penelitian ini, berbeda dengan penelitian tersebut yang menganalisis keempat metode filtering yang digunakan oleh Garcia dan Herrera 1999, penelitian ini
hanya menggunakan satu metode filtering yang memiliki kinerja yang baik berdasarkan penelitian Agung et
. al. 2002 tersebut yaitu metode filtering dengan
mendeviasikan terhadap trend dengan Hodrick-Prescott filter kemudian diestimasi dengan model GARCH untuk menentukan threshold.
Kinerja setiap indikator dini untuk krisis nilai tukar dan perbankan dianalisis kinerjanya untuk menetukan variabel yang memilki kinerja
memprediksi yang baik seperti penelitian yang dilakukan oleh Tambunan 2002 dengan crisis window 12 bulan. Penelitian tentang sistem deteksi dini untuk kasus
Indonesia hanya menganalisis sampai dengan periode 2002, padahal suatu sistem deteksi dini harus diperbaharui dan dipantau pergerakannya setiap saat. Oleh
karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis kinerja akurasi sinyal dengan SAM dengan adanya perpanjangan periode waktu sampai dengan 2005.
2.6. Kerangka Pemikiran
Krisis yang dialami Indonesia meninggalkan pelajaran yang sangat penting yaitu penyelesaian krisis tersebut sangat kompleks dan berbiaya sangat mahal.
Krisis Indonesia merupakan krisis terparah kedua di dunia dalam seperempat abad terakhir setelah krisis di Argentina 1980-1982 karena mengeluarkan biaya
mencapai 51 persen sedangkan Argentina 55 persen dari PDB tahunannya. Pelajaran tersebut harus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya stabilitas pasar
keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem keuangan.
Menurut Batunanggar 2003 stabilitas sistem keuangan adalah kestabilan yang ditujukan untuk menciptakan lembaga dan pasar keuangan yang stabil guna
menghindari terjadinya krisis keuangan yang dapat mengganggu tatanan perekonomian nasional. Sehingga tujuan dari analisis stabilitas sistem keuangan
adalah menghindarkan gangguan terhadap sistem keuangan, adapun gangguan sistem keuangan yang utama adalah krisis perbankan dan krisis nilai tukar Agung
et. al., 2002. Dan perumusan yang umum dipakai untuk meningkatkan stabilitas sistem
keuangan yaitu kebijakan untuk menghadapi krisis yang merupakan suatu rangkaian proses dan kegiatan yang diawali dengan pemantauan dan identifikasi
kemungkinan timbulnya krisis, sampai dengan pencegahan timbulnya krisis atau yang disebut dengan crisis prevention dan upaya-upaya penyelesaian yang harus
dilakukan apabila krisis tersebut sudah terjadi atau crisis resolution. Salah satu upaya pencegahan terjadinya krisis crisis prevention yaitu
mengembangkan sistem deteksi dini dengan menganalisis indikator-indikator yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi krisis dan menggambarkan kondisi
sistem keuangan yang rentan terhadap gejolak. Terdapat tiga pendekatan utama yang sering digunakan dalam penyusunan sistem deteksi dini, yaitu:
1. Pendekatan Kualitatif Secara kualitatif, sistem deteksi dini dapat dilakukan dengan membandingkan
secara grafis fundamental ekonomi sebelum krisis, dengan perekonomian
disaat normal atau perekonomian negara lain yang sebanding dan tidak sedang dilanda krisis.
2. Pendekatan Parametrik Ekonometrik Pendekatan ini mengestimasi probabilitas terjadinya krisis serta
mengidentifikasi variabel-variabel yang bisa memprediksinya secara signifikan dengan cara mengamati perubahan efek yang ditimbulkannya.
Pendekatan ini memiliki kemudahan dalam mengevaluasi variabel-variabel yang digunakan, namun diperlukan sample ukuran besar dengan mengunakan
data panel antar negara yang mengalami krisis untuk model ekonometrik menggunakan probit dan logit.
