Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga

maksimal 100 m 3 per bulan per sumur zona bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga. Setelah tahun 1970, penambahan jumlah sumur bor di wilayah Cekungan Bandung meningkat tajam sehingga debit air yang dieksploitasi juga meningkat. Penurunan muka air tanah statis yang cukup signifikan antara 3,0 mtahun hingga 18,80 mth terdapat di Kecamatan Padalarang, Ngamprah, dan Batujajar. Menurut air tanah dangkal di Cekungan Bandung sebesat 129 juta m 3 per tahun, sedangkan air yang meresap ke dalam tanah sebasar 369 juta m 3 per tahun. Ini berarti potensi air tanah dangkal masih bisa diandalkan. Namun muka air tanah dangkal ini setiap tahun mengalami penurunan yang perlu diwaspadai, yang menunjukan pengambilan air tanah dangkal yang tidak merata Tabel 11. Tabel 11 Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri No. Kecamatan Muka Air Tanah Periode Juni – Juli 1997 m.bmt Perubahan Muka Air Tanah mtahun 1 Batujajar 2,50 – 11,98 -0.1 2 Padalarang dan Ngamprah 3,95 – 5,60 -0.17 Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Penurunan muka air tanah cukup signifikan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, air yang meresap pada akifer tengah adalah sebesar 102,0 juta m 3 tahun, sedangkan air yang diambil melalui deep well sebesar 215,0 juta m 3 tahun, sehingga muka air tanah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pengendalian dan pembatasan pemakaian air tanah tengah harus sudah dilaksanakan Tabel 12. Tabel 12 Muka Air Tanah Akuifer Tengah No. Wilayah Kecamatan Muka Air Tanah Perubahan Muka Air Tanah mtahun Kondisi Awal tahun Periode Juni – Juli 1997 1 Batujajar -13.27 1990 -46.72 – -77.96 -6.63 – -9.52 2 Padalarang dan Ngamparah +6.70 1921 -2.46 – -27.08 -1.76 – -6.31 3 Lembang -8 -19.80 – -42.30 -0.28 – -5.30 Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Kawasan resapan air di Kabupaten Bandung Barat tersebar di Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Lembang. Berdasarkan hasil RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, kondisi eksploitasi sumber daya air tanah berlebih di Kabupaten Bandung pada tahun 2000 dan 2006, beberapa kecamatan telah mengalami eksploitasi berlebihan di mana tingkat esploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah. Dari data tersebut terlihat bahwa Kecamatan Batujajar dan Ngamprah adalah kecamatan yang eksploitasi air tanahnya berlebihan. Hal ini terjadi karena di kecamatan tersebut kegiatan industri banyak terdapat dan sebagian besar menggunakan air tanah dalam proses produksinya. Tabel 13 Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah No Kecamatan Eksploitasi Tahun 2000 Eksploitasi Tahun 2006 1 Padalarang + + 2 Batujajar - - 3 Cipatat + + 4 Ngamprah + - 5 Cililin + + 6 Sindangkerta + + 7 Cipongkor + + 8 Gununghalu + + 9 Cikalong Wetan + + 10 Cipeundeuy + + 11 Lembang + + 12 Cisarua + + 13 Parongpong + + Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Keterangan : - Tingkat eksploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah atau telah terjadi eksploitasi berlebihan + Tingkat eksploitasi air tanah belum melampaui daya dukung sumber daya air tanah dan masih mampu mendukung kegiatan

4.3 Perekonomian Daerah

4.3.1 Ekonomi Makro

Kabupaten Bandung Barat merupakan suatu wilayah yang tidak terpisahkan dari wilayah yang lebih luas yang tentunya juga akan terkait dengan pembangunan ekonomi wilayah yang lebih luas tersebut. Sebagai bagian Provinsi Jawa Barat dan Metropolitan Bandung,

4.3.1.1 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Provinsi Jawa

Barat PDRB Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2006 sebesar Rp 6.062.007,04 juta atau sekitar 2,35 PDRB Provinsi Jawa Barat. Persentase ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa kabupaten yang ada. Kabupaten bekasi adalah daerah yang mempunyai kontribusi tertinggi 17,22 terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Tentunya besar kecilnya PDRB sangat tergantung dari luas wilayah dan aktivitas ekonomi yang berlangsung. Tabel 14 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Wilayah PDRB Juta Rupiah Kontribusi 1 Kab Bogor 27.166.716,14 10,55 2 Kab Sukabumi 8.025.400,38 3,12 3 Kab Cianjur 7.668.758,79 2,98 4 Kab Bandung 15.996.752,74 6,21 5 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 2,35 6 Kab Garut 9.749.337,80 3,79 7 Kab Tasikmalaya 5.131.902,14 1,99 8 Kab Ciamis 6.608.868,88 2,57 9 Kab Kuningan 3.929.205,71 1,53 10 Kab Cirebon 7.220.215,70 2,80 11 Kab Majalengka 4.175.794,59 1,62 12 Kab Sumedang 4.694.276,21 1,82 13 Kab Indramayu 13.241.604,37 5,14 14 Kab Subang 6.794.383,69 2,64 15 Kab Purwakarta 6.584.525,18 2,56 16 Kab Karawang 15.725.217,21 6,11 17 Kab Bekasi 44.358.433,46 17,22 18 Kota Bogor 4.402.803,61 1,71 19 Kota Sukabumi 2.129.548,61 0,83 20 Kota Bandung 23.043.103,77 8,95 21 Kota Cirebon 5.744.267,64 2,23 22 Kota Bekasi 13.073.244,18 5,08 23 Kota Depok 5.686.658,96 2,21 24 Kota Cimahi 5.367.983,87 2,08 25 Kota Tasikmalaya 3.718.498,28 1,44 26 Kota Banjar 1.236.466,17 0,48 Jumlah 257.535.975,14 100,00 Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2007

4.3.1.2 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Metropolitan

Bandung Metropolitan Bandung merupakan salah satu metropolitan utama di Indonesia. Kawasan ini ini meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun