II. TINJAUAN PUSTAKA
Kajian teori ini menjelaskan teori-teori yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian mengenai sisitem deteksi dini krisis, perlu
disajikan teori tentang siklus bisnis selaku teori awal yang menciptakan adanya indikator dini dan pergerakan suatu siklus. Kajian tentang siklus bisnis
menguraikan tentang definisi siklus bisnis, karakteristik indikator dalam suatu siklus dan perkembangan teori siklus bisnis hingga dapat terkait dengan teori
sistem deteksi dini krisis. Kajian tentang krisis nilai tukar dan perbankan mengemukakan pengertian
krisis dan indikator yang dapat menggambarkan kondisi krisis tersebut. Selain itu diuraikan secara singkat metode yang digunakan sebagai sistem deteksi dini
dalam penelitian ini yaitu Signals Approach Method SAM beserta kelemahan ataupun kelebihanya. Penelitian-penelitian terdahulu yang diungkapkan adalah
penelitian yang terkait topik yang diteliti yaitu sistem deteksi dini. Terakhir diuraikan tentang kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1. Siklus Bisnis
Pertumbuhan ekonomi naik dan turun membentuk siklus bisnis. Ketika perekonomian naik atau disebut ekspansi jumlah produksi barang dan jasa
meningkat dan pertumbuhan aktual perekonomian berada diatas tingkat potensialnya. Sebaliknya ketika perekonomian turun atau resesi, pertumbuhan
aktualnya berada dibawah tingkat potensial dimana penggunaan sumber daya
ekonomi belum digunakan sepenuhnya. Perekonomian turun dan mencapai titik baliknya disebut peak lembah, kemudian naik menuju trough-nya puncak,
seperti yang terlihat didalam Gambar 2.1. Pergerakan yang terjadi tidaklah sesederhana gambar tetapi bervariasi dalam durasi, intensitas dan frekuensinya
Schiller, 1997. Variasi yang terjadi pada siklus dipengaruhi berbagai sebab, baik dari dalam ataupun luar negeri, berasal dari sektor ekonomi maupun non ekonomi.
Gambar 2.1. Fluktuasi Siklus Bisnis
Sumber: McEachern 1999
Peningkatan GDP rill mengindikasikan bahwa produksi agregat juga meningkat, lebih banyak produksi berarti jumlah barang dan jasa yang tersedia
untuk dikonsumsi masyarakat bertambah. Penurunan GDP rill akan berimplikasi pada penurunan pendapatan, kesempatan kerja dan standar hidup. GDP rill
tidaklah selalu meningkat atau menurun, tetapi naik dan turun secara bergantian membentuk fluktuasi yang tidak tetap dan berubah-ubah sepanjang waktu. Untuk
menggambarkan fluktuasi pada produksi agregat yang diperlihatkan oleh naik dan turunnya GDP rill digunakan siklus bisnis Hyman, 1992.
Gambar 2.2. Fase-Fase dalam Siklus Bisnis
Sumber: Delurgro 1998
Moffatt 2006 mendefenisikan siklus bisnis sebagai pergerakan naik dan turun secara berkala tetapi tidak dapat dipastikan kapan terjadinya, yang
diakibatkan oleh fluktuasi pada GDP rill dan variabel makroekonomi lainnya. Siklus yang terjadi tidak seperti bandul jam yang bergerak berulang-ulang dan
sama panjangnya sehingga dapat dengan mudah diketahui arah pergerakannya, melainkan berbentuk acak dan tidak dapat diprediksi Parkin dan Bade, 1999.
Fluktuasi GDP rill memang sulit untuk diprediksi namun dapat diidentifikasikan dengan karakteristik fase yang dilalui siklus bisnis seperti
terlihat pada Gambar 2.2, yaitu prosperity, liquidation, recession dan recovery atau expansion. Fase-fase ini pertama kali dikenalkan oleh Wesley Mitchell
1874-1948, kemudian ditambah tahapan growth dan warning oleh peneliti lainnya Delurgro, 1998.
Suatu indikator dapat digunakan untuk mengindikasikan bagaimana suatu hal yang kita amati akan berubah dimasa yang akan datang, yang nantinya dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Ketika suatu indikator ekonomi menyatakan bahwa ekonomi akan mengalami peningkatan dan perbaikan dimasa
yang akan datang, para investor mungkin merubah strategi berinvestasinya. Adapun karakteristik yang dimiliki indikator pada siklus bisnis adalah:
1. Hubungannya terhadap siklus bisnis - Procyclical, arah pergerakannya sama dengan perubahan yang terjadi pada
perekonomian. Ketika perekonomian membaik, maka indikatornya akan mengalami peningkatan.
