Indikator Kinerja Pelayanan Kapal

4. Sistem penerimaanpengiriman, mencakup pemuatan dan transport darat, atau transport cargo antara tempat penyimpanan dengan transport darat. Kapasitas dan sistem pelabuhan diperoleh dari meninjau sub sistem yang terlemah dari gabungan-gabungan sistem yang ada antara lain dengan kapasitas throughput yang terendah. Sebagai contoh sistem bongkar muat di dermaga adalah sistem yang memerlukan biaya yang terbesar dari subsistem-subsistem lainnya alur masuk pelabuhan, kolam pelabuhan, dermaga, gudang. Oleh karena itu sub sistem lain biasanya didimensi sedemikian rupa sehingga sistem bongkar muat di dermaga dapat beroperasi dengan kapasitas yang maksimal. Tolok ukur kinerja pelabuhan diperlukan untuk mengetahui apakah pelayanan dan kebijakan pihak manajemen pelabuhan kepada pelanggan sudah memadai atau belum. Bagi perencana pelabuhan dengan mengetahui tolok ukur tersebut, maka rencana perbaikan maupun penambahan fasilitas pelabuhan dapat dilakukan Siregar, 1990. Tolok ukur kinerja pelabuhan harus dapat menunjukkan beberapa faktor yaitu: 1. Produktivitas peralatansumber daya yang digunakan, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan. 2. Intensitas pemakaian peralatan sehingga perencana dapat memutuskan suatu kebijakan dalam menambah peralatan yang digunakan. 3. Kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, baik pihak pelayaran maupun pemilik barang. Untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu pelabuhan dapat dilakukan pengukuran kapasitas dan kinerja pelabuhan UNCTAD, 1984 yang terdiri dari :

2.1.4. Indikator Kinerja Pelayanan Kapal

1. Perhitungan rata-rata kunjungan kapal dalam satu periode waktu, digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu pelabuhan. Rata-rata kedatangan kapal RKK adalah jumlah kapal yang datang dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan. 2. Perhitungan waktu tunggu kapal adalah waktu antara kedatangan dan ditambatkannya pada dermaga, digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan suatu pelabuhan bagi kapal dan sebagai tolok ukurnya, semakin kecil waktu tunggu akan semakin baik. 3. Perhitungan waktu pelayanan kapal rata-rata, digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas pelayanan suatu pelabuhan atau dermaga dan sebagai tolok ukurnya semakin kecil waktu pelayanan rata-rata kapal akan semakin baik. Waktu pelayanan kapal adalah jumlah waktu antara bertambat dan keberangkatan untuk semua kapal dibagi dengan jumlah kapal yang tertambat. 4. Perhitungan waktu kapal di pelabuhan rata-rata, digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan kapal di pelabuhan dan sebagai tolak ukurnya adalah semakin kecil waktu rata-rata kapal di pelabuhan akan semakin baik. 5. Perhitungan jumlah bongkar muat rata-rata tiap kapal, digunakan untuk mengetahui ukuran dan produktivitas kapal yang datang ke pelabuhan dan sebagai tolok ukurnya adalah semakin besar jumlah bongkar muat akan semakin baik. 6. Perhitungan jumlah gang rata-rata yang bekerja tiap shift per kapal, digunakan untuk menghitung produktivitas buruh bongkar muat di pelabuhan dan sebagai tolok ukurnya adalah semakin besar produktivitasnya akan semakin baik. 7. Perhitungan produktivitas kapal per jam di pelabuhan, dengan tolok ukur semakin besar produktivitasnya akan semakin baik. 8. Perhitungan pruduktivitas kapal per jam selama di tambatan atau di dermaga, dengan tolok ukur semakin besarnya produktivitasnya akan semakin baik. 9. Perhitungan produktivitas kapal per gang-jam selama di tambatan atau di dermaga, dengan tolok ukur semakin besar produktivitasnya akan semakin baik.

2.1.5. Indikator Kinerja Utilisasi Fasilitas Pelabuhan