3. Pendekatan Non-Parametrik Pendekatan yang mengevaluasi kegunaan berbagai indikator dalam
memberikan sinyal kemungkinan terjadinya krisis dengan menggunakan nilai threshold yang ditentukan untuk setiap indikator sehingga dapat
memperlihatkan kemungkinan antara sinyal yang salah dan risiko tidak terjadinya sinyal untuk mendeteksi krisis. Yang termasuk kedalam pendekatan
ini adalah Signals Approach Method SAM. Indikator fundamental ekonomi merupakan indikator-indikator yang
menunjukan ketahanan perekonomian menahan guncangan yang terjadi seperti krisis keuangan. Indikator fundamental ekonomi sekurangnya ditentukan oleh
tujuh faktor yaitu: GNP per kapita, pertumbuhan ekonomi, ekspor-impor, inflasi, cadangan devisa, utang luar negeri dan kestabilan nilai tukar. Karena kerentanan
nilai tukar dapat disebabkan oleh fundamental ekonomi maka variabel nilai tukar
yang mencerminkan kestabilan nilai tukar itu sendiri digunakan dalam penelitian ini, variabel utang luar negeri memperlihatkan bagaimana kondisi pembiayaan
sebelum terjadinya krisis, kredit domestik, REER dan cadangan devisa, menjadi indikator-indikator yang digunakan untuk menganalisis nilai tukar.
Menurut Hadad et. al. 2003 permasalahan yang timbul pada industri perbankan dapat berasal dari sisi internal maupun eksternal perbankan. Dari sisi
internal perbankan, permasalahan yang timbul dapat terlihat dari perkembangan kinerja masing-masing bank maupun kinerja industri perbankan secara
keseluruhan. Sementara itu, kondisi ekonomi makro dan perkembangan kinerja industri yang sumber pembiayaannya dari kredit perbankan dapat mempengaruhi
kinerja perbankan dari faktor eksternal. Adapun variabel yang mewakili variabel internal perbankan yaitu LDR, ROA dan OCOR dan variabel eksternal yang
mempengaruhi perbankan diambil dari beberapa indikator fundamental ekonomi yang menggambarkan kondisi perekonomian yang sedang terjadi yaitu utang luar
negeri, pertumbuhan ekonomi, kredit domestik, pergerakan nilai tukar dan inflasi.
SAM memerlukan suatu seri acuan untuk mengidentifikasi krisis. Seri acuan untuk krisis nilai tukar yaitu ISP Index of Speculative Pressure dan krisis
perbankan yaitu IBC Index of Banking Crisis. Kedua seri acuan ini ditentukan titik baliknya dengan mengacu pada kriteria Bry-Boschan untuk melihat
pergerakan siklikal seri acuan. Setelah diperoleh nilai ISP dan IBC, tahap selanjutnya yaitu pemilihan komponen pembentuk komposit berdasarkan kriteria
uji stasioneritas dan uji korelasi silang. Indikator pembentuk komposit yang lulus kedua uji tersebut akan dibentuk menjadi indeks kerentanan.
Indikator-indikator dini kandidiat pembentuk komposit kemudian diagregasi menjadi suatu indek. Indek untuk kerentanan nilai tukar disebut dengan
IMV Index of Market Vulnerability dan untuk kerentanan perbankan disebut IBV Index of Banking Vulnerability. Kedua indek tersebut dapat digunakan
sebagai indikator dini untuk memprediksi adanya krisis dengan menggunakan evaluasi akurasi sinyal. Evaluasi akurasi sinyal terdiri dari kriteria pengujian Type
I and II Error, Noise to signals Ratio NS Ratio dan Probability of Crisis Pc. Setiap tahapan memiliki prosedur dan bahan pertimbangannya masing-masing.
Untuk lebih rincinya, penjelasan setiap tahapan dan SAM akan dijelaskan pada bab berikutnya, yaitu metodologi penelitian.
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Stabilitas Sistem Keuangan Tujuan: menghindari
gangguan dari sistem keuangan
Gangguan sistem keuangan
Krisis Nilai
Krisis Perbankan
Leading Indicators Crisis
Prevention Pencegahan
Crisis Resolution
Penyelesaian
Sistem Deteksi Dini
Pendekatan Kualitatif
Pendekatan Ekonometrik
Pendekatan Non-Parametrik
Signal Approach Method SAM
Pembentukan Seri Acuan Krisis
Pemilihan Komponen Pembentuk Komposit
Uji Stasioneritas Uji Korelasi silang
Pembentukan Indek Komposit
Evaluasi Akurasi Sinyal
Type I Error Type II Error
NS Ratio Pc
III. METODE PENELITIAN 3.1.