siklikalnya. Setelah mendapatkan nilai ISP dan IBC, ditentukan threshold untuk mendapatkan periode krisis, dimana threshold tersebut mengikuti prosedur yang
dilakukan oleh Kaminsky et.al.1998 dan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan nilai rata-rata yang dijumlahkan dengan 1.5 standar deviasinya.
Indonesia mengalami perubahan strukstur rezim nilai tukar maka sampel data dikelompokan kedalam dua periode sebelum nilai tukar bebas dan setelah
nilai tukar bebas agar estimasi yang dilakukan sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi. Nilai data siklikal ISP atau IBC yang melebihi threshold-nya
dikategorikan sebagai crisis date. Krisis kemudian didefinisikan sebagai berikut: Krisis = 1 jika
σ μ
5 .
1 +
IBC atau
ISP 0 jika sebaliknya
3.3.2. Pemilihan Indikator Dini
Mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Dewati et al. 2004 calon indikator pembentuk indeks komoposit krisis nilai tukar atau disebut IMV
menggabungkan indikator-indikator, sebagai berikut: IMV=
α
1
∆IREER+ α
2
∆IDC+ α
3
∆IM2+ α
4
∆ICPI+ α
5
∆IEQ 3.6 Sedangkan kandidat indikator pembentuk komposit indikator untuk perbankan
adalah IBV yang terdiri dari: IBV=
α
1
∆ILDR+ α
2
∆IROA+α
3
∆IOCOR+α
4
∆IDC+α
5
∆IFL -
α
6
∆IIPI+ α
7
∆IER+α
8
∆ICPI 3.7
Indikator-indikator tersebut ada kemungkinan tidak dijadikan komposit untuk IBV dan IMV apabila pengujian menunjukan variabel tersebut tidak efektif digunakan
sebagai indikator dini. Adapun pengujian yang dilakukan; pertama, uji stasioneritas; kedua, uji
korelasi silang untuk memastikan data bersifat leading indicator, dan yang digunakan sebagai series acuan disini adalah periode terjadinya krisis yang
tercerminkan dari ISP dan IBC; kedua kriteria tersebut digunakan untuk memastikan data merupakan indikator yang baik. Selain itu dilihat juga Noise to
Signals Rasio dari kriteria evaluasi krisis SAM, nilai NS Ratio masing-masing
indikator harus kurang dari satu karena apabila melebihi satu sinyal yang dihasilkan salah akan lebih besar kemungkinannya untuk keluar dibandingkan
dengan sinyal yang benar. Indikator pada persamaan 3.6 dan 3.7 yang memenuhi kriteria indikator dini akan dikompositkan menjadi suatu indeks.
Adapun indeks komposit yang menunjukan kerentanan dari nilai tukar yaitu IMV dan indeks komposit perbankan yaitu IBV.
3.3.3. Pembentukan Sinyal Krisis
Pembentukan sinyal krisis dilakukan dengan memfilter indikator agar mendapatkan sinyal. Indikator dini tidak akan efektif memberikan informasi
terjadinya krisis tanpa adanya filtering. Adapun metode filtering yang digunakan adalah detrending terhadap level jangka panjang dengan Hodrick Presscott HP.
Model filtering ini menggunakan deviasi dari masing-masing variabel indikator pembentuk indeks komposit terhadap trend jangka panjangnya. Deviasi dari
masing-masing variabel terhadap trend-nya kemudian distandarisasi. Proses pengolahan ini telah dilakukan untuk setiap indikator yang akan dianalisis pada
metode pengolahan data. Deviasi dari setiap variabel tersebut merupakan bentuk siklikal dari
variabel indikator dini yang digunakan. Data siklikal yang telah distandarisasi Izt setiap variabel indikator selanjutnya diolah menggunakan metode GARCH.
Demikian juga dengan indeks komposit IMV atau IBV setelah agregasi dari indikator dini terbaik dilakukan akan melalui proses ini. Dari hasil estimasi
persamaan GARCH tersebut akan didapatkan variabel conditional variance yang kemudian dihitung conditional standard deviation-nya.
t t
t
e IZ
IZ +
+ =
−1
β α
3.8
t t
t
v e
σ =
3.9
2 1
2 1
2 j
t q
j j
j t
p j
j t
− =
− =
∑ ∑
+ +
= ε
α σ
β ω
σ 3.10
Dalam penelitian ini, Conditional Standard Deviation CSD setiap indikator kemudian menjadi dasar pembentukan sinyal, karena threshold
ditentukan dari rata-rata dan standar deviasi dari CSD tersebut. CSD setiap indikator komposit dan indeks komposit IMV atau IBV yang melebihi nilai
threshold -nya akan menghasilkan signal date. Sinyal kemudian didefinisikan
sebagai berikut: Ada Sinyal = 1 jika
σ μ
5 .
1 +
IBV atau
IMV 0 jika sebaliknya
3.3.4. Evaluasi Akurasi Sinyal