Sifat Komoditas Sifat Kelembagaan

Anwar dan Rustiadi 2000 mengungkapkan bahwa perencanaan pembangunan memerlukan skala prioritas karena: 1 setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda kepada pencapaian sasaran-saran pembangunan penyerapan tenaga kerja, pendapatan wilayah, dan lain-lain; 2 setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda; dan 3 aktivitas sektoral tersebar tidak merata dan bersifat spesifik sehingga beberapa sektor cenderung terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya sosial yang ada. Oleh karena itu, di setiap wilayah selalu terdapat sektor-sektor yang bersifat strategis akibat besarnya sumbangan yang diberikan dalam perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral dan aspek spasialnya. Menurut Anwar 1995 , kegiatan pembangunan seringkali bersifat eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar. Efek penggandaan yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap secara lokal dan regional sehingga penduduk setempat seolah-olah menjadi penonton. Ada beberapa hal yang dapat mengakibatkan tingginya tingkat kebocoran wilayah, antara lain:

1. Sifat Komoditas

Komoditas yang bersifat eksploitasi sumberdaya alam mempunyai kecenderungan mengalami kebocoran wilayah yang tinggi apabila dalam sistem produksinya membutukan persyaratan-persyaratan tertentu, baik kualitas sumberdaya manusia, teknologi yang dipakai, kedekatan dengan pasar, maupun persyaratan lainnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi suatu komoditas yang berasal dari suatu wilayah dilaksanakan di wilayah lain sehingga nilai tambahnya sebagian besar ditangkap wilayah lainnya.

2. Sifat Kelembagaan

Salah satu sifat kelembagaan yang utama adalah menyangkut kepemilikan owners karena berkaitan dengan tingkat kebocoran wilayah yang terjadi. Faktor pemilihan lahan juga berpengaruh terhadap persyaratan dalam penerimaan tenaga kerja walaupun hal ini tidak secara nyata. Namun, sering terlihat bahwa pemilik yang berasal dari luar daerah misalnya warga negara Indonesia atau warga negara asing dalam mengambil keputusan atau kebijakan akan berbeda jika dibandingkan dengan pemilik yang berasal dari daerah setempat. Menentukan sektor-sektor unggulan memerlukan beragam pertimbangan, tergantung pilihan yang ditawarkan. Menurut Arief 1993 , sektor unggulan adalah sektor yang memenuhi kriteria: 1 mempunyai keterkaitan dan ke belakang yang relatif tinggi; 2 menghasilkan output bruto yang yang relatif tinggi sehingga menghasilkan permintaan akhir yang juga relatif tinggi; 3 mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa relatif tinggi; 4 mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi. Menurut Tanea 2009 , sektor unggulan pada dasarnya bisa dilihat dari 4 ragam keunggulan, yaitu: 1 keunggulan komparatif, 2 keunggulan kompetitif, 3 keunggulan pengganda, 4 keunggulan keterkaitan. Dia menjelaskan bahwa suatu sektor bisa unggul secara komparatif maupun kompetitif secara ekonomi dalam wilayahnya, namun jika sifatnya enclave maka keunggulan ini tidak lengkap karena tidak memperhitungkan dampak penggandaan yang dihasilkan sektor tersebut. Lebih lanjut lagi, Tarigan 2004 mengatakan bahwa pendekatan sektoral saja tidak akan mampu melihat adanya kemungkinan tumpang tindih dalam penggunaan lahan, perubahan struktur ruang, perubahan pergerakan arus orang dan barang. Sedangkan pendekatan regional kewilayahan saja juga tidak cukup karena analisanya akan bersifat makro wilayah sehingga tidak cukup detail untuk membahas sektor per sektor apalagi komoditi per komoditi, misalnya komoditi apa yang dikembangkan luas, pasar, input, perilaku pesaing. Hal senada diungkapkan oleh Riyadi 2002 bahwa pengembangan wilayah berbeda dengan pembangunan sektoral karena pengembangan wilayah sangat berorientasi pada isu permasalahan pokok secara saling terkait, sementara pembangunan sektoral untuk mengembangkan sektor tertentu tanpa memperhatikan kaitannya dengan sektor-sektor lainnya.

2.5 Keterkaitan dan Interaksi Wilayah serta Pembangunan yang