Kinerja Indikator dalam IMV Menghasilkan Sinyal

Berdasarkan Tabel 4.10, ER memiliki nilai Pc terbesar yaitu 100 persen, berarti setiap sinyal yang dikeluarkan oleh ER memiliki kemungkinan 100 persen terjadinya krisis. Peluang terjadinya krisis yang tidak diantisipasi oleh sinyal sebesar 76 persen, namun krisis nilai tukar yang terjadi terdahulu dapat diantisipasi oleh sinyal yang dikeluarkan IMV sehingga setidaknya krisis dengan ukuran atau setarap dengan krisis terdahulu dapat diantisipasi sebelumnya. Type II Error IMV bernilai nol persen berarti setiap sinyal yang dikeluarkan tidak berpeluang sinyal tersebut salah, hal ini menunjukan meskipun nilai tukar jarang mengantisipasi sinyal tapi setiap sinyal dari ER keluar maka sinyal tersebut akan menunjukan krisis perbankan. Indikator yang memberikan kontribusi terbesar lagi yaitu kredit domestik yang sinyalnya dapat memprediksi krisis sebesar 88 persen, kemudian disusul dengan utang terhadap luar negeri dengan peluang sinyalnya memprediksi krisis sebesar 63 persen. Indikator internal perbankan yang menunjukan kinerja yang baik adalah LDR, dimana sinyalnya akan berpeluang 50 persen menghasilkan krisis. Keempat indikator ini merupakan indikator yang sinyalnya dapat memprediksi lebih dari 50 persen. Sehingga pergerakannya harus diperhatikan dengan seksama apabila sudah menunjukan adanya penurunan menuju kerentanan. Kinerja indikator dini untuk krisis perbankan, seperti terlihat dalam gambar bervariasi untuk setiap kriteria pengujian. Kecuali untuk tiga peringkat teratas yaitu ER, DC dan FL dalam setiap kriteria mereka konsisten dalam peringkatnya. LDR memiliki Pc dan NS Ratio yang baik, namun jumlah kesalahan yang mungkin dihasilkannya adalah yang terbanyak. CPI menggambarkan inflasi yang terjadi, kemungkinan CPI menjadi suatu indikator dini awal terjadinya krisis memang kecil namun karena kemampuan sinyalnya yang relatif besar yaitu 44 persen berarti kemungkinan CPI memprediksi krisis yang telah berlangsung tetap ada. CPI menunjukan semakin terpuruknya krisis yang berlangsung. Adapun kemampuan CPI mengantisipasi terjadinya sinyal dengan dikeluarkannya krisis lebih baik dibandingkan dengan LDR. Dengan pertimbangan tersebut CPI dimasukan kedalam komposit pembentuk indeks kerentanan perbankan dengan peringkat kinerja terakhir. Tabel 4.11. Peringkat Evaluasi Akurasi Sinyal Indikator dalam IBV Peringkat Type I Error Type II Error Sum of Error NS Ratio Pc 1 ER ER ER ER ER 2 DC DC DC DC DC 3 FL FL FL FL FL 4 CPI LDR CPI LDR LDR 5 LDR CPI LDR CPI CPI Indikator yang akan memberikan sinyal yang baik untuk memprediksi krisis perbankan, berdasarkan hasil peringkat seluruh kriteria uji, yaitu ER menempati peringkat pertama, disusul dengan DC, FL, LDR dan CPI. Pergerakan utang luar negeri Indonesia masih mempengaruhi kerentanan perbankan kita, mengingat sumber pembiayaan masih banyak yang berasal dari bantuan asing dan kita masih memiliki cicilan utang luar negeri. Indikator yang berasal dari faktor internal perbankan ternyata bukan merupakan sinyal kerentanan perbankan terbaik, hal ini berarti harus dilakukan pencarian indikator-indikator yang mewakili sektor internal perbankan yang memiliki daya prediksi untuk krisis perbankan.

4.4. Kinerja Indeks Komposit dalam Menghasilkan Sinyal

Indeks komposit kerentanan nilai tukar atau IMV merupakan agregasi dari indikator-indikator dini yang memiliki daya prediksi terhadap krisis nilai tukar yang terdiri dari perubahan nilai tukar rill, tingkat pertumbuhan kredit domestik, jumlah uang beredar, kenaikan harga dan pergerakan harga saham. Adapun indeks yang menunjukan kerentanan perbankan atau IBV merupakan komposit dari rasio pinjaman terhadap simpanan perbankan, kewajiban terhadap luar negeri, kredit domestik, pergerakan nilai tukar dan kenaikan harga. Kedua indeks tersebut memperlihatkan kerentanan nilai tukar dan kondisi perbankan terhadap adanya goncangan. Ketika kerentanan meningkat maka ada kemungkinan krisis akan terjadi karena peningkatan kerentanan yang telah melewati threshold adalah sinyal akan terjadinya krisis. Threshold yang digunakan berasal dari rata-rata CSD dijumlahkan dengan 1.5 standar deviasi dari CSD-nya. CSD IMV atau IBV yang melewati threshold menandakan tingginya volatilitas yang terjadi pada periode tersebut artinya deviasi dari nilai kerentanan terhadap kestabilannya sangat besar. Periode ketika volatilitas yang tinggi melewati threshold merupakan sinyal yang dikeluarkan untuk memprediksi krisis. Pada IMV dan IBV juga dilakukan uji stasioneritas dan uji korelasi silang. Adapun jarak antara sinyal yang dikeluarkan dengan krisis yang terjadi dan keakuratan sinyal tersebut dalam memprediksi krisis akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan.