Pola Arus dan Pasang Surut Iklim

38 Batas Daratan Surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 191 tahun 1969Nomor 8301969 tanggal 27 Desember 1969 dan Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 16 tahun 1972 nomor SK. 146 0 1972 tanggal 1 Juni 1972. Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Teluk Jakarta + 8 KM di sebelah Barat Pelabuhan Tanjung Priok pada posisi 06 06’ 30’’ LS - 106 47’ 50’’ BT. Peta lokasi batas wilayah pada Lampiran 5. 4.2.2. Keadaan Hidro – Oseanografi 4.2.2.1. Hidrografi Keadaan pantai di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa landai dengan dasar laut berupa lumpur, luas daratan 66,96 ha dan luas perairannya 1.209 ha luas kolam yang ada adalah 24,9 ha dengan kedalaman 3 - 4 LWS sedangkan alur panjangnya 2.000 m, lebar 40 m dan kedalaman minimum alur 4 m LWS. Berdasarkan hasil laporan yang diperoleh dari PT. Persero Pelindo II cabang Pelabuhan Sunda Kelapa 2004, menunjukkan bahwa keadaan kontur laut di sekitar kolam Pelabuhan Sunda Kelapa beragam dengan kedalaman maksimum sekitar 5 meter dan lower water sucface LWS dan kemiringan dasar laut seabed di sekitar kolam pelabuhan sangat Iandai, sehingga perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya pendangkalan sebagai akibat dari adanya sedimen transpor lumpur dan muara Sungai Ciliwung cukup besar.

4.2.2.2. Pola Arus dan Pasang Surut

Menurut hasil laporan PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta 2004 Pelabuhan Sunda Kelapa posisi stasiun arus tower : 05 45’ 34, 45’’ LS - 107 00’ 4,11’’ BT. Kecepatan maksimun arus umum mencapai 1 knot dengan arah sekitar 05 terjadi pada waktu air surut. Arus bukan pasang surut mempunyai kecepatan sekitar 0,3 knot dengan arah 45 . Kecepatan air pasang surut mencapai 1,1 Knot pada waktu springtides, dengan arah sekitar 05 pada waktu air surut dan sekitar 230 pada waktu air pasang Pasang surut laut di Pelabuhan Sunda Kelapa umumnya sama dengan Teluk Jakarta, yakni mempunyai sifat diurnal artinya mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari Studi Master Plan Pelabuhan Sunda Kelapa, 1996. Permukaan air rata-rata mean sea level pada pasang purnama 86 cm 39 dan permukaan air rata-rata pada pasang mati 26 cm. Dengan uraian pasang surut sebagai berikut: PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta, 2004 Air tertinggi HHWS = 1,60 M LWS Air tinggi MHWS = 1,20 M LWS Duduk tengah MSL = 0,60 M LWS Air terendah MLWS = 0,40 M LWS Chart datum LWS = 0,00 M LWS Air rendah terendah LLWS = 0,30 M LWS Muka surutan ZO = 0,60 M LWS Waktu tolok = GMT + 07,00 Sifat pasang surut = Harian tunggal Gerakan vertikal air laut selalu diikuti oleh gerakan horizontal yang lebih dilkenal sebagai pasang surut. Pola arus di Pelabuhan Sunda Kelapa lebih dipengaruhi oleh pasang surut laut. Selain itu pola arus yang terjadi juga dipengaruhi oleh morfologi Pelabuhan Sunda Kelapa.

4.2.2.3. Iklim

Keadaan iklim yang ditinjau didasarkan pada data meteorologi yang dicatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika BMG stasiun Jakarta selama periode tahun 1991-2000. Parameter-parameter iklim yang ditinjau meliputi curah hujan, temperatur udara, penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin. Keadaan curah hujan di daerah Jakarta dan sekitarnya yang didasarkan pada hasil pencatatan BMG stasiun Jakarta periode 1991 - 2000. Mempunyai curah hujan bulanan rata-rata 150,7 mm, curah hujan bulanan terbesar jatuh pada bulan Januari 351 mm, dan curah hujan bulanan terkecil jatuh pada bulan September dengan rata - rata 47,2 mm, sedang curah hujan rata - rata tahunan sebesar 1807 mm. Menurut teori Schmidt dan Ferguson, bahwa bulan basah adalah curah hujan rata – rata 100 mm dan bulan kering adalah curah hujan rata - rata bulanan 60 mm, sedangkan curah hujan rata - rata bulanan antara 60 mm - 100 mm dikategorikan bulan lembab. Berdasarkan teori tersebut di atas wilayah penelitian termasuk tipe iklim kelas A dimana curah hujan rata bulanannya lebih besar dari 100 mm, hal ini berarti secara keseluruhan termasuk bulan basah dengan nilai Q berkisar antara 0 - 4. Temperatur udara rata-rata tahunan menurut BMG Jakarta periode 1991- 2000 wilayah Jakarta adalah 31,9 °C, dengan temperatur rata-rata bulanan tertinggi jatuh pada bulan Juni dan September yaitu 32,7 °C dan temperatur udara rata-rata bulanan terendah 30,3 °C terjadi pada bulan Januari. Berdasarkan data 40 curah hujan dan temperatur udara bulanan dapat ditentukan tipe iklim setempat sesuai dengan klasifikasi tipe iklim menurut Koopen, termasuk tipe iklim Af yaitu tipe iklim hujan tropis. Penyinaran matahari merupakan keadaan sinar matahari yang sampai di permukaan bumi pada saat tertutup oleh awan dan dinyatakan dalam satuan persen. Data penyinaran matahari yang dicatat pada stasiun meteorologi Jakarta menunjukkan bahwa penyinaran di wilayah Jakarta cukup merata dari bulan ke bulan berikutnya tak ada perbedaan mencolok. Penyinaran matahari terkecil terjadi pada bulan Januari 28 dan tertinggi pada bulan Agustus 73, penyinaran matahari rata - rata sebesar 51. Pengkajian arah dan kecepatan angin dimaksudkan untuk mengetahui pola dominasi arah bertiupnya angin serta kecepatannya. Keadaan angin yang dipantau selama periode tahun 1991 - 2000 oleh stasiun BMG Jakarta menunjukkan bahwa pada bulan Desember sampai Maret angin cenderung dari arah barat, pada bulan April dan Mei angin cenderung dari arah timur, sedangkan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember angin bertiup dari arah utara, kecepatan angin berkisar antara 01 sampai 04 knot. 4.2.3. Fisiografi, Geomorfologi dan Geologi 4.2.3.1. Fisiografi