bongkar muat, kedua skenario kebijakan pelabuhan wisata bahari, ketiga skenario
pelabuhan peti kemas dan keempat skenario pelabuhan penumpang. Alternatif
terpilih sebagai prioritas utama nantinya menghasilkan skenario kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Untuk menentukan prioritas pemanfaatan yang akan dikembangkan di Pelabuhan Sunda Kelapa, digunakan analisis
multi criteria decision making MCDM, pembobotan
weigthing merupakan nilai dari kriteria yang paling mempengaruhi faktor penting dalam pemilihan kriteria. Hasil analisis MCDM dengan teknik
SMART pada pembobotan diperoleh bobot masing-masing untuk kriteria ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan.
Input nilai yang dimasukkan, bertujuan untuk melihat hasil yang akan diperoleh melalui analisis MCDM. Pembobotan kriteria
dan sub kriteria ini berdasarkan hasil masukan dari responden yang mengerti dan mengetahui secara pasti kajian ini, atau pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
penentu kebijakan pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mencakup instansi pemerintah, LSM, perguruan tinggi, masyarakat yang terimbas langsung dengan
kegiatan yang ada di sekitar pelabuhan dan pihak swasta.
5.6.1. Skenario Pelabuhan Bongkar Muat
Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan bongkar muat barang dengan mempertahankan ciri khas tradisionalnya yang masih mempergunakan kuli
panggul yang mengangkut barang dengan tenaga manusia buruh-buruh pelabuhan yang dominan. Hasil kajian PT Persero Pelindo II, 2003 bahwa pemanfaatan
Pelabuhan Sunda Kelapa sangat strategis dilihat dari fungsinya sebagai pelabuhan rakyat dan bongkar muat serta mempunyai arti sejarah yang sangat penting, sebagai
pelabuhan tertua di Indonesia. Perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini masih tetap mempertahankan ketradisionalannya khususnya terhadap kegiatan
perahu layar motor PLM, sehingga Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu objek wisata di DKI Jakarta. Peranan Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan
pelabuhan umum dan pelabuhan rakyat, sebagai titik temu mata rantai transportasi antar armada angkutan laut dan angkutan darat dalam distribusi barang dan jasa.
Pelabuhan Sunda Kelapa juga mempunyai peranan aktif bagi kelancaran arus barang. Bobot hasil penilaian
stakeholders terhadap pelabuhan bongkar muat disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Nilai bobot masing-masing kriteriasub kriteria untuk pemanfaatan pelabuhan bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa.
No KriteriaSub Kriteria Bobot Nilai
1 Kriteria Ekologi
0.1187
a. Kondisi lingkungan perairan 0.0309
b. Tingkat kesesuaian RTRW 0.0878
2 Kriteria Ekonomi
0.3283
a. Kontribusi pajak pelabuhan 0.0790
b. Volume pendaratan 0.0986
c. Nilai ekonomi dampak pencemaran 0.0578
d. Arus barang 0.0929
3 Kriteria Sosial Budaya 0.2755
a. Persepsi
stakeholders 0.1005
b. Konflik pelabuhan dan masyarakat 0.0778
c. Local Employment 0.0972
4 Kriteria Kelembagaan
0.2775
a. Aspek
legalitas 0.0935
b. Efektifitas lelembagaan 0.0863
c. Sarana dan prasarana 0.0977
Total 1.0000
Berdasarkan penilaian terhadap tingkat kepentingan pada skenario pelabuhan bongkar muat yang meliputi kriteria ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan
kelembagaan, maka diperoleh hasil bahwa kriteria ekonomi mempunyai peranan yang lebih penting dari kriteria ekologi, sosial budaya dan kelembagaan. Nilai
ekonomi mempunyai bobot 0.3283, kelembagaan dengan bobot 0.2775, sosial budaya dengan bobot 0.2755 dan ekologi mempunyai bobot sebesar 0.1187.
5.6.2. Skenario Pelabuhan Wisata Bahari