2.2. Krisis Nilai
Tukar
Krisis keuangan didefinisiskan sebagai situasi dimana permintaan uang meningkat lebih cepat dibandingkan dengan penawaran uang. Menurut Kaminsky,
et. al. 1998 krisis nilai tukar didefenisikan sebagai:
”A crisis is defined as a situation in which an attack on the currency leads to a sharp depreciation of the currency, a large decline in international reserves, or a combination of the two. A crisis so
defined includes both successful and unsuccessful attacks on the currency. The definition is also comprehensive enough to include not only currency attacks under a fixed exchange rate but also
attacks under other exchange rate regimes. For example, an attacks could force a large devaluation beyond the established rules of a prevailing crawling-peg regime or exchange rate
band”.
Terdapat tiga jenis teori yang mendasari krisis nilai tukar, ketiga teori tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
1. Model generasi pertama menunjukan bahwa krisis nilai tukar terjadi bukan karena berusaha mempertahankan regim nilai tukar tetapi karena
memburuknya fundamental ekonomi. Penyebab utama krisis adalah kredit yang berlebihan untuk pembiayaan pembangunan maupun likuiditas terhadap
perbankan. 2. Model generasi kedua memasukan kegiatan spekulasi sebagai salah satu
penyebab krisis, sehingga krisis bisa saja terjadi tanpa ditandai dengan memburuknya fundamental ekonomi. Suatu negara dapat menjadi korban dari
serangan spekulasi semata-mata karena adanya perubahan tingkat kepercayaan pasar yang tidak ada kaitannya dengan fundamental ekonomi.
3. Model generasi ketiga menggunakan pendekatan jalur neraca, baik agregat maupun sektoral. Penyebab krisis dari sudut pandang pendekatan ini adalah
turunnya permintaan kreditor asing terhadap aset keuangan domestik yang dipicu oleh hilangnya kepercayaan terhadap kemampuan negara, pemerintah,
sistem perbankan atau perusahaan dalam melunasi utang luar negeri yang kemudian mendorong lonjakan permintaan akan aset asing atau aset dalam
bentuk mata uang asing. Selanjutnya yang terjadi adalah larinya modal asing secara besar-besaran, depresiasi nilai tukar, surplus neraca berjalan dan resesi.
2.3. Krisis Perbankan