.
4 3
4 3
4 4
1 3
1 3
1 47.51
25.42 13.25
5.35 3.41
3.41 0.74
0.58 0.16
0.11 0.05
Kri sa
n Gl
adi ol
Se dap M
al am
Ma w
ar An
ye lir
Ge rb
era H
eb ra
s He
lic oni
a Ant
hur iu
m Pa
le m
An ggr
ek Me
la ti
Jenis Tanaman Hias
Jml Kecamatan Luas Panen
Gambar 18 Komposisi Komoditas Tanaman Hias
Sayuran disebutkan juga sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Bandung Barat, Menurut
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan P4 Kabupaten Bandung Barat
, beberapa sayuran sudah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sebagian ada yang diekspor. Komoditas sayuran
tersebut seringkali dinamakan “komoditas unggulan sayuran eksclusive”, yaitu: 1 paprika, 2 momotaro, 3 kyuri, 4 ingen, 5 asparagus, 6 sweet corn, 7
zukini, 8 kol merah, 9 brokoli, 10 cerry, 11 polong, 12 bunga kol, 13 edamame, 14 kapri manis, 15 satsumaimo, 16 head letuce, 17 horenzo.
Sapi perah adalah komoditas unggulan dari sub-sektor peternakan. Pada tahun 2006, terdapat 28.716 ekor sapi perah di Kabupaten Bandung Barat dengan
produksi susu sebanyak 60.795.825 liter. Peternakan sapi perah ini berada di 10 kecamatan Kabupaten Bandung Barat.
Secara umum, jenis budidaya perikanan yang ada di Kabupaten Bandung Barat adalah: 1 kolam air tenang KAT, 2 mina padi, 3 keramba jaring
apung KJA. Secara luas perairan, keramba jaring apung adalah jenis budidaya yang paling luas 96,92 dengan produksi mencapai 96,93 dari total produksi
di Kabupaten Bandung Barat. Dari rumah tangga perikanan RTP, KJA cukup efisien dibandingkan dengan jenis budidaya lainnya yang tampak sangat padat
karya. KJA ini terdapat di 5 kecamatan Kabupaten Bandung Barat, tersedikit dibandingkan dengan jenis budidaya lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 19 berikut ini.
5 6
13 39.92
26.00 34.08
96.93
0.60 2.47
96.92
1.86 1.22
KJA Mina Padi
KAT
Jenis Budidaya
Jml Kecamatan RTP org
Produksi ton Luas ha
Gambar 19
Komposisi Jenis Budidaya Perikanan
Secara umum untuk melihat apakah komoditas unggulan ini juga unggul di
Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat pada Tabel 66 di bawah. Padi sawah dan padi
ladang pada dasarnya adalah komoditas strategis; posisinya harus ada untuk memenuhi kebutuhan makan lokal. Proporsi luas lahannya dibandingkan luas padi
di Provinsi Jawa Barat relatif kecil 2,06 untuk padi sawah dan 4,75 untuk padi ladang. Meskipun demikian, produktivitas padi di Kabupaten Bandung
Barat relatif lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi Jawa Barat. Komoditas jagung yang dikatakan sebagai komoditas unggulan ternyata relatif rendah jika
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, baik dari sisi luas maupun produktivitasnya.
Tabel 66 Kompilasi Komoditas Unggulan Pertanian
No. Komoditas
Unggulan Proporsi Luas
ha Produktivitas kwha
KBB Jabar
1 Padi Sawah 2.06
56.71 53.94
2 Padi Ladang 4.75
34.07 28.53
3 Jagung 4.44
48.07 49.51
4 Ubi Kayu 4.29
167.56 179.89
5 Krisan
54.79 43.91
36.45 6 Gladiol
85.61 15.22
15.09 7 Sedap Malam
33.72 53.29
38.66 8 Sapi Perah
29.49 2,117.14
2,116.92 9
KJA 15.70
7,352.01 4,086.89
Sumber: BPS 2007, diolah Keterangan
produktivitas = tangkaiha proporsi luas = ekor; produktivitas = literekor
proporsi luas = ton; produktivitas = Rp juta ton
Secara umum, keseluruhan tanaman hias di Kabupaten Bandung Barat adalah komoditas unggulan dalam skala Provinsi Jawa Barat. Namun ada 3 tiga
jenis tanaman hias yang mempunyai luas panen terbesar di Kabupaten Bandung Barat, yaitu: i krisan, ii gladiol, iii sedap malam. Dari sisi proporsi luas panen
tampak bahwa tanaman hias relatif sangat luas dalam skala Provinsi Jawa Barat. Sebagai contoh, luas panen krisan sendiri sekitar 54,79 dari luas panen Jawa
Barat. Secara keseluruhan, produktivitas tanaman hias Kabupaten Bandung Barat di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat.
Sapi perah di Kabupaten Bandung Barat mempunyai kontribusi 29,49 dari jumlah keseluruhan sapi perah di Provinsi Jawa Barat. Adapun, produktivitas
sapi perah di Kabupaten Bandung Barat 2.117,14 litersapi di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat 2.116,92 litersapi. Sedangkan jenis budidaya perikanan
yang paling unggul di Kabupaten Bandung Barat adalah keramba jaring apung KJA dimana mempunyai luas perairan 15,7 luas KJA Provinsi Jawa Barat
dengan tingkat nilai jual yang jauh melebihi rata-rata Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan analisis di atas, komoditas pertanian Kabupaten Bandung
Barat yang relatif unggul dalam level Provinsi Jawa Barat adalah sapi perah, sayuran, tanaman hias, dan keramba jaring apung.
5.4 Lokasi Unggulan
Analisis lokasi unggulan adalah menentukan di lokasi mana saja kecamatan komoditas unggulan berada. Hal ini merupakan salah satu dari tiga
pilar pengembangan wilayah seperti yang telah dibahas sebelumnya, yaitu 1 sektor, 2 spasial, 3 kelembagaan.
5.4.1 Industri Tanpa Migas
Pembahasan lokasi unggulan industri tanpa migas dibagi menjadi 2 dua bagian, yaitu: 1 lokasi unggulan dari keseluruhan industri yang ada, 2 lokasi
unggulan dari industri unggulan.
5.4.1.1 Lokasi Unggulan Keseluruhan Industri
Pada prinsipnya, industri tanpa migas yang berkontribusi ekonomi secara signifikan adalah skala menengah besar. Namun, melihat perspektif ekonomi
kerakyatan, industri kecil turut dibahas. Untuk melihat konsentrasi aktivitas industri menengah-besar digunakan perbandingan antara pemusatan LQ industri
pengolahan dengan pemusatan unit industri menengah-besar. Secara detail,
perbandingan LQ dengan konsentrasi pemusatan unit dapat dilihat pada Tabel 67
di bawah ini:
Tabel 67 Lokasi Unggulan Industri
No. Kecamatan
LQ Industri Industri MB
Industri Kecil
1 Cililin 0.58
1.94 22.31
2 Cihampelas 0.60
- 1.51
3 Sindangkerta 0.49
0.65 14.92
4 Gununghalu 0.59
- 6.46
5 Rongga 0.46
2.58 10.60
6 Cipongkor 0.65
18.71
17.23
7 Batujajar 1.55
11.61 0.82
8 Lembang 0.64
1.29 3.24
9 Parongpong 0.20
3.23 1.29
10 Cisarua 0.14
15.48 0.25
11 Ngamprah 1.51
15.48 5.41
12 Padalarang 1.83
24.52 1.59
13 Cipatat 0.39
1.94 1.13
14 Cipeundeuy 0.76
- 7.12
15 Cikalongwetan 1.08
2.58 6.13
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Keterangan: MB = Menengah-Besar
Pemusatan LQ ekonomi sektor industri tanpa migas di Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar, Ngamprah, Padalarang, dan
Cikalongwetan. Meskipun industri menengah-besar di Kecamatan Cikalongwetan proporsinya relatif tidak banyak 2,58 namun mempunyai pemusatan ekonomi
yang tinggi 1,08. Artinya adalah bahwa industri di kecamatan tersebut mempunyai skala ekonomi yang sangat besar.
Pemusatan lokasi industri kecil berada di kecamatan dengan pemusatan ekonomi LQ yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa industri kecil ini memang
tidak menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, lokasi pemusatan industri kecil tidak sama dengan pemusatan lokasi industri menengah-besar
kecuali Kecamatan Cipongkor. Artinya adalah tidak ada keterkaitan antarindustri menengah-besar dengan industri kecil.
