2.7.2 Perencanaan, Kelembagaan, dan Kebijakan Publik
Menurut Friedman 1987
, dikaitkan dengan kelembagaan, sistem perencanaan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Perencanaan sebagai Social Reform
Dalam sistem perencanaan ini, peran Pemerintah sangat dominan, sifat perencanaan : centralized, for people, top-down, berjenjang dan dengan
politik terbatas. Tradisi perencanaan seperti ini berkembang pada paruh kedua abad IX. Reformasi sosial mempunyai ide dasar bahwa masyarakat
ilmiah akan dapat memandu dunia dalam jalur yang pasti menuju kemajuan sosial. Tradisi ini mencoba memandu masyarakat dari atas,
sebab masyarakat biasa tidak cukup tahu untuk terlibat dalam perencanaan.
2. Perencanaan sebagai Policy Analysis
Dalam sistem perencanaan ini, pemerintah bersama stakeholders memutuskan persoalan dan menyusun alternatif kebijakan. Sifat
perencanaan ini decentralized, with people, scientific, dan dengan politik terbuka. Muncul pada saat masa antara Krisis Malaise tahun 1930-an
sampai pasca perang dunia kedua. Tujuan utamanya ialah penyajian pilihan kebijakan kepada pembuat keputusan dan menjelaskan
konsekuensi dari setiap pilihan, dengan asumsi dasar bahwa solusi yang tepat akan muncul dari analisis data yang ilmiah. Posisi perencana adalah
analis yang merupakan teknisi yang melayani pusat kekuasaan yang ada dan posisi masyarakat ialah objek rekayasa oleh negara.
3. Perencanaan sebagai Social Learning
Dalam sistem perencanaan ini Pemerintah bertindak sebagai fasilitator. Sifat perencanaan learning by doing, decentralized, by people, bottom-up,
dan dengan politik terbuka. Tokoh utamanya adalah John Dewey yang mengkonsepkan bahwa kebijakan sosial merupakan eksperimen semi
ilmiah dan demokrasi merupakan bentuk politik ilmiah. Ide utama paradigma ini adalah ekstensifikasi nilai-nilai kelas elit. Dalam
instrumentasinya tradisi ini menekankan adanya proses dialogis, relasi non-hirarkis, komitmen untuk melakukan eksperimentasi sosial, toleransi
terhadap perbedaan dan mengutamakan transaksi sosial. Perencanaan
partisipatif diidentifikasi berkembang pada tradisi ini.
4. Perencanaan sebagai Social Transformation