Oleh karena itu, lingkungan hidup harus menjadi bagian integral dan keseluruhan kebijakan pembangunan. Lingkungan hidup tidak boleh menjadi
sekedar aspek pinggiran, dan perhatian terhadap lingkungan hidup tidak boleh hanya menjadi urusan sampingan setelah ekonomi. Kesadaran ini kemudian
diterjemahkan ke dalam berbagai aturan perundang-undangan yang menjadi pegangan bagi setiap penyelenggara negara dan masyarakat dalam mengelola dan
menjaga lingkungan hidup. Lalu diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan operasional yang memperlihatkan dan mencerminkan tingkat kesadaran pemerintah
mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.
2.4. Prinsip Good Environmental Governance GEG
Terciptanya good governance merupakan prasyarat dari pengelolaan
lingkungan yang efektif. Namun pemerintahan yang sudah mampu mewujudkan good governance belum tentu memiliki kepedulian terhadap aspek keberlanjutan
ekosistem. Oleh sebab itu pemerintah yang telah mengupayakan aktualisasi prinsip- prinsip
good governance masih memerlukan persyaratan tambahan yaitu mengaitkan seluruh kebijakan pembangunan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan
ekologis ecological sustainability Santosa, 2001.
Menurut Siahaan 2004 azas-azas penyelenggaraan negara yang baik dalam mengelola Iingkungan dengan prinsip keberlanjutan sumber daya
sustainability disebut dengan prinsip good environmental governance GEG. Prinsip GEG ni didasarkan pada Pasal 8 ayat 2 UUPLH 1997. Unsur-unsur penting
dan GEG ini ialah adanya: 1. Kedaulatan
soveireignty; 2. Kekuasaan
power; 3. Kebijakan
policy 4. Pengendalian
controlling; 5. Pengembangan
developing dan tanggung jawab responsibility and liability atas Iingkungan hidup.
Prinsip GEG menurut Pasal 8 UUPLH 1997, yaitu kekuasan dan kompetensi negara menguasai serta mempergunakan sumberdaya alam demi kemakmuran
rakyat, menyebutkan bahwa pemerintah mengatur dan mengembangkan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup Pasal 8 ayat 2 butir a, b, c dan d. Pemerintah mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup,
mengendalikan kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak sosial, di samping mengembangkan pendanaan bagi upaya pembinaan fungsi lingkungan hidup sesuai
peraturan perundang-undangan. Prinsip-prinsip di atas, selain menjadi dasar hak dan kewajiban masyarakat, setidaknya juga menyiratkan bahwa negara memiliki
tanggung jawab pengelolaan Iingkungan hidup, termasuk segala aspek yang berkenaan dengan tindakan preventif dan represif atas pencemaran serta kerusakan
Iingkungan. Apabila masalah pertanggungjawaban dilihat dan visi pengaturan UUPLH
1997, maka didapat beberapa perbedaan. Sebagaimana telah disebut sebelumnya bahwa prinsip pengelolaan Iingkungan hidup yang dianut oleh UUPLH 1997 antara
lain secara eksplisit menunjuk kepada prinsip tanggung jawab negara state
responsibility; prinsip pembangunan berkelanjutan principle of sustainability; prinsip manfaat dengan tujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya
environmentally sustainable development principle.
Ketiga prinsip ini dapat dilihat pada Pasal 3 UUPLH 1997, di mana ketiganya saling berkaitan erat sehingga Iebih mencerminkan kepentingan-kepentingan yang
Iebih padu holistic dalam berbagai dimensi. Keterpaduan holistik dan menyeluruh
dilakukan antara negara dengan rakyatnya, antara masagenerasi kini dengan masagenerasi yang akan datang, individual manusia Indonesia pribadi yang
seutuhnya dengan masyarakat seluruh manusia Indonesia, serta kehidupan dalam perspektif fisikjasmani dengan kehidupan dalam perspektif rohaniah yang religius.
Selanjutnya Soemarwoto 2004 mengemukakan bahwa pembangunan mempunyai tujuan jangka panjang dalam arti kita tidak hanya membangun untuk kita, generasi
yang sekarang, melainkan juga untuk anak cucu kita, generasi yang akan datang.
2.5. Aspek Kegagalan Kebijakan Policy Failure