- Countercyclical, arah geraknya berlawanan dengan perekonomian, ketika perekonomian membaik maka indikatornya akan mengalami penurunan.
- Acyclical, indikator yang tidak memiliki hubungan dengan perubahan yang terjadi pada perekonomian,meskipun perekonomian membaik ataupun
memburuk, perubahan indikatornya tetap tidak terpengaruh dan tetap berada pada trend-nya sendiri.
2. Timing
- Leading, indikator yang berubah sebelum perekonomian berubah. - Lagged, sesuatu yang tidak akan mengalami perubah sampai beberapa waktu
kedepan setelah perekonomian mengalami perubahan. Waktu terjadinya indikator ini yaitu setelah perekonomian bergerak.
- Coincident, indikator yang bergerak dalam waktu yang bersamaan dengan perubahan ekonomi.
3. Frekuensi data Berdasarkan frekuensi datanya indikator-indikator yang digunakan memiliki
waktu tayang yang berbeda-beda dalam memprediksi perekonomian. Indikator-indikator tersebut ada yang berbentuk tahunan, kwartalan,
triwulanan, bulanan dan ada juga yang berubah setiap menitnya. Proses identifikasi titik balik untuk menentukan posisi lembah dan puncak
dari suatu siklus, dapat ditentukan berdasarkan metode Bry-Broschan. 1. Periode dengan nilai tertinggi atau terendah dari nilai lainnya dalam rentang
waktu lima bulan sebelum dan sesudahnya merupakan titik balik potensial. 2. Suatu fase puncak ke lembah atau lembah kepuncak memiliki durasi
minimal lima bulan. Dan suatu siklus puncak ke puncak atau lembah ke lembah memiliki durasi minimal 15 bulan.
3. Apabila terdapat dua titik balik sejenis dan berurutan, maka dipilih nilai pada puncak tertinggi atau lembah terendah. Dan apabila nilai tersebut memilki
nilai yang sama maka titik balik terakhir yang dipilih. 4. Titik balik yang terdapat dalam waktu enam bulan atau kurang dari awal dan
akhir periode suatu series data, maka data tersebut tidak diperhitungkan sebagai titik balik.
Metode dan teknik yang digunakan untuk mendapatkan peak atau through dalam suatu siklus bisnis, sejak awal perkembangan teori siklus bisnis telah
diperkirakan dapat mendeteksi suatu krisis. Seperti yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dibawah ini dalam Niemira dan Klein 1994. Wesley
Mitchell dianggap sebagai ujung tombak berdirinya pendekatan ini. Menurut
Mitchell, siklus bisnis memperlihatkan suatu patahan yang dapat dianggap periode krisis, sehingga analisis tentang siklus dapat lebih luas dipergunakan
dalam berbagai hal. Pandangan Mitchell ini, mendorong peneliti-peneliti pada abad pertengahan melihat teori siklus bisnis sebagai suatu siklus statistik yang
pada awalnya dipergunakan untuk melihat krisis perdagangan, sehingga pendekatan tentang siklus bisnis cukup fleksibel untuk digabungkan dengan
pendekatan lainnya. Teori Debt and financial fragility yang dianut oleh Fisher 1933,
Kindleberger 1978 dan Minsky 1977 mendefinisikan krisis sebagai titik balik dari business cysles sebagai respon kelebihan utang yang terjadi pada pasar
keuangan. Adapun tanda-tanda krisis mulai terjadi adalah: meningkatnya pembiayaan pembangunan yang berasal dari utang, pergantian utang jangka
panjang ke jangka pendek, meningkatnya kegiatan spekulasi di pasar asset, penurunan margin safety di lembaga keuangan, kenaikan suku bunga yang
menyebakan kebijakan moneter yang kontraktif. Selama perkembangan teori siklus bisnis terus dikaji, berbagai siklus-
siklus lain akan mulai ditemukan. Seperti misalnya siklus bisnis untuk kawasan regional, siklus inflasi, siklus industri, siklus kredit, siklus moneter, siklus suku
bunga dan siklus pasar saham. Salah satu dari turunan teori siklus bisnis tersebut akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sistem deteksi dini untuk krisis yang
menggunakan teknik dan teori dasar dalam siklus bisnis, seperti penentuan leading indicator, pola siklikal dan sebagainya.
2.2. Krisis Nilai