Lokasi Penelitian Data dan Sumber Data Kerangka Analisis Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pertimbangan pemilihan daerah ini sebagai studi kasus adalah karena Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah otonom baru yang baru terbentuk tahun 2007 dimana dituntut untuk dapat menangkap orientasi pengembangan wilayah berbasis kewilayahan. Penelitian ini dilakukan secara makro pada 15 kecamatan Kabupaten Bandung Barat.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini relatif banyak yang bersifat sekunder yang terdiri dari data Tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat 2003 publikasi tahun 2005 yang kemudian akan dijadikan Tabel Input-Output Kabupaten Bandung Barat 2006, data PDRB per kecamatan, data tenaga kerja 9 sektor ekonomi, data tabular luas guna lahan, data statistik dalam angka lainnya yang terkait dengan sektorkomoditas ekonomi Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, dibutuhkan data spasial seperti peta administrasi Kabupaten Bandung Barat serta peta-peta tematik yang terkait. Jenis data ketiga yang dibutuhkan adalah data kelembagaan Kabupaten Bandung Barat yang diperoleh secara sekunder dan primer. Data-data yang disebutkan di atas akan diperoleh dari Bappeda Provinsi Jawa Barat, Bapeda Kabupaten Bandung, Bappeda Kabupatan Bandung Barat, Badan Pusat Statistik Pusat, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, dan instansi terkait lainnya.

3.3 Kerangka Analisis Penelitian

Substansi penelitian ini bertujuan untuk menjawab 6 enam pertanyaan penelitian dengan konsep perencanaan wilayah yang terdiri dari keterpaduan sektor, spasial, dan kelembagaan. Penggerak utama dari empat komponen dasar analisis adalah dengan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan sector-based terlebih dahulu yang kemudian dikaitkan dengan wilayah yang lebih luas outward looking yang ditunjang oleh keragaan ruang spatial-based dan kelembagaan. Identifikasi dan analisis sektor-sektor unggulan dilakukan melalui analisis I-O Kabupaten Bandung Barat. Analisis I-O ini kemudian menghasilkan keluaran yang bersifat sector-based karena analisis I-O hanya melihat keragaan sektoral; wilayah Kabupaten Bandung Barat hanya dianggap sebagai 1 satu entitas wilayah yang integral. Penentuan sektor-sektor unggulan dalam tahap ini akan memunculkan beberapa alternatif karena harus melihat dari beberapa perspektif. Melihat dari perspektif dampak penggandaan sektor tertentu bisa diklasifikasi ke dalam penggandaan keluaran output, pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan PAD. Perspektif yang bisa digunakan selain penggandaan adalah dampak langsung dan tidak langsung baik kedepan maupun kebelakang. Hasil dari analisis I-O ini kemudian di- Principal Component Analysis –kan untuk mendapatkan keterkaitan yang utuh. Hasil dari analisis I-O ini hanya bersifat sektoral dengan perspektif inward looking, unggul dalam perspektif wilayah Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena itu, sektor-sektor unggulan ini perlu dilihat dengan mengkaitkannya dengan wilayah yang lebih luas outward looking. Yang dimaksud dengan wilayah yang lebih luas adalah Provinsi Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan adalah kombinasi analisis Location Quotient dan Shift-Share. Pengkaitan sektor-sektor unggulan provinsi Jawa Barat dapat dilihat bagaimana posisi sektor-sektor unggulan Kabupaten Bandung Barat mendukung perkonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Atau sebaliknya, bagaimana struktur perekonomian Jawa Barat mempengaruhi keberadaan sektor-sektor unggulan di Kabupaten Bandung Barat. Hasil dari analisis sector-based yang outward looking masih bersifat sektoral; oleh karena itu perlu dibawa secara spasial dengan mengidentifikasi lokasi pemusatan sektor-sektor unggulan tersebut di Kabupaten Bandung Barat. Lokasi pemusatan sektor-sektor unggulan diperoleh dengan mengidentifikasi dan menganalisis kombinasi pemusatan PDRB, proporsi unit, atau luas lahan. Analisis pemusatan didapat dengan menggunakan metode Location Quotient. Analisis ini akan menghasilkan keragaan ruang sektor-sektor unggulan. Penggunaan data PDRB untuk analisis Location Quotient memiliki dasar berpikir tentang sektor-sektor ekonomi mana yang berperan secara kuantitatif ekonomi di suatu sub-wilayah tertentu. Oleh karena itu, PDRB digunakan sebagai gambaran umum ekonomi sektoral di wilayah tertentu. Pemanfaatan data luas lahan dilakukan untuk mengidentifikasi pemusatan lahan dengan penggunaan tertentu. Dalam penelitian ini tentunya yang berkaiatan dengan guna lahan dimana sektor-sektor unggulan berada. Pengembangan wilayah saat ini sangat fokus pada isu ketimpangan wilayah, kebocoran wilayah, dan pembangunan berkelanjutan khsususnya dalam perhatian lingkungan. Isu ketimpangan didekati melalui keterkaitan sektor-spasial. Artinya bahwa apakah suatu sektor tertentu atau kecamatan tertentu menyebabkan terjadinya ketimpangan wilayah atau tidak. Analisis yang digunakan untuk ketimpangan wilayah adalah Theil Index. Isu kebocoran wilayah didekati dengan Principal Component Analysis, khusunya untuk melihat keterkaitan antara output wilayah dengan aktivitas sektor hulu atau hilir. Adapun isu keterkaitan pembangunan berkelanjutan dengan ketimpangan juga didekati dengan Principal Component Analysis untuk mendeteksi keterkaitan ekonomi, sosial, lingkungan dengan ketimpangan. Setelah keragaan sektor sector-based, perspektif wilayah yang lebih luas outward looking, ruang spatial-based teridentifikasi, serta isu ketimpangan wilayah, kebocoran wilayah, dan pembangunan keberlanjutan dianalisis; tahap berikutnya adalah identifikasi kelembagaan eksisting yang mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat dengan menggunakan data sekunder maupun primer focus group discussion. Data primer ini dianalisis dengan Correspondence Analysis. Setelah konsep pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kombinasi kait-mengkait antara sektor sector-based, keterkaitan dengan wilayah yang lebih luas outward looking, ruang spatial-based, dan kelembagaan terumuskan maka diperlukan konseptualisasi dan penyusunan strategi pengembangan wilayah sebagai tahap selanjutnya tahap terakhir. Penyusunan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat menggunakan metode Strenght Weakness Opportunity Threat SWOT. Pada prinsipnya, analisis SWOT ini merupakan strategi yang disusun berdasarkan kombinasi antara faktor internal dengan eksternal. Tentunya strategi yang disusun berdasarkan pada hasil analisis dalam penelitian ini. Dengan demikian, analisis yang dilakukan seperti digambarkan di atas akan menjawab enam enam pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk melihat secara diagramatis kerangka dan matriks analisis penelitian dadapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 2 berikut ini. Gambar 2 Kerangka Analisis Penelitian Tabel 2 Matriks Analisis Penelitian No. Tujuan Metode Analisis Jenis Data