Skenario Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa

Berdasarkan grafik hubungan dimensi ekologi-ekonomi, keempat skenario berada di atas garis perpotongan sehingga semua skenario masih layak sebagai alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta. skenario 4 pelabuhan penumpang merupakan skenario terbaik dari keempat skenario yang ada. Sedangkan grafik hubungan dimensi ekologi-sosbud dan dimensi ekologi-kelembagaan menunjukkan bahwa skenario 1 pelabuhan bongkar muat di bawah garis perpotongan, sedangkan pada grafik hubungan, skenario 1 pelabuhan bongkar muat dan skenario 4 pelabuhan penumpang berada di bawah garis perpotongan ini bermakna bahwa ditinjau dari dimensi ekologi-sosbud, pelabuhan bongkar muat kurang layak sebagai alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta, begitu pula hubungan dimensi ekologi-kelembagaan. Sementara itu skenario 2 pelabuhan wisata bahari merupakan skenario terpilih yang dianggap layak berdasarkan kedua grafik hubungan tersebut. Selanjutnya dilihat dari grafik hubungan dimensi ekonomi-sosbud, dimensi ekonomi-kelembagaan dan dimensi sosbud-kelembagaan, keempat skenario berada di atas garis perpotongan sehingga semua skenario merupakan alternatif kebijakan yang layak bagi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta, namun skenario 1 pelabuhan bongkar muat menempati posisi pertama yang terpilih sebagai skenario kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan yang akan dikembangkan. Dengan demikian berdasarkan trade off analysis, skenario kebijakan yang paling dominan dari keenam grafik hubungan di atas adalah skenario pelabuhan bongkar muat.

5.8. Skenario Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kebijakan dan peraturan yang berlaku di Pelabuhan Sunda Kelapa dalam pengelolaan lingkungan pelabuhan sudah ada, seperti Undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup nomor 23 tahun 1997, PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut Analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL, sistem pengelolaan pelabuhan Internasional ; marine polution MARPOL, standard operating prosedure SOP, international maritime organization IMO dan beberapa kebijakan lain yang berkenaan dengan usaha mengurangi pencemaran yaitu kesepakatan bersama antara PT. Persero Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa dengan DPC. APBMI Sunda Kelapa nomor Hk. 56629C.Pska-97 tanggal 1 Mei 1997, tentang biaya supervisi bongkar muat tanah kaolin dan barang mengganggu. Kesepakatan bersama antara PT. Persero Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa dengan DPC.APBMI dan DPC.INSA Sunda Kelapa No. Hk. 566512C.Pska-2003, nomor 007APBMI.CV2003 dan nomor 002DPCSnd-AV2003 tanggal 26 Mei 2003, tentang kontribusi bongkar muat barang di Pelabuhan Sunda Kelapa, namun belum semua dilaksanakan sesuai peraturan yang ada. Selain kebijakan yang sudah ada berdasarkan hasil kajian menghasilkan beberapa skenario kebijakan sebagai strategi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai berikut : 1. Dalam upaya pengembangan Pelabuhan Sunda Kelapa yang beragam peruntukannya, sebaiknya hanya di batasi pada satu atau dua peruntukan, sehingga tidak melampaui daya dukung lingkungan. 2. PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta perlu memanfaatkan dukungan Pemerintah Kota Jakarta Utara, keragaman instansi yang terlibat dalam pengelolaan, minat investor, termasuk ketersediaan tenaga kepelabuhanan berupa upaya pengadaan fasilitas pengelolaan lingkungan pelabuhan. 3. Teknologi informasi dan transportasi hendaknya menjadi pertimbangan penting bagi PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta dalam menetapkan kode etik kepelabuhanan. 4. Perlunya penataan organisasi PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta, sehingga dapat mensinkronkan berbagai kepentingan instansi, sebagai upaya efektifitas dan efisiensi kinerja pelayanan termasuk dalam pengelolaan lingkungan pelabuhan. 5. PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta harus dibangun secara bersama-sama dengan seluruh pihak yang berkompeten, pemerintah, industri, maupun masyarakat. 6. Perlunya “ single management’ yang dapat mensintesa berbagai kepentingan stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta, sehingga kinerja pelayanan lebih efektif dan efisien, diharapkan ada investasi di sektor lingkungan secara proporsional berupa fungsi pengadaan, operasionalisasi serta maintainance sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan kepelabuhanan. 7. Upaya pengubahan perilaku masyarakat yang menganggap kolam sebagai tempat pembuangan yang praktis, sepatutnya dilakukan oleh pemerintah sambil menata kembali pemukiman kumuh di sepanjang kolam pelabuhan. 8. PT. Persero Pelindo II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta sebaiknya menyediakan sarana pengelolaan limbah cair selain sarana penanganan sampah padat yang telah tersedia. 9. Investasi lingkungan hidup, kiranya bisa disiapkan dari profit margin yang tersedia, selain dari funding lain yang memungkinkan. Penegakan hukum dalam kawasan pelabuhan harus dipayungi oleh komitmen praksis pemerintah.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

1. Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai bagian lingkungan telah mengalami pencemaran, hal ini terlihat dari hasil analisis kualitas air yang dibandingkan dengan baku mutu air laut peruntukan perairan pelabuhan. Masing-masing parameter seperti kecerahan, kekeruhan, total pospat, H 2 S, N0 3 , BOD, COD, Pb dan Cd pada ketiga titik pengambilan sampel semuanya berada di atas nilai ambang batas, atau melebihi baku mutu. Sedangkan untuk parameter biologi, keberadaan makrozoobenthos didominasi Mactra sp. Pada stasiun 1 terdapat 87 Mactra sp, selanjutnya pada stasiun 2 terdapat 74 dan pada stasiun 3 terdapat 77 Mactra sp. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 dan 2 didominasi oleh Skeletonema sp dengan kelimpahan 87 dan 70 sedangkan pada stasiun 3 didominasi oleh Chaetocheros sp dengan kelimpahan 62 . 2. Kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa mengacu pada Undang-Undang RI nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan-peraturan lain yang berkenaan dengan lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL serta sistem pengelolaan pelabuhan Internasional : marine polution MARPOL, standard operating prosedure SOP, international maritime organization IMO, namun belum semuanya diterapkan secara optimal. 3. Berdasarkan hasil analisis multi criteria decision making MCDM dengan teknik simple multi attribute rating technique SMART dan teknik visual interactive sensitivity analysis VISA diperoleh hasil bahwa pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan bongkar muat menempati alternatif pertama yang terpilih sebagai skenario kebijakan yang akan dikembangkan, selanjutnya pelabuhan wisata bahari alternatif kedua, pelabuhan peti kemas alternatif ketiga dan pelabuhan penumpang sebagai alternatif terakhir. 4. Berdasarkan tingkat kepentingan, pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan berbagai skenario sebagai alternatif kebijakan dan ditinjau dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya dan dimensi