5.4.1.2 Lokasi Unggulan Industri Unggulan
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa industri menengah-besar yang menjadi unggulan di Kabupaten Bandung Barat adalah industri persentase unit
terbanyak, yaitu: 1 tekstil 30,32 , 2 bahan galian bukan logam 16,13 , 3 pakaian jadi non bulu 14,19 , 4 makanan dan minuman 9,03 , 5
karet dan barang dari karet 8,39 , 6 kimia dan bahan dari kimia 7,74 . Adapun industri kecil unggulannya adalah: 1 makanan 38,74 , 2 anyaman
34,42 . Industri tekstil paling banyak berada di Kecamatan Padalarang 31,91 ,
Cipongkor 27,66 , Batujajar 17,02 , Cisarua 12,77 . Industri pakaian jadi non bulu paling banyak terdapat di Kecamatan Padalarang 68 dan
Cipongkor 20 . Industri makanan dan minuman paling banyak berada di Kecamatan Ngamprah 28,57 , Cikalongwetan 28,57 , Padalarang 21,43
. Untuk melihat lebih detail mengenai loksi unggukan dari sektor industri
menengah-besar dan kecil unggulan dapat dilihat pada Tabel 68 dan Tabel 69 di
bawah ini.
Tabel 68 Lokasi Industri Menengah-Besar Unggulan
No. Kecamatan
Te k
st il
Bah a
n Gal ian
Buk a
n
Logam Paka
ian Jadi N o
n Bulu
Ma ka
n a
n M
in u
ma n
K a
re t
B a
rang dr
Ka r
et
K imia
B a
rang dr
Ki mi
a
30.32 16.13
14.19 19.03
8.39 7.74
1 Cililin
- -
- -
- -
2 Cihampelas
- -
- -
- -
3 Sindangkerta
- -
- 7.14
- -
4 Gununghalu
- -
- -
- -
5 Rongga
- -
18.18 -
- -
6 Cipongkor
27.66 20.00
18.18 -
15.38 33.33
7 Batujajar
17.02 4.00
22.73 -
- -
8 Lembang
- -
- 14.29
- -
9 Parongpong
2.13 -
4.55 -
- -
10 Cisarua
12.77 -
36.36 -
15.38 25.00
11 Ngamprah
8.51 -
- 28.57 46.15
41.67
12 Padalarang
31.91 68.00
- 21.43
15.38 -
13 Cipatat
- 8.00
- -
7.69 -
14 Cipeundeuy
- -
- -
- -
15 Cikalongwetan
- -
- 28.57
- -
Total 100
100 100
100 100
100
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Meskipun tidak menjadi konsentrasi industri bahan galian bukan logam, Kecamatan Cipatat khususnya di Kawasan Karst Citatah, Rajamandala merupakan
salah satu sumber bahan galian ini. Bukit-bukit kapur yang tadinya ada sudah hampir musnah. Secara geohidrologi, sebagian besar daerahnya merupakan daerah
resapan air dengan akuifer produktif sedang penyebaran luas dan kecil penyebaran setempat serta akuifer produktif setempat. Rusaknya kelestarian lingkungan hidup
dan sosial kawasan tersebut ditunjukkan oleh hilangnya beberapa mata air kini tinggal menyisakan satu mata air di Pasir Pawon, musnahnya beberapa
perbukitan kapur yang indah, terancamnya situs Gua Pawon, dan berkembangnya benih konflik sosial di masyarakat
24
. Kekayaan alam yang diusahakan di Kecamatan Cipatat antara lain
pertambangan bahan galian Golongan C berjumlah 36 usaha, industri besar 15 usaha, dan industri kecil 50 usaha. Mengenai pertambangan galian Golongan C
yang jumlahnya sampai 36 usaha adalah kegiatan pertambangan yang berizin bupati dan camat, meliputi jenis bahan galian marmer dengan luas 88,87 ha, pasir
40,9 ha, kapur 9 ha, andesit 1 ha, dan kuarsa 7,9 ha
25
.
Tabel 69 Lokasi Industri Kecil Unggulan
No Kecamatan Makanan Anyaman Lainnya
Kayu 38.74 34.42 15.55
8.54
1 Cililin
15.53 47.01
- 1.29
2 Cihampelas
1.70 1.92
0.71 0.96
3 Sindangkerta
16.67 5.35
36.04 11.90
4 Gununghalu
6.17 6.30
0.71 20.58
5 Rongga
1.42 2.71
53.89 8.68
6 Cipongkor
27.73 16.04
- 11.25
7 Batujajar
1.13 0.08
1.77 0.96
8 Lembang
2.48 0.16
0.71 12.86
9 Parongpong
1.42 0.16
0.35 3.86
10 Cisarua
- 0.48
- 0.96
11 Ngamprah
9.43 3.03
0.88 1.93
12 Padalarang
2.34 0.56
- 1.61
13 Cipatat
0.14 0.08
- 8.36
14 Cipeundeuy
4.61 12.53
1.94 7.40
15 Cikalongwetan
9.22 3.59
3.00 7.40
Total 100
100 100
100
Sumber: Hasil Analisis, 2009
24
Bambang Yunianto.”Cipapat Alami Perkembangan Pesat”. Harian Umum Pikiran Rakyat. Senin, 15 Desember 2008
25
Ibid
Industri makanan dan anyaman adalah industri unggulan untuk kategori industri kecil. Industri makanan paling banyak terdapat di Kecamatan Cipongkor
27,73 , Sindangkerta 16,67 , Cililin 15,53 . Adapun industri anyaman paling banyak terdapat di kecamatan Cililin 47,01 , Cipongkor 16,04 ,
Cipeundeuy 12,53 . Satu-satunya kecamatan yang mempunyai pemusatan industri menengah-
besar dan kecil adalah Cipongkor. Namun dilihat dari jenis industrinya, yaitu makanan industri kecil dan non makanan industri menengah-besar tampak
tidak ada keterkaiatankemitraan antara industri kecil dengan menengah-besar.
5.4.2 Pertanian
Lokasi unggulan dari sub-sektor pertanian yang akan dibahas adalah untuk 1 sayuran, 2 tanaman hias, 3 sapi perah, 4 keramba jaring apung KJA.
A. Sayuran
Sayuran exclusive yang dijadikan komoditas unggulan oleh Kabupaten Bandung Barat terdiri dari berbagai jenis komoditas yang ada. Oleh karena itu
proporsi yang dipakai menggunakan keseluruhan jenis sayuran yang ada. Untuk
lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 70. Tabel 70
Lokasi Unggulan Sayuran
No Kecamatan
LQ Tanaman Pangan Sayuran ha
1 Cililin
1.46 3.53
2 Cihampelas
1.43 1.80
3 Sindangkerta
2.49 4.92
4 Gununghalu
1.64 5.43
5 Rongga
2.27 0.70
6 Cipongkor
2.38
1.66 7
Batujajar 0.60
9.58
8 Lembang
1.52 23.57
9 Parongpong
1.76 10.80
10 Cisarua
1.82 9.34
11 Ngamprah
0.37 6.46
12 Padalarang
0.19 1.37
13 Cipatat
0.71 7.44
14 Cipeundeuy
1.15
2.19 15
Cikalongwetan 0.99
11.22
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Proporsi sayuran terbesar berada di Kecamatan Lembang 23,57 , diikuti oleh Cikalongwetan 11,22 , Parongpong 10,80 , Batujajar 9,58 ,
Cisarua 9,34 . Kecamatan Cikalongwetan juga mempunyai pemusatan luas lahan untuk padi dan palawija serta buah-buahan yang besar. Namun kumulasi
dari hal-hal tersebut tidak membuat pemusatan ekonomominya LQ tinggi. Begutu juga dengan kecamatan Batujajar yang mempunyai proporsi pada dan
palawija yang besar namun tidak mempunyai pemusatan ekonomominya LQ tinggi. Ada indikasi bahwa potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal
dari sisi ekonomi terutama Kecamatan Cikalongwetan. Dengan demikian, mengingat dari pengembangan teknologi pada sayuran exclusive, lokasi unggulan
komoditas sayuran berada di Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua. Khusus untuk Kecamatan Lembang, potensi ketersediannya sangat tinggi.
Untuk pengembangan sayuran ke depannya, khsususnya untuk ekspor yang lebih besar, masih banyak tantangannya. Kualitas sayuran khususnya di
Kecamatan Lembang pada dasarnya memenuhi kualitas internasional dan terdapat permintaan dari negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Kendala yang
paling utama adalah lahan, alat distribusi, dan cold storage. Sebesar 92 sayuran di antaranya didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di pasar
modern ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, hingga Papua. Sayuran yang sangat diminati pasar ekspor adalah buncis, paprika, zukini labu Jepang,
kangkung darat, bayam, sawi manis, dan caisin. Singapura sekarang masih menjadi satu-satunya pasar ekspor dengan volume sekitar 4,8 ton per pekan
dengan pasokan baru 15 dari permintaan mereka
26
. B.
Tanaman Hias
Pada dasarnya seluruh tanaman hias di Kabupaten Bandung Barat unggul. Namun, seperti telah dibahas pada analisis sebelumnya bahwa krisan 47,51 ,
gladiol 25,42 , sedap malam 13,25 adalah komoditas unggulan tanaman hias jika melihat dari keuanggulan luas lahan dan produksinya. Untuk lebih
detailnya dapat dilihat pada Tabel 71 berikut ini.
26
“Lembang Kewalahan Penuhi Ekspor”. Harian Umum Seputar Indonesia. Selasa, 19 Mei 2009