2. Fungsi link, yaitu pelabuhan dipandang sebagai salah satu mata rantai dalam
proses transportasi mulai dari tempat asal barang sampai ke tempat tujuan. 3. Fungsi
gateway, yaitu sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau daerah sebagaimana halnya pelabuhan udara. Konsep sebagai
gateway ini dilatarbelakangi oleh pendekatan peraturan dan prosedur yang harus diikuti oleh
setiap yang menyinggahi suatu pelabuhan. Adapun peran pelabuhan dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Melayani kebutuhan perdagangan to follow the trade baik perdagangan
Regional, nasional maupun internasional ekspor impor 2. Menunjang agar berkembang dan berputarnya roda perdagangan
to promote the trade
3. Menyediakan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang hinterland
4. Menampung pangsa pasar dari lalu lintas angkutan laut untuk barang- barang transhipment baik untuk angkutan internasional maupun angkutan nusantara.
5. Menunjang berkembangnya
industri di dalam daerah pelabuhan maupun daerah belakangnya yang meliputi :
a. Industri yang berkaitan langsung dengan angkutan laut maupun operasional pelabuhan.
b. Industri yang berorientasi ekspor ataupun industri yang bergantung pada bahan baku atau seni
finished product yang diimpor atau didatangkan dari luar pulau.
2.1.3. Kapasitas dan Kinerja Pelabuhan
Kapasitas bongkar muat dan kinerja pelabuhan didapat dari kapasitas transfer perpindahan muatan barang-barang untuk berbagai aktifitas pelabuhan
sebagai berikut : 1. Sistem bongkar muat di kapal atau dermaga, mencakup pemuatan dan
pembongkaran di kapal, perpindahan barang dari kapal ke darmaga dan sebaliknya.
2. Sistem transfer dari dermaga ke tempat penyimpanan, mencakup transpor
barang antara dermaga ke gudang atau ke lapangan penumpukan. 3. Sistem penyimpanan, mencakup penyimpanan jangka pendek di gudang dan
lapangan penumpukan serta penyimpanan jangka menengah di gudang.
4. Sistem penerimaanpengiriman, mencakup pemuatan dan transport darat, atau transport cargo antara tempat penyimpanan dengan transport darat.
Kapasitas dan sistem pelabuhan diperoleh dari meninjau sub sistem yang terlemah dari gabungan-gabungan sistem yang ada antara lain dengan kapasitas
throughput yang terendah. Sebagai contoh sistem bongkar muat di dermaga adalah sistem yang memerlukan biaya yang terbesar dari subsistem-subsistem lainnya alur
masuk pelabuhan, kolam pelabuhan, dermaga, gudang. Oleh karena itu sub sistem lain biasanya didimensi sedemikian rupa sehingga sistem bongkar muat di dermaga
dapat beroperasi dengan kapasitas yang maksimal. Tolok ukur kinerja pelabuhan diperlukan untuk mengetahui apakah
pelayanan dan kebijakan pihak manajemen pelabuhan kepada pelanggan sudah memadai atau belum. Bagi perencana pelabuhan dengan mengetahui tolok ukur
tersebut, maka rencana perbaikan maupun penambahan fasilitas pelabuhan dapat dilakukan Siregar, 1990.
Tolok ukur kinerja pelabuhan harus dapat menunjukkan beberapa faktor yaitu:
1. Produktivitas peralatansumber daya yang digunakan, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.
2. Intensitas pemakaian peralatan sehingga perencana dapat memutuskan suatu kebijakan dalam menambah peralatan yang digunakan.
3. Kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, baik pihak pelayaran maupun pemilik barang.
Untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu pelabuhan dapat dilakukan pengukuran kapasitas dan kinerja pelabuhan UNCTAD, 1984 yang terdiri dari :
2.1.4. Indikator Kinerja Pelayanan Kapal