IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pergerakan Siklikal Variabel Krisis
Krisis nilai tukar dan krisis perbankan yang dijadikan series acuan dalam penelitian ini menggunakan multiple series yang mengagregasikan variabel ER, I3
dan IR untuk mengidentifikasikan krisis nilai tukar dan variabel NPL, CAR dan I3 untuk krisis perbankan. Semua variabel yang digunakan sebelumnya telah
dihilangkan pengaruh trend dan musimannya supaya berbentuk data siklikal, kemudian distandarisasi agar siklikal setiap variabel memiliki amplitudo yang
sama antara satu dengan lainnya. Pembahasan kali ini, bertujuan untuk melihat bagaimana pergerakan individual dari variabel-variabel tersebut selama krisis dan
pergerakan ISP atau IBC yang telah ditentukan titik balik siklikalnya sehingga pembahasan akan difokuskan pada periode ekspansi atau kontraksi yang terjadi.
4.1.1. Pergerakan Siklikal Variabel Krisis Nilai Tukar
Secara umum krisis nilai tukar dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar itu sendiri. Meskipun terjadi depresiasi kalau pemerintah berusaha mempertahankan
nilai tukar domestik dari adanya tekanan spekulatif, bisa jadi depresiasi tidak akan terjadi. Untuk mempertahankan nilai tukar yang dilakukan adalah meningkatkan
suku bunga domestik dan meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga cadangan devisa akan menurun. Oleh karena itu kondisi krisis nilai tukar
dilihat dari pergerakan nilai tukar, kenaikan suku bunga dan penurunan cadangan
devisa. Sejak bulan Juli 1997 nilai tukar domestik terhadap USD terus melemah sampai akhirnya pada januari 1998 nilai tukar mencapai Rp
. 10
. 375USD.
Gambar 4.1. Siklikal Pertumbuhan Nilai Tukar Fluktuasi nilai tukar terus terjadi hingga Oktober 2001, hal ini menunjukan
masih tidak stabilnya nilai tukar domestik. Proses pemulihan likuiditas perbankan dan adanya perbaikan ekspektasi masyarakat telah berhasil menguatkan nilai tukar
rupiah dari Rp .
8950USD pada awal tahun 1999 menjadi Rp .
6725USD pada pertengahan tahunnya. Laju pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD akan
mencapai kestabilan atau deviasinya tidak terlalu jauh dari trendnya setelah tahun 2002 dengan fluktuasi yang tidak lebih dari lima persen. Kondisi ini membaik
karena kestabilan politik mulai terjadi dengan terpilihnya pemerintahan demokratis pertama dan proses rehabilitasi perbankan telah berhasil memulihkan
kondisi perbankan, sehingga mulai memulihkan kepercayaan masyakat. Cadangan devisa kita relatif stabil pada periode 1995-1996. Memasuki
awal 1996 devisa kita semakin berkurang dan pada September 1996
-.4 -.2
.0 .2
.4 .6
.8
95 96
97 98
99 00
01 02
03 04
05 IER
penurunannya mencapai 5 persen hal ini akibat mempertahankan nilai tukar agar tetap berada pada interval band-nya, namun hal itu tidak berpengaruh karena
rupiah semakin melemah. Sampai akhirnya Agustus 1997, sistem rezim nilai tukar diganti dengan mengambang terkendali, sehingga cadangan devisa bertambah
sekitar 6 persen. Namun semakin besarnya tekanan spekulatif dengan menukarkan rupiah terhadap USD, Januari 1998 rupiah semakin melemah hingga nilai rupiah
menjadi Rp .
10 .
375USD dari Rp .
4 .
650USD.
Gambar 4.2. Siklikal Pertumbuhan Cadangan Devisa Dengan meningkatnya inflasi, permasalahan nilai tukar semakin berimbas
kepada sektor lainnya terutama sektor rill dan perbankan yang kemudian mengantarkan Indonesia kepada krisis ekonomi. Laju pertumbuhan cadangan
devisa terus menurun pada masa krisis, hingga akhirnya bulan Oktober 1999 pertumbuhannya mulai meningkat kembali. Setelah itu meskipun masih terdapat
penurunan cadangan devisa namun fluktuasi masih tetap terkendali. Hingga bulan Oktober 1998 kenaikan atau penurunan cadangan devisa tidak lagi melebihi 10
-.4 -.2
.0 .2
.4 .6
95 96
97 98
99 00
01 02
03 04
05 IIR
persen sehingga berfluktuasi disekitar garis trendnya yang artinya mulai berada pada tingkat yang stabil.
Gambar 4.3. Siklikal Perkembangan Suku Bunga Deposito 3 Bulan Penurunan tingkat suku bunga dalam negeri dapat mendukung upaya
penyehatan perbankan serta memberikan dorongan bagi kebangkitan dunia usaha. Memasuki Februari 1998 suku bunga terus meningkat hingga 9 bulan kedepan
yaitu Oktober yang mencapai 54.67 persen, sejalan dengan menurunnya tingkat inflasi dan perkembangan nilai tukar rupiah yang mulai membaik. Baru pada akhir
1998 suku bunga mulai menurun dan terus mengalami penurunan selama tahun 1999. Setelah itu suku bunga menuju kearah kestabilan dan tidak pernah
berfluktuasi lebih dari 5 persen hingga saat ini.
4.1.2. Pergerakan Siklikal Variabel Krisis Perbankan