BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pergeseran Paradigma Pembangunan
Pembangunan development adalah kata yang mulai populer pada masa sesudah Perang Dunia II
Streeten, 1981 . Pada saat itu, tingkat pendapatan
domestik bruto PDB merupakan indikator yang sangat praktis yang dipakai untuk mengukur tingkat perkembangan pembangunan.
Menurut Singer 1981
, pada waktu itu masa setalah Perang Dunia II orang berpendapat bahwa dalam pembangunan, ‘kue’nya perlu diperbesar dahulu,
baru sesudahnya dapat dibagi rata. Dengan kata lain, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas. Pembangunan diharapkan akan
otomatis menetes ke bawah setelah mencapai tingkat PDB tertentu. Menurut Misra 1981-a
, pembangunan akan tercapai dengan sendirinya setelah negara bebas dari penjajahan, mendapat bantuan ekonomi, berkembang melalui
industrialisasi. Pendapat ini juga diperkuat oleh keberadaan kurva ‘U’ terbalik Kuznets.
Lebih lanjut lagi, Rostov 1977
menyatakan bahwa pembangunan berjalan secara linier mengikuti tahap-tahap tertentu. Negara-negara berkembang
pun harus mengikuti tahap-tahap tertentu untuk dapat menjadi lebih maju. Tahapan tersebut secara berurutan adalah: 1 masyarakat tradisional, 2 pra-
kondisi untuk lepas landas, 3 lepas landas, 4 dorongan menuju kematangan, 5 konsumsi massal.
Namun selanjutnya Misra 1981-b
menentang pendapat Rostov ini karena menyamakan sejarah pembangunan Eropa dengan masyarakat lainnya di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin. Selain itu, Misra mempertanyakan apakah pertanian memang ciri dari keterbelakang jika melihat dari tahapan Rostov.
Menurut Shalih et al. 1978 dalam Nurzaman 2002
, industrialisasi yang dalam teori perkembangan Rostov merupakan salah satu kunci perkembangan
yang selain sukar untuk dilakukan juga tidak selamanya mengarah pada perkembangan yang diharapkan. Industrialisasi memerlukan tabungan yang tinggi
dari masyarakat. Apabila tidak tercapai, maka industrialisasi mengandalkan pada
penanaman modal asing pinjaman. Industrialiasi semacam ini seringkali menimbulkan masalah kesenjangan.
Todaro 1981 secara ekstrim menyatakan bahwa industrialisasi
menyebabkan ketergantungan negara berkembang semakin besar terhadap negara asing, disintegrasi dan pengasingan sosial serta penekanan terhadap penduduk.
Hal ini disebabkan oleh elit negara berkembang yang menjadi agen dari kepentingan-kepentingan investasi asing.
Ada banyak pendapat yang kemudian menjadi kesepemahaman bersama bahwa perkembangan
1
tidak lagi hanya diukur dari kenaikan PDB atau PDB per kapitanya saja. Lebih jauh lagi,
Misra 1981-b dan
Todaro 1981 menyatakan
bahwa sebenarnya perkembangan tidak lain adalah keberhasilan seseorang mencapai nilai budaya yang lebih tinggi.
Pembangunan yang disebut sebagai mainstream pembangunan dari atas development from above ini kemudian semakin lama semakin bergeser dalam
konteks pembangunan di negara-negara berkembang dan dunia ketiga menjadi mainstream pembangunan dari bawah development from below. Pembangunan
dari bawah mengandalkan pada sumber daya alam dan keahlian setempat. Konsep-konsep turunan dari pembangunan tipe ini mulai dikembangan oleh
beberapa ahli seperti Friedman dan Douglas agropolitan serta Blakely pengembangan ekonomi lokal local economic development.
Menurut Anwar dan Rustiadi 2000
, telah terjadi evolusi strategi pembangunan dari masa ke masa, mulai dari strategi pembangunan yang
menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian kepada pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, pertumbuhan dan lingkungan hidup, kemudian sampai pada pembangunan yang berkelanjutan.
Definisi pembangunan berkelanjutan yang seringkali dipakai adalah menurut
World Comission on Environmental and Development 1987 , yaitu
pembangunan yang mempertemukan kebutuhan masa sekarang tanpa mengganggu kebutuhan generasi mendatang.
1
Yang dimaksud dengan ‘perkembangan’ adalah perkembangan wilayah sebagai dampak dari pembangunan
2.2 Pembangunan dan Pengembangan