Ketimpangan Wilayah, Kebocoran Wilayah, dan Pembangunan

untuk mencapai tingkat pemerataan tertentu yang diingingkan dengan melakukan redistribusi alokasi sumberdaya kapital, lahan, dan sumberdaya alam lainnya secara spasial; adapun selebihnya yang menyangkut efisiensi sebaiknya pemerintah membiarkan untuk dapat memenungkin bekerjanya mekanisme pasar yang bersaing. Oleh karena itu, analisis ini menonjolkan kelembagaan pemerintah dalam rangka pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Analisis kelembagaan dibagi menjadi 1 analisis persepsi pelaku pembangunan dan 2 analisis kebijakan pembangunan.

5.6.1 Persepsi Pelaku Pembangunan

Analisis persepsi pelaku pembangunan menggunakan metode correspondence analysis. Ada 3 pelaku utama yang berperan dalam pembangunan, yaitu pemerintah, masyarakat, dan pengusaha swasta. Analisis ini mencoba memetakan persepsi pelaku pembangunan terhadap kondisi pembangunan Kabupaten Bandung Barat secara umum. Analisis ini merupakan bagian dari analisis kelembagaan khususnya menyangkut aspek lembaga pelaku pembangunan yang memperkuat analisis sektor dan spasial sebelumnya.

5.6.1.1 Bidang Pembangunan

.Persepsi pertama adalah mengenai prioritas bidang pembangunan di Kabupaten Bandung Barat. Prioritas ini memetakan bidang pembangunan apa yang dianggap penting bagi masing-masing pelaku pembangunan. Bagi masyarakat, pembangunan sosial dan infrastruktur adalah pembangunan terpenting dibandingkan dengan bidang lainnya. Bagi pemerintah pembangunan ekonomi merupakan bidang terpenting. Dengan persepesi pemerintah seperti ini, maka keberhasilan pembangunan ekonomi mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan lainnya. Dari analisis sebelumnya dibahas bahwa pembangunan ekonomi yang berorientasi output justru menyebabkan peningkatan ketimpangan. Oleh karena itu, jika orientasi ini tetap dipegang oleh pemerintah ke depannya maka ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat akan semakin lebar. Orientasi ekonomi pemerintah daerah ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Hidayat 2005 bahwa bagi setiap pemerintah daerah, target utama otonomi daerah adalah kesejahteraan sosial. Namun pada kenyataanya pemerintah daerah cenderung meningkatkan pendapatan daerah daripada mencapai kesejahteraan sosial. Yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat merupakan contoh dari daerah otonom baru yang mempunyai kecenderungan orientasi untuk memaksimalkan kewenangannya dalam meningkatkan pendapatan. Seringkali peningkatan pendapatan ini tidak diiringi oleh peningkatan dana pembangunan yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bidang lingkungan tampaknya tidak menjadi bidang prioritas bagi setiap pelaku pembangunan. Hal ini mengindikasikan bahwa isu pembangunan berkelanjutan belum menjadi arus utama para pelaku pembangunan. Isu lingkungan seharusnya juga menjadi perhatian mengingat banyaknya kawasan lindung yang sudah terkonversi menjadi kawasan budidaya serta banyaknya industri yang telah mengeksploitasi air tanah. Hidayat 2005 menyatakan bahwa orientasi daerah di era awal otonomi daerah seharusnya pada pengembangan sumber daya manusia. Jika melihat dari analisis, tampaknya masyarakat lebih menyadari pentingnya esensi pengembangan sumber daya manusia sosial dalam pembangunan. Pelaku Bidang Pemerintah Masyarakat Pengusaha Sosial Ekonomi Infrastruktur Lingkungan -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 Dimension 1; Eigenvalue: .14118 97.61 of Inertia -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Dimens ion 2; Eigenv alue: . 00346 2. 395 of I nert ia Gambar 27 Persepsi Bidang Pembangunan

5.6.1.2 Prioritas Pengembangan Sosial

Persepsi kedua mengenai pengembangan sosial merupakan pendetailan dari persepsi bidang pembangunan. Aspek sosial dalam analisis ini terdiri dari pengembangan masyarakat non kelembagaan, pengembangan masyarakat melalui kelembagaan, pengembangan aparat pemerintah, dan pengambangan sistem atau kebijakan. Masyarakat menganggap pengembangan kelembagaan masyarakat merupakan prioritas pengembangan sosial. Apa yang diinginkan oleh masyarakat dalam pengembangan sosial melalui kelembagaan sesuai dengan hipotesis March dan Simon 1958 bahwa agregasi preferensi individual tidak akan mengalami proses optimal kecuali melalui peran lembaga. Adapun pemerintah menganggap pengembangan aparatur dan sistem menjadi prioritas utama. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing pelaku pembangunan mempunyai orientasi pengembangan dirinya sendiri yang masih kental. Khusus untuk pemerintah, pemetaan prioritas pengembangan sosialnya yang belum menyentuh masyarakat mengindikasikan masih terbangunnya persepsi perbaikan internal terlebih dahulu. Hal ini bisa berdampak pada alokasi penganggaran yang lebih banyak pada aspek internal daridapa biaya pembangunan. Indikasi yang kedua adalah bahwa posisi Kabupaten Bandung Barat sebagai daerah otonom baru, dalam persepsi pemerintah, memerlukan pembangunan kebijakan atau sistem dan aparat yang kuat sebagai aktor penyelenggara pembangunan utama. Pelaku Sosial Pemerintah Masyarakat Pengusaha Individu Masyarakat Kelembagaan Masyarakat Aparatur Sistem -1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 Dimension 1; Eigenvalue: .18707 84.47 of Inertia -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 Dimension 2; Eigenvalue: .03438 15.53 of Inertia Gambar 28 Persepsi Pembangunan Sosial

5.6.1.3 Prioritas Pengembangan Ekonomi

Persepsi ketiga mengenai pengembangan ekonomi merupakan pendetailan dari persepsi bidang pembangunan. Aspek ekonomi terdiri dari pengembangan ekonomi lokal, pengembangan ekonomi sektor swasta besar, dan pengembangan kebijakan ekonomi. Masyarakat menganggap pengembangan ekonomi lokal melibatkan peran serta komunitas mempunyai prioritas utama pengembangan ekonomi lokal; pemerintah mempunyai kecenderungan pengembangan kebijakan ekonomi; dan pengusaha menganggap bahwa pengembangan ekonomi adalah peran sektor swasta yang semakin besar. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing pelaku mempunyai perspektifnya masing-masing sesuai dengan yang meraka jalankan selama ini. Pengembangan ekonomi di Kabupaten Bandung Barat tentunya merupakan kombinasi ekonomi kecil, menengah, dan besar. Pelaku Ekonomi Pemerintah Masyarakat Pengusaha Ekonomi Lokal Kebijakan Swasta -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 Dimension 1; Eigenvalue: .14181 57.08 of Inertia -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Dimens ion 2; Eigenv alue: . 10664 42. 92 of I nert ia Gambar 29 Persepsi Pembangunan Ekonomi

5.6.1.4 Prioritas Pengembangan Sarana Prasarana

Persepsi keempat mengenai pengembangan sarana prasarana merupakan pendetailan dari persepsi bidang pembangunan. Masyarakat cenderung berpendapat bahwa pengembangan infrastruktur sumber daya manusia seperti sekolah dan fasilitas kesehatan sangat penting; Pemerintah cenderung condong pada pengembangan sarana prasarama ekonomi dalam rangka pembangunan; adapun pengusaha cenderung pada pengembangan sarana prasarana yang dapat memperlancar akses seperti transportasi, telekomunikasi. Dalam perspektif ini juga tampaknya setiap pelaku mempunyai kecenderungan orientasi pengembangan yang paling menguntungkan bagi kepentingannya. Masyarakat sendiri cenderung melihat sarana prasarana sebatas yang bisa terlihat yang bisa terlihat, yaitu sekolah dan kesehatan. Pemerintah sendiri konsisten dengan orientasi pembangunannya yang cenderung berorientasi ekonomi. Adapun pengusaha memandang aksesibilitas sebagai suatu hal penting untuk kelancaran distribusi produknya.