Trade Off Analysis Skenario Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa

budaya dan kriteria Kelembagaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan teknik yang berbeda, pelabuhan bongkar muat tetap konsisten menempati prioritas utama dalam pengembangan Pelabuhan Sunda Kelapa.

5.7. Trade Off Analysis Skenario Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa

Pengembangan Pelabuhan Sunda Kelapa ditinjau dari berbagai dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan dengan empat alternatif skenario kebijakan yang dibuat sesuai dengan kondisi di lapangan yang terdiri dari skenario pelabuhan bongkar muat, skenario pelabuhan wisata bahari, skenario pelabuhan peti kemas dan skenario pelabuhan penumpang seperti yang telah dibahas pada bagian terdahulu. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana hubungan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan dan skenario terpilih dari masing-masing hubungan tersebut merupakan hasil skor berdasarkan persepsi stakeholders. Grafik hubungan berbagai dimensi tersebut dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Grafik trade off analysis skenario kebijakan pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa Hubungan Ekologi - Ekonomi 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 Ekologi E k onom i Hubungan Ekologi - Sosbud 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 Ekologi S os bud Hubungan Ekologi - Kelembagaan 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 Ekologi K e le m bagaan Hubungan Ekonomi - Sosbud 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 Ekonomi S o s bud Hubungan Ekonomi - Kelembagaan 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 Ekonomi K el e m b aga an Hubungan Sosbud - Kelembagaan 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 Sosbud K e le m bag aan S 1 S 2 S 3 S 4 S 2 S 3 S 4 S 1 S 3 S 2 S 1 S 4 S 1 S 2 S 4 S 3 S 1 S 3 S 4 S 2 S 2 S 1 S 4 S 3 Berdasarkan grafik hubungan dimensi ekologi-ekonomi, keempat skenario berada di atas garis perpotongan sehingga semua skenario masih layak sebagai alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta. skenario 4 pelabuhan penumpang merupakan skenario terbaik dari keempat skenario yang ada. Sedangkan grafik hubungan dimensi ekologi-sosbud dan dimensi ekologi-kelembagaan menunjukkan bahwa skenario 1 pelabuhan bongkar muat di bawah garis perpotongan, sedangkan pada grafik hubungan, skenario 1 pelabuhan bongkar muat dan skenario 4 pelabuhan penumpang berada di bawah garis perpotongan ini bermakna bahwa ditinjau dari dimensi ekologi-sosbud, pelabuhan bongkar muat kurang layak sebagai alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta, begitu pula hubungan dimensi ekologi-kelembagaan. Sementara itu skenario 2 pelabuhan wisata bahari merupakan skenario terpilih yang dianggap layak berdasarkan kedua grafik hubungan tersebut. Selanjutnya dilihat dari grafik hubungan dimensi ekonomi-sosbud, dimensi ekonomi-kelembagaan dan dimensi sosbud-kelembagaan, keempat skenario berada di atas garis perpotongan sehingga semua skenario merupakan alternatif kebijakan yang layak bagi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta, namun skenario 1 pelabuhan bongkar muat menempati posisi pertama yang terpilih sebagai skenario kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan yang akan dikembangkan. Dengan demikian berdasarkan trade off analysis, skenario kebijakan yang paling dominan dari keenam grafik hubungan di atas adalah skenario pelabuhan bongkar muat.

5.8. Skenario Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa