32
3.4. Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Sebagai sumber data primer untuk kualitas air diambil langsung
dari lokasi penelitian dengan pengambilan sampel pada tiga stasiun, pada jarak 50 m, 500 m dan 1000 m dari pelabuhan, peta titik pengambilan sampel air dan
sedimen dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan data primer untuk persepsi
stakeholder, sosial-budaya masyarakat di sekitar pelabuhan, dan formulasi strategi kebijakan diperoleh dari responden. Data sekunder akan dikumpulkan
berdasarkan sumber-sumber yang terkait seperti hasil penelitian sebelumnya, hasil studi pustaka, berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan,
laporan serta dokumen berbagai instansi yang berhubungan dengan penelitian. Jenis data sekunder yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan sumber data sekunder yang dikumpulkan No.
Jenis Data Sumber Data
1. Kebijakan pembangunan
Bappeda Kota 2.
Rencana pemanfaatan ruang Bappeda Kota
3. Renstra Pelabuhan Sunda Kelapa
PT Persero Pelindo II 4. Oseanografi bathimetri, pasut, gelombang,
arus laut dan angin Dishidros TNI-AL
5. Sistem prasarana transportasi
Dep. Hub dan PT Persero Pelindo II
6. Rencana Pengembangan Infrastruktur lainnya PLN, PAM , PT.
TELKOM dll. 7.
Demografi, ekonomi dan sosial budaya BPS Jakarta Utara
8. Peta oseanografi peta lingkungan pantai Indonesia skala 1:50.000, Peta Lingkungan
Laut Nasional skala 1:500.000 Dishidros TNI-AL,
BAKOSURTANAL 9. Peta alur laut Kepulauan Indonesia skala
1:200.000 Dishidros TNI-AL
10. Database Pelabuhan Sunda Kelapa revisi 2004
PT. Persero Pelindo II Cabang Sunda Kelapa
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam 2 dua tahap yaitu: analisis kualitas perairan dan analisis multi criteria decision making MCDM.
3.5.1. Analisis Kualitas Air
Analisis kualitas air bertujuan untuk menentukan present status kondisi perairan sekitar kawasan yang akan dikembangkan. Adapun data kualitas air
yang dibutuhkan beserta metode yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.
33
Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Limnologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Hasil analisis kualitas air di laboratorium akan
dibandingkan dengan baku mutu air yang berlaku yaitu standar baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004.
Tabel 4. Parameter-parameter kualitas air yang diukur No Parameter
Satuan AlatMetode
Sumber Data
Fisika air
1. Suhu
o
C Termometer In
situ 2. Kecerahan Perairan
m Secchi Disc
In situ 3. TSS
ppm Gravimetrik
Laboratorium Kimia
air 4. Salinitas
oo Skala metrik
In situ 5. Oksigen
terlarut ppm
DO meter
Laboratorium 6 pH
- pH
meter Laboratorium
7. BOD ppm
Titrimetrik Laboratorium
8. COD ppm
Titrimetrik Laboratorium
9. Amonia ppm
Spektrofotometrik Laboratorium
10. Pb Timbal
ppm AAS
Laboratorium 11. Cd
Kadmium ppm
AAS Laboratorium
Biologi air
10. Fitoplankton Indl
Mikroskopis Laboratorium
11. Makrozoobentos Indm
2
Identifikasi Laboratorium
3.5.2. Analisis Multi Criteria Decision Making MCDM
Analisis MCDM dengan teknik simple multi attribute rating technique SMART dan visual interactive sensitivity analysis VISA ini bertujuan untuk
menghasilkan alternatif pengambilan keputusan atau alternatif yang terbaik untuk pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada analisis MCDM
digunakan software Critplus Versi 3.0 ini, pembobotan suatu alternatif dan kriteria yang diambil, disusun berdasarkan matrik seperti yang disajikan pada
Tabel 5. Tabel 5 Matrik pembobotan kriteria dalam penentuan pengambilan keputusan
KRITERIA C 1
C 2 …..
C n Alternatif
W 1 W 2
….. W n
A 1 A 11
A12 ……
A 1 n A 2
A 21 A 22 …..
A 2 n ….. …..
….. …..
….. A m
A m1 A m2 …..
A mn
34
Keterangan : A i = 1,2, m
= menunjukkan pilihan alternatif yang ada Cj j = 1,2,n
= merujuk pada kriteria dengan bobot Wj Aij i=1..m, j = 1 ..n = pengukuran keragaan dan satu alternatif Ai
berdasarkan kriteria Cj.
Teknik SMART merupakan keseluruhan proses dari perantingan alternatif-alternatif dan pembobotan dari atribut yang ada. Tahap yang
dilakukan adalah 1 mengurutkan kriteria yang menjadi faktor pembatas dari pemanfaatan dan 2 melakukan estimasi rasio kepentingan relatif dari rangking
setiap atribut yang ada. Selanjutnya analisis yang ada, digabung menjadi satu dengan mengagregasi dengan cara membuat rata-rata geometrik faktor-faktor
yang menjadi pembatas setiap pemanfaatan dengan formulasi :
γ = π Si
1n
Keterangan : γ = rata-rata geometrik, dimana n = 2.............sehingga persamaan menjadi :
γ = √ S
1
x S
2
S = jumlah total variabel Berdasarkan hasil analisis di atas, maka diperoleh hasil dalam
menentukan prioritas pemanfaatan pelabuhan yang akhirnya akan menghasilkan skenario kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa yang akan
dikembangkan.
Untuk mencapai tujuan penelitian, dalam analisis ini disusun beberapa faktorkriteria dan indikator sebagai berikut:
1. Kriteria ekologis dengan indikator : kondisi kualitas perairan dan tingkat kesesuaian dengan RTRW.
2. Kriteria ekonomi dengan indikator : kontribusi pajak pelabuhan, volume pendaratan, nilai ekonomi dampak pencemaran dan nilai produksi barang.
3. Kriteria sosial budaya dengan indikator : konflik pelabuhan dengan masyarakat, persepsi masyarakat terhadap pelabuhan, local employment.
4. Kriteria kelembagaan dengan indikator : aspek legalitas, efisiensi kelembagaan dan sarana prasarana.
Untuk lebih jelasnya secara visual dapat dilihat pada pohon nilai penentuan prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa disajikan pada Gambar 6.
35
Gambar 6. Pohon nilai pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa
3.6. Definisi operasional
Suatu definisi operasional, yang merupakan petunjuk tentang suatu variabel diukur, sangat membantu dalam komunikasi antar peneliti. Dengan
mengetahui definisi operasional untuk mengukur suatu variabel, seorang peneliti akan mengetahui baik buruknya konsep tersebut Malo dan Trisnoningtias, 2001
Adapun definisi operasional dari beberapa indikator diatas adalah sebagai berikut:
1. Kondisi kualitas perairan Perubahan yang terjadi pada lingkungan perairan Pelabuhan Sunda Kelapa
2. Kesesuaian dengan RTRW Tingkat kesesuaian lokasi pelabuhan dengan rencana tata ruang wilayah.
3. Kontribusi pajak Pelabuhan Sunda Kelapa Kontribusi pajak pemasukan dari Pelabuhan Sunda Kelapa terhadap
pendapatan negara. 4. Volume pendaratan
Jumlah kunjungan kapal setiap tahun pada Pelabuhan Sunda Kelapa
36
5. Nilai ekonomi dampak pencemaran Besar biaya yang dikeluarkan Pelabuhan Sunda Kelapa setiap tahun untuk
mengatasi pencemaran lingkungan sekitar pelabuhan. 6. Nilai produksi barang
Tingkat produktifitas barang atau arus barang yang dibongkar atau dimuat di Pelabuhan Sunda Kelapa.
7. Persepsi stakeholders terhadap pelabuhan Pendapat stakeholders terhadap keberadaan Pelabuhan Sunda Kelapa
8. Konflik pelabuhan dan masyarakat Persentasi interaksi masyarakat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa.
9. Local employment Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di Pelabuhan Sunda Kelapa.
10. Aspek legalitas Data legalitas tanah dan perairan Pelabuhan Sunda Kelapa.
11. Efisiensi kelembagaan Tingkat efektifitas atau peranan kelembagaan dalam menerapkan kebijakan
dan peraturan yang ada. 12. Sarana prasarana
Infrastruktur yang tersedia sebagai pendukung aktifitas Pelabuhan Sunda Kelapa.
Selanjutnya kriteria, indikator dan definisi operasional diatas, ditulis dalam bentuk Tabel matrik operasional indikator penelitian, dapat dilihat pada Lampiran 3.
Panduan kuesioner penelitian pada Lampiran 4
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Sejarah Singkat Pelabuhan
Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan alam yang pada mulanya memanfaatkan hilir alur Sungai Ciliwung yang bermuara ke Laut Jawa Teluk
Jakarta sebagai pusat persinggahan pelayaran antar bangsa yang dibangun pada tahun 1527 semasa pemerintahan Portugis. Lokasi Pelabuhan Sunda
Kelapa terletak di tengah wilayah Teluk Jakarta yang merupakan pusat bisnis perkantoran, perdagangan, perindustrian dan perhotelan yang keberadaannya
dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan umum yang sangat potensial dalam menangani kegiatan bongkar muat barang serta merupakan daerah tujuan wisata
baik mancanegara maupun domestik. Sebagian besar kebutuhan bahan pokok untuk wilayah sekitar Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pendistribusiannya
melalui Pelabuhan Sunda Kelapa.
Tidak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa ke arah Timur terdapat Pelabuhan Kalibaru yang dioperasikan sepenuhnya oleh Pelabuhan Sunda
Kelapa, karena situasi dan kondisinya yang sangat terbatas, Pelabuhan Kalibaru tidak dapat secara optimal dioperasikan seperti pelabuhan umum lainnya. Dan
sesuai rencana induk master plan Pelabuhan Tanjung Priok pada masa yang akan datang, Pelabuhan Kalibaru seluruh kegiatannya dialihkan ke Pelabuhan
Sunda Kelapa.
4.2. Karakteristik Pelabuhan 4.2.1. Posisi Geografis
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kalibaru dalam melakukan kegiatan transportasi didukung tersedianya lahan daratan dan perairan melalui Surat
Keputusan bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. 16 tahun 1992 nomor SK 14601992 tentang batas-batas lingkungan kerja
Pelabuhan Tanjung Priok dan Sunda Kelapa sebagaimana rincian sebagai berikut:
Batas Perairan Pelabuhan.
Staatsblad No. 16 tahun 1929 tanggal 9 Februari 1929 tentang batas-batas daerah kerja Pelabuhan Tanjung Priok dan Pasar Ikan Sunda Kelapa.