5.2. Dimensi Ekologi 5.2.1. Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Kesesuaian rencana tata ruang wilayah RTRW dengan kondisi eksisting kawasan pelabuhan dan berpedoman pada rencana rinci tata ruang wilayah
Kecamatan Penjaringan. Letak Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta saat ini sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
. Ditinjau dari segi perwilayahan
pembangunan, pelabuhan ini berada pada wilayah pengembangan utara dan wilayah pengembangan barat laut juga sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 6
tahun 1999 tentang rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2005. Kajian tentang kesesuaian rencana tata ruang wilayah RTRW ini
juga menggunakan penilaian pakar expert sebagai penentu kebijakan. Kesesuaian
rencana tata ruang wilayah RTRW Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta dalam rencana rinci tata ruang wilayah Kecamatan Penjaringan.
5.2.1. Kondisi Kualitas Air di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air mendefinisikan beberapa istilah sebagai
berikut: kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter,
yaitu parameter fisika suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya, parameter kimia pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya, dan
parameter biologi keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya Effendi, 2003. Pemantauan kualitas air di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa yang dilakukan
saat penelitian, dilakukan pengambilan sampel air di perairan Pelabuhan Sunda Kelapa pada 3 titik lokasi dan pada masing-masing titik dilakukan 3 kali pengambilan
sampel. Penentuan titik dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa titik-titik tersebut dapat mewakili kondisi kualitas air di pelabuhan tersebut. Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut perlu
dilakukan upaya pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat mencemari dan atau merusak lingkungan laut. Di dalam keputusan menteri negara lingkungan
hidup tersebut terdapat baku mutu air laut untuk perairan pelabuhan dan merupakan
acuan dalam kajian ini. Ada beberapa parameter kualitas air yang yang dilihat pada kajian ini diantaranya parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi.
Adapun parameter-parameter sebagai indikatornya adalah sebagai berikut.
a Parameter Fisika
Untuk mengetahui kondisi lingkungan perairan di Pelabuhan Sunda Kelapa perlu dilakukan analisis kualitas air. Kualitas perairan tersebut mencakup parameter
fisika yang terdiri dari : kedalaman perairan m, kecerahan m, kekeruhan NTU, total padatan tersuspensi TSS mgl, suhu perairan
C, ada tidaknya sampah dan lapisan minyak. Hasil analisis kualitas air berdasarkan parameter fisika tersebut
dibandingkan dengan baku mutu air laut peruntukan pelabuhan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi Pelabuhan Sunda Kelapa termasuk tercemar atau tidak.
Beberapa kriteria dalam parameter fisika serta baku mutu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai rata-rata pengukuran parameter fisika air laut di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta.
No. Parameter fisika Satuan
Stasiun pengamatan Baku mutu
1 2 3 1
2 3
4 5
6 7
Kedalaman Kecerahan
a
Kekeruhan TSS
b
Suhu
c
Sampah Lapisan minyak
5
m m
NTU mgl
C -
- 3,0
0,230 17,347
41,889 32
Ada Ada
4,5 0,500
8,760 20,716
32 Ada
Ada 6,5
0,800 6,588
14,79 31
Tidak Ada
Alami 3
5 80
Alami
3c
Nihil
14
Nihil
15
Hasil pemantauan kualitas air laut di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa secara fisik pada masing-masing titik pengambilan sampel nilai kecerahan dan
kekeruhan melewati ambang batas, sedangkan TSS masih di bawah nilai ambang batas. Pada kawasan ini juga masih terdapat sampah yang mengapung yaitu berupa
sampah organik dan anorganik dan terdapat lapisan minyak. Rendahnya nilai TSS seharusnya menghasilkan nilai kecerahan yang tinggi, namun tidak demikian halnya
dengan hasil penelitian ini. Rendahnya nilai kecerahan kemungkinan disebabkan oleh lapisan minyak yang ada di setiap titik pengambilan sampel.
b Parameter Kimia
Parameter kimia kualitas perairan Pelabuhan Sunda Kelapa yang ditinjau dalam kajian ini mencakup : pH, salinitas ppt, NH
3
mgl, H
2
S mgl, NO
3
mgl, NO
2
. mgl, total pospat mgl, DO mgl, BOD mgl, COD mgl, Pb dan Cd. Beberapa kriteria dalam parameter kimia dengan baku mutunya dapat dilihat pada
Tabel 11. Tabel 11. Nilai rata-rata pengukuran parameter kimia air laut di Pelabuhan Sunda
Kelapa. No. Parameter Satuan
Stasiun pengamatan Baku
mutu 1 2 3
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12
Kimia
pH
d
Salinitas
e
NH
3
H
2
S N0
3
N0
2
Total pospat DO
BOD COD
Pb timbal Cd kadmium
- ppt
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
7 – 8.45 30,553
0,24282 26,848
0,197 0,0186
0.0531 5,14
5,223 181.504
10,62 0,23
7 – 8,46 30,443
0,25245 19,33
0,2198 0,0196
0,0759 4,9483
4,05 181.096
11,324 0,3007
7 – 8,56 30,3
0,261 18,033
0,2163 0,1298
0,0489
5,729 3,943
181.356 12,76
0,3303 6.5 - 8.5
Alami 0,300
0,300 0,020
0,020 0,015
5 10
20 0,05
0.01 Keterangan :
Baku Mutu menurut UNESCOWHOUNEP 1992 pada perairan alami 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan sesuai
dengan metode yang digunakan. 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional. 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat siang malam
dan musim. 4. Pengamatan oleh manusia visual.
5. Pengamatan oleh manusia visual. Lapisan minyak yang diacu dalam lapisan tipis thin layer dengan ketebalan 0,01 mm
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 konsentrasi rata- rata musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2 C dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 0,2 satuan pH e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata
musiman
Dari hasil pemantauan dan hasil analisis laboratorium terhadap komponen lingkungan kualitas air di kawasan Pelabuhan Sunda kelapa untuk parameter kimia
seperti : Sulfida H
2
S, nitrat N0
3 ,
total pospat, biochemical oxygen demand BOD,
COD, timbal Pb dan kadmium Cd nilainya sudah melewati nilai ambang batas untuk peruntukan pelabuhan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut peruntukan sebagai pelabuhan dan Baku Mutu menurut UNESCOWHOUNEP 1992 pada perairan
alami. Sedangkan parameter kimia lainnya mencakup pH perairan, salinitas dan DO dissolved oxygen masih bisa ditolerir di bawah nilai ambang batas.
Nilai pengamatan yang telah melampaui NAB mengandung makna bahwa pada perairan tersebut telah mengalami pencemaran. Pencemaran tersebut terjadi
sebagai akibat akumulasi limbah, baik yang berasal dari point source industri
maupun non point source limbah domestik.
c Parameter Biologi Makrozoobenthos
Hasil pemantauan di perairan Pelabuhan Sunda Kelapa ditemukan beberapa jenis makrozoobenthos. Komposisi makrozoobenthos yang terdapat di perairan
Pelabuhan Sunda Kelapa pada stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 di dominasi oleh Mactra sp, disajikan pada Gambar 13. Pada stasiun 1 Gambar 13.a terdapat 87
175 indm
2
Mactra sp, selanjutnya pada stasiun 2 Gambar 13.b terdapat 74 122 indm
2
Mactra sp dan pada stasiun 3 Gambar 13.c terdapat 77 101 indm
2
M actra sp.
Gambar 13. Komposisi makrozoobenthos pada stasiun 1,2 dan 3 di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta
Komposisi Makrozoobenthos di Pelabuhan Sunda Kelapa Stasiun 1
4 7
87 2
Barbatia Sp. Chione undotella
Mactra Sp. Triptip Sp.
Komposisi Makrozoobenthos di Pelabuhan Sunda Kelapa Stasiun 1
4 7
87 2
Barbatia Sp. Chione undotella
Mactra Sp. Triptip Sp.
Komposisi Makrozoobenthos di Pelabuhan Sunda Kelapa stasiun 2
2 20
74 22
Tellina Chione undotella
Mactra Turitella bacilum
Barbatia
Komposisi Makrozoobenthos di Pelabuhan Sunda Kelapa stasiun 2
2 20
74 22
Tellina Chione undotella
Mactra Turitella bacilum
Barbatia
Komposisi Makrozoobenthos di Pelabuhan Sunda Kelapa Stasiun 3
2 21
77
Tellina Chione undotella Mactra
Komposisi Makrozoobenthos di Pelabuhan Sunda Kelapa Stasiun 3
2 21
77
Tellina Chione undotella Mactra
Dominasi jenis makrozoobenthos di perairan Pelabuhan Sunda Kelapa
diduga karena tingginya tingkat pencemaran yang masuk ke badan perairan. Sehingga jenis makrozoobenthos
yang mampu hidup di perairan Pelabuhan Sunda Kelapa sampai saat penelitian dilakukan hanya ditemukan
mactra sp dalam jumlah yang besar, sementara jenis lain jumlahnya sangat kecil seperti
Barbatia sp, Chione undotella, Tellina sp, Triptip sp dan Turitella bacilum. Gambar makrozoobenthos
yang ditemukan di perairan Pelabuhan Sunda Kelapa pada Lampiran 6.
Fitoplankton
Kelimpahan fitoplankton yang terdapat pada perairan Pelabuhan Sunda Kelapa pada stasiun 1 dan 2 didominasi oleh
skeletonema sp. Pada stasiun 1 sebesar 87 1.543 indl dan stasiun 2, 70 1092 indl sedangkan pada stasiun 3
didominasi oleh Chaetocheros sp dengan kelimpahan 62 690.144 indl. Untuk
lebih jelasnya kelimpahan fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1,2 dan 3 di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta
Kelimpahan Fitoplankton di Pelabuhan Sunda Kelapa pada Stasiun 2
4 10
6
70 9
1
Coscinodiscus Sp. Ceratium Sp.
Nitzchia Sp. Skeletonema Sp.
Chaetocheros Sp. Pleurosigma Sp.
Kelimpahan Fitoplankton di Pelabuhan Sunda Kelapa pada Stasiun 2
4 10
6
70 9
1
Coscinodiscus Sp. Ceratium Sp.
Nitzchia Sp. Skeletonema Sp.
Chaetocheros Sp. Pleurosigma Sp.
Kelimpahan Fitoplankton di Pelabuhan Sunda Kelapa pada Stasiun 1
11
87 11
Coscinodiscus Sp. Nitzchia Sp.
Skeletonema Sp. Chaetocheros Sp.
Kelimpahan Fitoplankton di Pelabuhan Sunda Kelapa pada Stasiun 1
11
87 11
Coscinodiscus Sp. Nitzchia Sp.
Skeletonema Sp. Chaetocheros Sp.
Kelimpahan Fitoplankton di Pelabuhan Sunda Kelapa pada Stasiun 3
38 62
Skeletonema Sp. Chaetocheros Sp.
Kelimpahan Fitoplankton di Pelabuhan Sunda Kelapa pada Stasiun 3
38 62
Skeletonema Sp. Chaetocheros Sp.
5.3. Dimensi Ekonomi 5.3.1. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa