Struktur Perekonomian HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, dari tahun 2000 sampai 2006, industri pengolahan industri tanpa migas merupakan sektor yang menyumbangkan kontribusi PDRB terbesar bagi Kabupaten Bandung Barat. Kontribusi per tahun sektor ini cukup konsisten di persentase 46 sehingga diprediksi akan terus menjadi kontributor utama PDRB Kabupaten Bandung Barat meskipun ada kecenderungan untuk menurun. Sektor kedua yang berkontribusi terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan persentase yang konsisten antara tahun 2000-2006 sebesar 18 . Adapun sektor terkecil yang berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat adalah pertambangan dan penggalian, yaitu secara konsisten berkisar 0,5 . Meskipun hamparan lahan pertanian di Kabupaten Bandung Barat masih sangat luas, namun secara ekonomi makro, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat ada di peringkat ketiga. Secara umum, ada kecenderungan kontribusi ini menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya konversi guna lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Kecuali sub-sektor kehutanan, semua sub-sektor pertanian ada kecenderungan menurun selama kurun waktu 2000-2006. Beberapa sub-sektor dan atau sektor ekonomi yang mengalami kecenderungan kenaikan adalah: 1. Penggalian 2. Listrik, gas, air bersih 3. Bangunan 4. Perdagangan, hotel, restoran 5. Bank Naiknya, sektor penggalian menandakan kegiatan penggalian di Kabupaten Bandung Barat dalam rentang tahun 2000-2006 memberikan kontribusi yang luar biasa. Namun tentunya, penggalian adalah kegiatan yang tidak berkelanjutan karena pada sewaktu-waktu di masa depan akan habis karena merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan Kecenderungan naiknya kontribusi 1 listrik, gas, air bersih, 2 bangunan, 3 perdagangan, hotel, restoran, 4 bank merupakan indikasi terjadi urbanisasi wilayah Kabupaten Bandung Barat yang bisa merupakan akibat dari adanya urban sprawl dari Metropolitan Bandung dan juga pengaruh interaksi Jakarta-Bandung. Semakin gencarnya arus urbanisasi tentunya menimbulkan konsekuensi semakin besarnya kegiatan pembangunankonstruksi. Semakin banyaknya bangunan tentunya akan berpengaruh terhadap semakin meningkatnya kebutuhan akan listrik, air bersih, dan gas. Kecenderungan berkembangnya urbanisasi di Indonesia, semakin membuat sektor tersier seperti perdagangan, hotel, restoran, serta bank semakin berkembang. Di sisi lain, ada kecenderungan beberapa sektor primer seperti pertanian dan industri pengolahan menjadi semakin berkurang kontribusinya. Hal ini merupakan salah satu indikasi adanya diversifikasi struktur perekonomian Kabupaten Bandung Barat yang cenderung bergerak untuk berdiversifikasi ke sektor tersier. Semakin berkembangnya sektor tersier merupakan salah satu indikasi semakin meningkatknya ciri perkotaan. 47.23 47.1 47 46.9 46.61 46.7 46.85 18.16 18.24 18.25 18.51 18.48 18.45 18.67 11.04 11.55 11.5 11.37 11.64 11.73 12.25 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun K ont ri bus i Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran Pertanian Gambar 5 Kontribusi 3 Sektor Terbesar terhadap PDRB

5.1.2 Laju Petumbuhan Ekonomi

Nilai laju pertumbuhan ekonomi digunakan untuk melihat sejauh mana potensi sektor atau sub-sektor tertentu untuk terus berkembang di masa mendatang. Meskipun secara kontribusi ada kecenderungan untuk bertambah atau menurun, namun dengan mempertimbangkan nilai laju pertumbuhan ekonomi bisa membuat analisis struktur ekonomi menjadi lebih baik. Pada umumnya semua sektor mengalami pertumbuhan ekonomi meskipun dengan laju yang tidak sama. Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung Barat selama 2001-2006 berkisar pada angka 5. Hanya ada satu sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang secara konsisten terus naik, yaitu industri pengolahan. Hal ini menandakan bahwa sektor ini merupakan sektor yang mempunyai pertumbuhan konsisten menanjak di Kabupaten Bandung Barat. Kontribusinya terhadap PDRB yang cenderung untuk menurun bisa disebabkan oleh adanya laju pertumbuhan sektor atau sub-sektor lainnya yang tidak konsisten namun mempengaruhi nilai total PDRB antara tahun 2000-2006. Kecenderungan naiknya kontribusi 1 listrik, gas, air bersih, 2 bangunan, 3 perdagangan, hotel, restoran, 4 bank terhadap PDRB juga diikuti oleh laju pertumbuhan ekonominya yang selalu positif meskipun kadang naikturun. Ada hal yang menarik terjadi pada laju pertumbuhan ekonomi sektor bangunan serta listrik, gas, air bersih pada tahun 2000-2001 dimana nilainya relatif sangat besar. Hal ini menandakan adanya pembangunan yang relatif sangat besar sehingga menyebabkan peningkatan konstruksi dan kebutuhan listrik, gas, air bersih. Hanya ada satu sub-sektor yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi negatif, yaitu angkutan sungai dan penyeberangan. Hal ini wajar mengingat pengembangan di sektor ini nampaknya sudah mengalami stagnasi mengingat lebih prioritasnya pengembangan angkutan darat non penyeberangan. Jika dibandingkan dengan 3 sektor yang mempunyai kotribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat industri pengolahan; perdagangan, hotel, restoran; pertanian maka sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi LPE yang paling fluktuatif. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidakpastian iklim pertanian baik dari sisi persediaan maupun permintaan. 1 2 3 4 5 6 7 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun LP E Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran Pertanian Gambar 6 Laju Pertumbuhan Ekonomi 3 Sektor Pembentuk PDRB Terbesar Meskipun secara ekonomi makro kontribusi sektor pertanian berada di peringkat ketiga dan laju pertumbuhannya cendrung fluktuatif, ditinjau dari aspek lainnya penyerapan tenaga kerja dan luas lahan sektor ini sangat signifikan. Proporsi tenaga kerja pertanian di Kabupaten Bandung Barat sebesar 35 atau paling besar diantara yang lainnya Suseda Kabupaten Bandung, 2007 . Distribusi Tenaga Kerja 15 16 19 15 35 Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya Gambar 7 Distribusi Tenaga Kerja Dari sisi penggunaan lahan dapat dilihat bahwa penggunaan lahan kawasan budidaya perdesaan kebun campur, perkebunan, sawah, sawah tadah hujan, tegalladang mempunyai proporsi yang paling besar, yaitu 52 . Distribusi Penggunaan Lahan 37 52 10 1 Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Perdesaan Kawasan Budidaya Perkotaan Lainnya Gambar 8 Distribusi Penggunaan Lahan Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Bandung Barat mempunyai 2 karakteristik yang berjalan beriringan, yaitu industri tanpa migas sebagai penggerak ekonomi dan pertanian sebagai lanskap fisik dominan dan penggerak tenaga kerja.

5.1.1 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita seringkali dipakai untuk menjelaskan tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah, meskipun ada beberapa kelemahan dasar seperti 1 tidak menjelaskan pemerataan, 2 tidak menunjukkan nilai riil pendapatan penduduk. Gambar 9 berikut ini menjelaskan bagaimana PDRB adh konstan 2000 per kapita di Kabupaten Bandung Barat selalu meningkat secara konstan dari Rp 3.940.292,- pada tahun 2000 menjadi Rp 4.397.797,- pada tahun 2006. Tentunya hal ini merupakan indikasi positif semakin meningkatnya kesejahteraan penduduk meskipun dari analisis ini tidak dapat disimpulkan apa kesejahteraan yang terus meningkat tersebar merata atau hanya dinikmati oleh segolongan masyarakat. 3,940,292 3,995,869 4,075,998 4,182,650 4,270,747 4,379,797 3,700,000 3,800,000 3,900,000 4,000,000 4,100,000 4,200,000 4,300,000 4,400,000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Gambar 9 PDRB per Kapita Untuk melihat lebih jelas mengenai produktivitas tenaga kerja atau rente per tenaga kerja yang diterima 3 sektor terbesar dapat dijelaskan melalui perbandingan nilai PDRB per sektor dengan tenaga kerja sektor terkait. Pada tahun 2006, dapat dilihat bahwa tenaga kerja industri lebih banyak menikmati kesejahteraan dibandingkan dengan sektor lainnya dengan nilai Rp 31,82 juta per tenaga kerja per tahun. 4.47 15.69 31.82 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Sektor Ekonomi P D RB Ka p ita R p j u ta Gambar 10 PDRB per Tenaga Kerja Sektor

5.2 Sektor Unggulan dalam Perspektif Kabupaten Bandung Barat

5.2.1 Struktur Input-Output

5.2.1.1 Permintaan dan Penawaran

Tabel Input-Output menggambarkan transaksi barang dan jasa dari berbagai sektor ekonomi yang saling berkaitan dan mempunyai hubungan saling Tabel 44 Kontribusi Sektor PDRB 2000-2006 atas dasar Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. PERTANIAN

12.25 11.73

11.64 11.37

11.50 11.55

11.04 a. Tanaman Bahan Makanan 7.51 7.17 7.08 6.89 7.01 7.06 6.57 b. Perkebunan 1.87 1.81 1.81 1.79 1.75 1.76 1.75 c. Peternakan 2.30 2.20 2.19 2.15 2.19 2.19 2.18 d. Kehutanan 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 e. Perikanan 0.46 0.45 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.48

0.47 0.49

0.50 0.52

0.52 0.53

a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - - - c. Penggalian 0.48

0.47 0.49

0.50 0.52

0.52 0.53

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 47.23

47.10 47.00

46.90 46.61

46.70 46.85

a. Industri Migas - - - -

- - -

a. Industri Tanpa Migas 47.23

47.10 47.00

46.90 46.61

46.70 46.85

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 6.55

7.20 7.24

7.12 7.12 7.14 7.14 a. Listrik 6.50 7.15 7.18 7.07 7.06 7.08 7.08 b. Gas Kota - - - - - - - c. Air Bersih 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06

5. BANGUNANKONTRUKSI 2.10

2.27 2.30

2.35 2.40

2.37 2.39

6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 18.16

18.24 18.25

18.51 18.48

18.45 18.67

a. Perdagangan Besar Eceran 13.09 13.12 13.14 13.31 13.28 13.30 13.39 b. Hotel 0.21 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23 0.24 c. Restoran 4.86 4.89 4.88 4.97 4.96 4.91 5.05

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5.58

5.58 5.63

5.66 5.69

5.60 5.66

a. Pengangkutan 4.97

4.98 5.02

5.04 5.05

4.93 4.98

1 Angkutan Rel 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 2 Angkutan Jalan Raya 4.42 4.43 4.48 4.49 4.49 4.37 4.42 Lanjutan Tabel 44 LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 3 Angkutan Laut - - - - - - - 4 Angkutan Sungai Penyebrangan 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 5 Angkutan Udara - - - - - - - 6 Jasa Penunjang Angkutan 0.50 0.50 0.50 0.51 0.51 0.51 0.51

b. Komunikasi 0.60

0.60 0.61

0.62 0.64

0.66 0.68

8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2.65

2.60 2.62

2.68 2.83

2.83 2.82

a. Bank 0.33 0.35 0.37 0.39 0.43 0.45 0.46 b. Lembaga Keuangan lainnya 0.08 0.07 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07 c. Sewa Bangunan 1.83 1.78 1.79 1.84 1.95 1.92 1.91 d. Jasa perusahaan 0.40 0.39 0.38 0.37 0.38 0.38 0.38

9. JASA – JASA 5.01

4.81 4.83

4.91 4.86

4.83 4.89

a. Pemerintahan Umum 1.18

1.14 1.16

1.27 1.23

1.24 1.24

b. Swasta 3.83

3.66 3.66

3.64 3.63

3.59 3.64

1. Sosial Kemasyarakatan 0.51 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.51 2. Hiburan dan Rekreasi 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 3. Perorangan dan Rumahtangga 3.26 3.12 3.12 3.10 3.08 3.05 3.07 PDRB DENGAN MIGAS 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: BPS, diolah 2009 Tabel 45 Laju Pertumbuhan Sektor PDRB 2001-2006 atas dasar Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. PERTANIAN

0.43 4.02

2.51 6.63

5.41 0.51

a. Tanaman Bahan makanan 0.14 3.56 2.00 7.35 5.65 2.15 b. Perkebunan 1.58 4.97 3.70 3.01 5.56 4.53 c. Peternakan 0.12 4.81 2.65 7.59 4.74 4.77 d. Kehutanan 0.17 6.78 6.74 5.68 4.55 5.38 e. Perikanan 2.11 3.14 4.19 5.72 4.43 4.78

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.56

8.52 6.81

9.92 5.47

6.42 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - - c. Penggalian 3.56

8.52 6.81

9.92 5.47

6.42

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.55

4.64 4.67

4.84 5.14

5.47 a. Industri Migas - - - - - - a. Industri Tanpa Migas 4.55 4.64 4.67 4.84 5.14 5.47

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 15.27

5.41 3.25

5.47 5.27

5.04 a. Listrik 15.31 5.30 3.26 5.44 5.23 5.03 b. Gas Kota - - - - - - c. Air Bersih 9.88 21.17 2.17 9.14 11.25 6.57

5. BANGUNANKONTRUKSI 13.31

6.16 7.18

7.68 3.79

6.03 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN

5.29 4.95

6.36 5.33

4.78 6.40

a. Perdagangan Besar Eceran 5.13 5.00 6.23 5.28 5.11 5.79 b. Hotel 13.90 4.64 5.75 7.20 5.41 8.03 c. Restoran 5.35 4.84 6.72 5.36 3.88 7.95

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5.02

5.79 5.40

6.02 3.22

6.35 a. Pengangkutan

5.03 5.75

5.30 5.53

2.59 6.13

1 Angkutan Rel 6.82 4.12 4.55 7.99 10.95 7.65 2 Angkutan Jalan Raya 5.00 5.93 5.28 5.44 2.23 6.34 Lanjutan Tabel 45 LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 3 Angkutan Laut - - - - - - 4 Angkutan Sungai Penyebrangan -8.25 -9.39 -12.47 -4.29 -31.92 -15.42 5 Angkutan Udara - - - - - - 6 Jasa Penunjang Angkutan 5.54 4.62 5.92 6.40 5.79 4.54

b. Komunikasi 4.92

6.14 6.22

9.96 8.19

7.99 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

2.99 5.92

7.12 11.16

5.05 5.00

a. Bank 10.30 11.60 9.88 14.37 11.41 7.90 b. Lembaga Keuangan lainnya 1.59 7.62 5.60 5.55 4.77 1.83 c. Sewa Bangunan 1.98 5.45 7.77 11.53 3.47 4.51 d. Jasa perusahaan 1.98 5.45 7.77 11.53 3.47 4.51

9. JASA – JASA 1.75

2.66 1.69

7.13 6.10

4.68 a. Pemerintahan Umum

0.65 5.36

6.66 4.32

4.39 6.39

b. Swasta 0.40

4.87 4.25

5.03 4.05

6.56 1. Sosial Kemasyarakatan 0.40

4.87 4.25

5.03 4.05

6.56 2. Hiburan dan Rekreasi 1.01 4.16 4.81 6.42 4.28 10.21 3. Perorangan dan Rumahtangga 8.22 5.39 3.46 5.46 5.63 6.49 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI LPE 4.85

4.87 4.89

5.48 4.93

5.14 Sumber: BPS, diolah 2009 ketergantungan. Penyusunan Tabel Input-Output Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 31 sektor yang diturunkan dari Tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat 86 sektor tahun 2003. Interaksi antara input antara dan permintaan antara menggambarkan keterkaitan sektoral, input antara dengan permintaan akhir menggambarkan permintaan akhir terhadap input sektoral, input akhir dengan permintaan antara menggambarkan nilai tambah masing-masing sektor faktor produksi, input akhir dengan permintaan akhir menggambarkan transfer nilai tambah. Gambaran umum hasil analisis Input-Output ditampilkan dalam Tabel 46 dan Tabel 47 berikut. Tabel 46 Komponen Penyusunan Tabel Input-Output Rp juta Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Input Antara 5,345,159.15 6,413,527.43 11,758,686.59 Input Akhir 6,413,527.46 750,967.55 7,164,495.01 Jumlah 11,758,686.61 7,164,494.98 18,923,181.59 Sumber: Hasil Analisis, 2009 Tabel 47 Komponen Penyusunan Tabel Input-Output Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Input Antara 28.25 33.89 62.14 Input Akhir 33.89 3.97 37.86 Jumlah 62.14 37.86 100.00 Sumber: Hasil Analisis, 2009 Dari Tabel 46 dan Tabel 47 di atas dijelaskan bahwa nilai total permintaan output dan input di Kabupaten Bandung Barat adalah sebesar Rp 18,923 trilyun yang terdiri dari: 1 interaksi antara input antara dengan permintaan antara sebesar Rp 5,345 trilyun 28,25 , 2 interaksi antara input antara dengan permintaan akhir sebesar Rp 6,413 trilyun 33,89 , 3 nteraksi antara input akhir dengan permintaan antara sebesar Rp 5,345 trilyun 28,25 . Interaksi antara input akhir dengan permintaan akhir sebesar Rp 0,75 trilyun 3,97 . Besarnya permintaan antara dari input antara menggambarkan permintaan yang terjadi antarsektor ekonomi. Secara umum komponen permintaan akhir seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap,